Jakarta, CNN Indonesia --
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto jadi ganda badminton Indonesia yang berada dalam posisi sulit di setahun terakhir. Ketika tengah berusaha mengejar ketinggalan, Fajar/Rian malah dalam tekanan ganda-ganda muda yang terus bermunculan. Kini mereka mulai memberikan jawaban.
Dari segi kualitas, Fajar/Rian adalah salah satu ganda putra terbaik di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Konsistensi mereka di Top 8 jadi bukti nyata kemampuan mereka.
Namun lantaran Olimpiade menggunakan kuota maksimal dua pasang, Fajar/Rian tidak terpilih karena Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan punya peringkat lebih baik karena duduk di peringkat satu dan dua dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat Fajar/Rian sempat menunjukkan semangat perlawanan dan perjuangan untuk mengejar ketinggalan dengan jadi pemain penting di Thomas Cup 2020, tak lama berselang mereka kemudian malah ditimpa tekanan.
Tekanan untuk mengejar dua ganda terbaik Indonesia bertambah oleh tekanan lantaran ganda junior di bawah mereka cepat berbicara banyak.
Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana juara All England, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan juara Asia, dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin bisa mengemban tugas memenangi SEA Games.
 Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mulai menunjukkan konsistensi hingga pertengahan 2022. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim) |
Sebaliknya, Fajar/Rian justru mengalami keterpurukan di dua turnamen awal yang mereka mainkan di Eropa tahun ini. Fajar/Rian tumbang di 16 besar German Open dan tersungkur di babak pertama All England.
Fajar/Rian sempat bangkit dan menang Swiss Open serta menjadi runner-up Korea Open. Namun kemudian mereka kalah di semifinal Kejuaraan Asia.
Sinar Fajar/Rian sempat meredup dan tertutup gemilang cahaya pemain-pemain muda. Namun situasi itu seperti jadi tamparan telak untuk Fajar/Rian. Pukulan yang tidak hanya menyadarkan, melainkan juga mendorong kebangkitan.
Fajar/Rian lalu bersinar di rentetan turnamen berikutnya. Mereka masuk final Thailand Open, Indonesia Masters, Malaysia Open, dan Malaysia Masters dalam lima turnamen terakhir yang mereka mainkan. Hanya Indonesia Open yang jadi turnamen saat mereka gagal lolos ke partai final.
Keterpurukan di awal tahun 2022 telah diubah Fajar/Rian dengan situasi 180 derajat. Fajar/Rian kini jadi ganda putra Indonesia paling konsisten dengan torehan tiga gelar di tangan.
Berlanjut ke halaman kedua >>>
Merujuk penampilan Fajar/Rian sejak Swiss Open, telah terbukti mereka bisa menampilkan konsistensi yang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di tengah berbagai tekanan kuat yang menimpa mereka, Fajar/Rian membuktikan mereka tak bisa dipandang sebelah mata.
Bila menimbang performa dan kondisi pasukan ganda putra Indonesia lainnya, Fajar/Rian adalah jawaban paling jelas ketika pertanyaan tentang ganda putra terbaik Indonesia di titik ini dilayangkan.
Selepas memberikan jawaban lugas atas keraguan-keraguan yang pernah menyerang mereka secara bebas, kini Fajar/Rian punya momentum bagus untuk menancapkan status mereka secara tegas.
Di tengah riuh persaingan ganda putra saat ini, baik sesama pemain Indonesia maupun dunia keseluruhan, Fajar/Rian butuh gelar bergengsi yang membuat mereka bisa semakin dikenang dalam waktu panjang.
Kejuaraan Dunia 2022 jadi momen terbaik bagi mereka untuk membidik gelar besar. Merujuk penampilan yang mereka tunjukkan dalam beberapa bulan terakhir, Fajar/Rian punya kualitas untuk jadi penantang serius pada Kejuaraan Dunia mendatang.
Saat Fajar dan Rian berada dalam mode terbaik, kombinasi serangan mereka berdua adalah salah satu yang paling berbahaya di dunia. Pasalnya rotasi Fajar dan Rian bisa mulus berjalan di lapangan, membuat lawan tak punya celah untuk lama-lama bertahan.
Namun tentunya Fajar dan Rian masih perlu menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada mereka sehingga peluang untuk jadi juara dunia bisa lebih besar dibanding sebelumnya.
Salah satu kelemahan umum yang sudah sering dibahas tentu perihal servis Rian. Namun dalam beberapa waktu belakangan, Fajar juga terkadang melakukan hal yang sama. Situasi macam ini terbilang rawan, terutama jika kesalahan terjadi di pengujung pertandingan.
Fajar/Rian tentu sudah memahami, mempelajari, dan mencari solusi atas kelemahan tersebut selama ini. Dan harapan terbaik adalah kesalahan elementer macam itu bukan sesuatu yang terus identik dengan mereka di Kejuaraan Dunia mendatang.
Hal lain yang mungkin juga bisa ditingkatkan adalah faktor kebugaran tubuh dan stamina. Fajar/Rian sempat antiklimaks di final Malaysia Open saat menghadapi Takuro Hoki/Yugo Kobayashi di gim penentuan.
Kebugaran dan stamina tubuh yang lebih bagus akan mengantar mereka bisa menjaga level terbaik mereka untuk kurun waktu yang lebih lama.
Dalam beberapa bulan terakhir, Fajar/Rian sudah memberikan jawaban-jawaban kecil atas posisi mereka dalam generasi ganda putra saat ini. Jawaban-jawaban yang masih terlihat berpendar-pendar.
Bila Fajar/Rian menginginkan jawaban yang lebih tegas dari dalam diri mereka, gelar juara dunia adalah jawaban yang terang benderang dan akan menempatkan mereka sebagai salah satu ganda putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
[Gambas:Photo CNN]