Irwansyah: Saya Juga Bisa Marah ke Pemain Indonesia
Irwansyah, pelatih tunggal putra Pelatnas PP PBSI, sedang dalam suasana gembira lantaran keberhasilan Chico Aura Dwi Wardoyo dan Anthony Ginting juara Malaysia Masters dan Singapore Open secara beruntun. Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Irwansyah.
Sektor tunggal putra Indonesia seringkali jadi sorotan. Dianggap memiliki bakat-bakat potensial dengan kehadiran Anthony Ginting, Jonatan Christie, dan Chico Aura Dwi Wardoyo, sektor tunggal putra masih sering inkonsisten.
Namun dalam dua turnamen terakhir, pebulutangkis Indonesia berhasil jadi juara. Chico menjadi yang terbaik di Malaysia Masters, sedangkan Ginting jadi pemenang di Singapore Open.
Bagaimana pandangan Irwansyah terhadap kiprahnya melatih tunggal putra serta cerita perjalanan kariernya?
Simak wawancara CNNIndonesia.com dengan Irwansyah berikut ini:
Bagaimana perasaan Anda melihat Chico dan Ginting bisa jadi juara di Malaysia Masters dan Singapore Open secara berurutan?
Pasti perasaan saya senang dan bangga sekali sama atlet-atlet saya ini karena yang saya tahu mereka latihannya bagus. Kerja keras dan disiplin. Jadi melihat mereka bisa juara itu bangga dan senang. Alhamdulillah.
Apakah ada perbedaan pendekatan dalam latihan menghadapi turnamen di Malaysia dan Singapura?
Kalau latihan setiap harinya mereka memang bagus terus, tidak ada perubahan. Mereka tetap konsisten bagus dalam latihan.
Memang di kejuaraan ada kalah dan menang. Tetapi dari latihan, dari persiapan, mereka selalu melakukannya dengan bagus.
Ginting sempat cerita bahwa feeling main dia sempat hilang. Bagaimana Anda melihat hal itu?
Banyak juga pemain yang masih merasakan hal seperti itu, bukan hanya Ginting. Jadi ketika Ginting bilang feeling-nya kayak tidak enak, sebagai pelatih saya terus mencoba untuk mendukung dengan latihan dan menyediakan diri saya agar Ginting bisa bertukar pikiran. Kami mencoba terus dengan tanpa menyerah dan mencari cara yang nyaman agar Ginting bisa kembali mendapatkan feeling-nya.
Alhamdulillah setelah Thomas Cup akhirnya bisa, dan dia bisa jadi juara lagi di Singapore Open. Itu jadi momen yang penting bagi Ginting karena tidak gampang untuk kembali mendapatkan momentum.
Separah apa kondisi Ginting yang kehilangan kepercayaan diri?
Hidup kan bukan bulutangkis saja, jadi ada hal di luar bulutangkis juga. Ada kendala lah ya, ada sesuatu, tetapi Alhamdulillah bisa diselesaikan.
Makanya kami selalu support mereka. Tim dan PBSI juga mendukung jadi akhirnya bisa dapat lagi momen seperti kemarin itu. Makanya setelah juara itu bukan selebrasinya terlalu berlebihan. Jadi soal banting raket itu seketika saja meluapkan kemenangan karena sudah lama ditunggu-tunggu.
Saya juga mau bilang itu bukan selebrasi yang berlebihan, itu spontan saja. Habis banting raket, Ginting lihat saya dan teriak. Mungkin dalam hatinya berujar 'Bisa juga kita ini'.
Waktu dia banting raket saya tidak terlalu melihat. Saya sedang berdiri bilang Alhamdulillah lalu sujud syukur. Tetapi pas ke lapangan kok lihat raketnya sudah patah.
Waktu dia peluk saya juga kencang dan bilang terima kasih. Saking senangnya Ginting jadi bertindak seperti itu.
Jadi memang selebrasi banting raket bukan selebrasi yang sudah direncanakan sebelumnya?
Seketika saja, sama kayak pemain buka baju atau lompat. Musuhnya si Kodai Naraoka itu bagus juga mainnya dan serangan Ginting bisa terus dikembalikannya.
Tetapi kami juga sudah punya strategi. Kecepatan Ginting ditambah dan diperbanyak main netting silang.
Walaupun Kodai sudah berusaha mengimbangi, tetapi dia tidak bisa juga akhirnya.
Anda sering peluk anak didik setelah pertandingan. Kalau pemain sedang kalah, apa yang biasanya anda bisikkan?
Kalau saya pribadi, saya merasa harus selalu mendukung mereka, termasuk saat sedang kalah. Dalam kondisi kalah, perasaan down dan kekecewaan mereka tentu lebih besar.
Menurut saya, saya harus selalu mendukung mereka apapun yang terjadi. Tetapi ketika pemain kalah, tentu mereka lebih butuh dukungan.
Ibaratnya, kalau pemain sedang menang, ditinggal di hutan juga tidak ada masalah. Tetapi kalau kalah, di kota pun si pemain akan merasa hilang.
Jadi perasaan atlet itu penting bagi saya dan mereka butuh sekali dukungan pelatih, baik saat menang maupun kalah.
Ada tren unik bahwa ketika Jonatan naik, Ginting menurun. Ketika Ginting naik, Jonatan menurun. Ada pendapat soal itu?
Kalau dibilang Jonatan menurun sih tidak sepenuhnya tepat. Kalau di lapangan kemarin, menang-kalahnya tipis-tipis. Jojo kalahnya 25-27, jadi memang belum rezeki, tetapi ke depannya juga pasti bisa.
Allah kalau sudah kasih rezeki, tidak akan ke mana-mana. Karena memang 1-2 poin itu memang menentukan.
Di Malaysia Masters, Jojo kalah tipis tinggal satu poin tetapi out di akhir. Tiba-tiba kayak hilang konsentrasi. Jadi belum rezeki saja menurut saya.
Jonatan melakukan protes keras pada wasit dalam laga lawan Wang Tzu Wei. Bagaimana Anda melihat hal itu?
Kadang-kadang dia protes, tetapi saya tidak melarang. Boleh saja protes, namanya juga di lapangan, tetapi kadang-kadang hal itu bisa mengganggu konsentrasinya dia.
Sebab saat poin-poin itu sudah waktunya untuk fokus. Mungkin Jojo sudah kepikiran sama shuttlecock yang out sebelumnya, makanya dia harus fokus.
Menurut saya tidak apa-apa seorang pemain komplain, supaya hakim garis atau wasit tidak berbuat seperti itu lagi [membuat keputusan merugikan]. Tetapi konsentrasi tak boleh buyar. Di situ harus kami latih lagi dengan kesabaran pikiran.
Target di nomor tunggal putra di Kejuaraan Dunia sebenarnya bagaimana?
Di sini ini, saya tidak mau membebani mereka. Orang suka bertanya target tetapi menurut saya, para pemain harus dikasih relaks sedikit.
Mereka harus enjoy dulu pikirannya. Makanya harus rileks, tidak usah mikir target ini, target itu. Yang penting dari kami persiapannya bagus, juga fokusnya Insya Allah di kejuaraan lain bisa dapat lagi.
Saya sebagai pelatih tidak pasang target pun, mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Siapa sih memang yang mau kalah?
Jadi saya bilang ke mereka, fokus saja satu-satu ke musuhnya. Satu-satu saja harus dihadapi dulu karena itu hampir 100 persen tiap babak mirip final semua.
Sejauh mana? kita lihat lagi nanti. Yang penting persiapannya bagus dan fokus mereka juga harus bagus.
Makanya saya bilang bahwa Allah sudah kasih rezeki ke masing-masing orang jadi tinggal bagaimana kita menjalaninya.
Sudah enam tahun menemani Ginting dan Jonatan. Bagaimana Anda melihat beban mereka sebagai tumpuan?
Kalau soal beban, pasti mereka terbebani. Tetapi saya tidak mau membebani lagi karena ada saatnya.
Sebab kemarin-kemarin belum juara juga kan. Rileks saja.
Nanti kalau pikirannya sudah solid, baru saya mau pasang target. Dalam kondisi saat ini, saya tidak mau bikin mereka terbebani lagi.
Kalau pikiran mereka sudah nyaman, apa saja bisa mereka lakukan di lapangan. Tetapi kalau pikirannya sudah kena [terganggu], lawan pemain yang biasa juga bisa kacau mereka mainnya. Ini yang membuat saya berusaha menjaga terus pemikiran mereka.
Makanya masyarakat rileks saja dan lihat hasilnya nanti. Jadi pendukung perlu rileks supaya ujung tombaknya bisa nyaman.
Berarti pola pikir dan fokus pemain-pemain tunggal putra belum stabil?
Bukan tidak stabil, tetapi karena mereka baru kembali juara. Jadi mereka harus nyaman sama pikiran mereka supaya lebih konsisten.
Jadi menurut saya, kalau baru juara jangan dibebani harus juara lagi. Mereka juga pasti pikirannya mau juara.
Bukan saya takut memasang target, tetapi supaya para pemain lebih nyaman. Toh masyarakat kan mau lihat hasilnya, mereka juga kan tidak mau kami pasang target tetapi hasilnya jeblok.
Bisakah Vito dan Chico menggeser Ginting dan Jonatan sebagai dua andalan terdepan Indonesia di tunggal putra?
Bisa saja. Sebab Chico sudah buktikan bisa juara di level Super 500. Pemain yang dikalahkan juga bagus. Tinggal jam terbang saja diperbanyak dan bila ranking Chico sudah naik, dia bisa rutin main di Super 1000 dan Super 500, jadi dia harus terbiasa melawan musuh-musuh di level itu supaya dia lebih kokoh.
Kalau Vito, walaupun umurnya sudah tidak muda seperti Chico, latihannya dia beda banget dibandingkan dulu. Dia berlatih lebih baik, lebih semangat, dan saya lihat tujuan dia lebih jelas.
Kemarin dia cedera di bagian betis. Saat ini sedang recovery dan mudah-mudahan bisa ikut Kejuaraan Dunia?
Sebenarnya SK Pelatih Anda itu saat ini pelatih atau asisten pelatih?
Harusnya pertanyaan ini ke PBSI, tetapi saya juga belum tahu status saya di PBSI. Mudah-mudahan secepatnya diputuskan PBSI.
Saya juga ingin bertanya. Tetapi selagi saya ditunjuk sendiri di PBSI menangani sembilan atlet di tunggal putra utama, ya saya kerja keras menaikkan standard mereka.
Hasilnya di tahun ini Jojo bisa juara di Swiss, Chico juara di Malaysia, Ginting juga juara di Singapura. Semoga soal pelatih ini bisa segera diputuskan biar tidak mengambang.
Idealnya sembilan atlet di pelatnas utama itu dibagi berapa pelatih?
Kalau menurut saya enaknya berdua. Tetapi bukan berarti empat orang ke saya atau bagaimana. Semuanya tetap kami yang latih, tetapi ada kolaborasi.
Program tetap dibuat bersama dan konsisten dalam latihan. Enaknya memang berdua.
Sementara ini bila saya sedang mendampingi atlet ke luar negeri, pemain yang tinggal di pelatnas berlatih bersama tim tunggal putra pratama, karena tidak mungkin saya sendiri yang pegang sedang saya ada di luar.
Tetapi kalau saya ditunjuk PBSI sebagai kepala pelatih, pasti saya kasih yang terbaik 100 persen. Saya memang ingin menaikkan tunggal putra.
Anda sering kasih gesture positif di lapangan. Apakah memang tidak pernah galak termasuk saat latihan?
Harusnya ditanya sama pemain pertanyaan ini hahaha. Tetapi saya berprinsip bahwa atlet harus disiplin di latihan. Makanya kalau saya rasa ada yang tidak benar, ya harus dimarahi.
Jadi tidak ada pilih kasih. Tetapi pas mereka berbuat bagus, ya saya puji. Pemain yang junior pun tetap saya beri apresiasi.
Saya mau mereka berhasil, jadi tidak bisa membiarkan mereka seenaknya saja di latihan.
Pemain yang hebat dibiarkan saja kalau salah? Jelas itu tidak bisa. Sebagai pelatih kita harus memperlakukan hal yang sama kepada semua pemain.
Tetapi bila sudah ada di pertandingan atau kejuaraan, sudah tidak bisa lagi ada yang diubah. Jadi kalau ada yang salah, ya saya bilang oke tidak apa-apa, dicoba lagi lebih bagus.
Berarti prinsipnya Anda bakal keras, tegas, dan bila perlu marah di latihan karena di pertandingan hal-hal seperti itu tidak akan mengubah keadaan?
Iya, karena di latihan itu yang harus ditingkatkan disiplin. Jadi tidak bisa ada peraturan pemain top boleh terlambat, sedangkan yang lain tidak bisa.
Jadi semua kalau salah harus dimarahi, walaupun Ginting sekalipun. Tidak perlu keras sebenarnya, tetapi disiplin itu harus ada.
Saya tidak mau juga hanya menyalahkan. Jadi kalau ada hal bagus, itu juga patut dapat pujian.
Misalnya Anda kerja bagus tetapi tidak ada pujian kan mungkin jadi berpikir sudah kerja benar atau belum ya. Dalam pandangan saya, jangan hanya salah terus yang dikasih tahu ke atlet. Bisa butek kepala nanti. Itu prinsip saya. Hal-hal yang sudah benar juga harus diapresiasi
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>