Jakarta, CNN Indonesia --
Thomas Doll datang sebagai pelatih anyar Persija Jakarta dan langsung membuat gebrakan yang bikin kaget publik sepak bola Indonesia.
Pelatih asal Jerman itu tidak banyak basa-basi. Doll secara terang-terangan berada di sisi yang berlawanan dari gelaran turnamen pramusim Piala Presiden 2022.
Persija boleh saja terlibat di Piala Presiden 2022. Meski begitu, pelatih kelahiran Malchin, 56 tahun silam itu dengan tegas mengatakan sejak awal tidak tertarik bermain dalam ajang yang terkadang bisa menjadi penentu nasib pemain hingga pelatih ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Doll memiliki beragam alasan soal ini. Di antaranya waktu tim yang banyak habis di luar kota, kick off pertandingan yang terlalu malam, hingga jarak tempat latihan yang terbilang jauh.
Skuad utama Persija juga dinilai belum siap bermain di laga kompetitif yang dinilai terlalu dini. Meski bertajuk turnamen pramusim, Piala Presiden 2022 dijadikan sarana buat klub berburu gelar dengan beragam alasan tentunya.
Mulai dari prestise buat klub itu sendiri, tuntutan suporter agar tim kesayangan mereka mengukir prestasi, match fee per pertandingan Rp125 juta untuk tim yang menang hingga hadiah juara yang nominalnya lebih dari Rp2 miliar.
Alhasil setiap pertandingan berlangsung dalam tensi tinggi dan dibarengi jadwal yang terbilang padat. Padahal dari sisi kesiapan fisik, pemain belum ada di tahap ideal sehingga berpotensi mengalami cedera.
Doll lantas membuat langkah berani. Mantan pelatih Borussia Dortmund itu menurunkan para pemain muda di dua laga awal Grup B. Pemain-pemain berpengalaman baru diturunkan saat Persija takluk 1-2 dari Borneo FC pada laga berikutnya.
Suara publik ikut terbelah menyikapi pilihan Doll yang tergolong tak lazim bagi mereka yang menomorsatukan juara di Piala Presiden. Padahal langkah yang diambil Doll terbilang wajar dan sudah semestinya.
Doll melihat ukuran ia sukses atau tidak menangani sebuah tim jelas di kompetisi, dalam hal ini Liga 1 2022/2023. Doll tak ingin justru membuat blunder dengan habis-habisan di Piala Presiden 2022 tetapi malah kehabisan bensin di kompetisi sesungguhnya.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Doll memperlakukan turnamen pramusim selayaknya bagian dari persiapan tim menuju musim baru. Sebuah pendekatan yang jelas tidak populer mengingat Piala Presiden 2022 sudah sejak awal dijadikan ajang adu gengsi untuk mengukir prestasi.
Pertimbangan ini yang membuat banyak klub habis-habisan memburu trofi Piala Presiden. Padahal, risiko yang diambil tidak kecil karena cedera pemain bisa saja datang karena pemain belum siap seratus persen untuk tampil habis-habisan di setiap laga.
Doll jelas punya hitung-hitungan di Persija terkait periodesasi persiapan tim untuk menyambut sebuah kompetisi. Apalagi ia punya misi penting memperbaiki rapor Persija yang jeblok karena finis di posisi kesembilan musim lalu setelah jadi yang terbaik di Piala Presiden.
Dengan pengalaman dan kemampuannya sulit untuk mengatakan Doll salah langkah dengan tidak serius di Piala Presiden. Doll justru datang dengan sebuah cara pandang yang baru dan langkah yang tepat tentang bagaimana menata tim jelang musim baru.
Bagi Doll hasil di Piala Presiden 2022 tidaklah penting. Turnamen pramusim ini justru ia jadikan untuk melihat kemampuan setiap pemain dan mematangkan taktik dan strategi agar bisa tancap gas meraih hasil bagus di Liga 1 musim depan.
Seyogyanya pendekatan Doll ini bisa diikuti oleh pelatih-pelatih lain. Meskipun hal ini akan sangat bergantung kepada kesamaan visi antara pelatih, manajemen, dan tentunya tidak ketinggalan suporter klub tersebut. Kesamaan untuk menomorsatukan pembentukan tim demi mencapai tujuan di kompetisi sesungguhnya dan tidak 'mendewakan' turnamen pramusim.
Jika kesamaan visi ini bisa dicapai maka menjadi satu langkah maju berikutnya. Turnamen pramusim yang tergolong singkat tidak lagi menjadi ukuran untuk menghakimi pemain A atau pemain B dan juga pelatih A atau pelatih B akan kualitas mereka.
Pasalnya kerap terjadi seorang pemain lokal atau asing justru didepak karena alasan permainannya tidak sesuai ekspektasi diukur dari turnamen pramusim. Hitungan yang dipakai juga hanya satu bulan dalam menilai baik atau tidaknya seorang pemain.
Kita tentu harus menghargai proses adaptasi seorang pemain atau pelatih pendatang baru. Berada di klub baru tentu butuh waktu untuk bisa melakukan penyesuaian dengan gaya permainan yang diusung dan beragam hal lain.
Satu yang juga penting adalah menempatkan kompetisi dalam puncak pencapaian sebuah tim seperti yang ada dalam konsep Doll. Sudah sewajarnya setiap klub fokus menata tim saat pramusim ketimbang sibuk memburu prestasi tertinggi dalam sebuah ajang pemanasan menuju kompetisi sesungguhnya.
[Gambas:Video CNN]