Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia U-16 tak boleh besar kepala menatap laga final Piala AFF U-16 2022 karena mengalahkan Vietnam pada babak grup. Ini bisa menjadi bumerang.
Pada 6 Agustus, Timnas U-16 menang 2-1 atas Vietnam. Sempat tertinggal, tim asuhan Bima Sakti ini bisa menyamakan kedudukan pada menit ke-51 dan akhirnya unggul di menit ke-55.
Tetapi Indonesia tetap patut waspada dengan Vietnam, pertandingan semifinal bisa menjadi acuan. Vietnam dengan meyakinkan menang 2-0 atas Thailand, sedangkan Indonesia lolos ke final lewat adu penalti setelah bermain imbang 1-1.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Statistik Garuda Asia pun jauh lebih mentereng dibanding Myanmar. Muhammad Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan menguasai permainan hingga 79 persen, melepas 523 umpan yang 81 persen di antaranya sukses.
Sepanjang pertandingan Garuda Asia melepas 29 tembakan ke gawang yang tujuh di antaranya tepat sasaran. Ini jomplang dengan Myanmar yang hanya bisa melepas empat shoot on target dan hanya dua yang akurat.
Statistik Vietnam agak berbeda. Mereka tak dominan menguasai permainan, tetapi efektif. Setiap kali berhasil membangun serangan, sisi pertahanan Thailand dibuat kelabakan.
Duel Vietnam vs Indonesia ini ibarat uji klinis pragmatisme kontra idealisme. Vietnam bermain pragmatis, sedangkan Indonesia mengusung idealisme Luis Milla, eks-pelatih Timnas Indonesia (2017-2018).
Mengapa Luis Milla? Bisa dilihat gaya main tim asuhan Bima Sakti ini mirip dengan pola main pelatih asal Spanyol tersebut. Memang tak 100 persen, tetapi dasar-dasarnya identik: filanesia.
Sepanjang turnamen Indonesia memang tak pernah kalah ball possession. Bahkan angkanya paling tinggi jika dikalkulasi. Jumlah akurasi umpan Garuda Asia juga tertinggi.
Namun dalam sepak bola tak ada rumus, strategi dan pola A yang akan menghasilkan juara. Keunggulan sejumlah aspek tak bisa jadi landasan untuk besar kepala bahwa Indonesia U-16 akan juara.
Jadi mengapa harus besar kepala sedang gelar juara belum pasti di tangan. Bahkan, setelah juara pun tak pantas ada benih besar kepala yang membuat jamur star syndrome hinggap dan merusak.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Mantan pelatih Indonesia U-16 Fakhri Husaini menyebut salah satu kunci sukses Tim Merah Putih meraih gelar juara Piala AFF pada 2018 adalah menikmati pertandingan.
Setelah laga semifinal pemain tak dicekoki hal-hal macam-macam. Satu hari menjelang laga bersejarah itu pemain malah bersantai, bersenda gurau, dan tidur cepat tanpa banyak pikiran.
Hal ini pula yang kiranya perlu dilakukan anak-anak Timnas U-16 di final Piala AFF U-16 2022. Dua kata kunci menjelang final adalah istirahat maksimal dan menikmati laga final.
Tokoh-tokoh semisal dari PSSI maupun pemerintahan, tak sepantasnya merusak konsentrasi mereka. Terkadang kata-kata penyemangat dari unsur di luar tim malah menimbulkan kerusakan pikiran.
Kata-kata penyemangat semacam 'ayo pasti juara' atau 'jadilah raja ASEAN' dan juga 'hancurkan lawan dan jadi juara' malah bisa senjata makan tuan. Anak muda tak sepantasnya ditekan begitu besar.
Benar kata Menpora Zainudin Amali untuk tidak memberikan tekanan berlebih atau berharap banyak pada Indonesia U-16 ini selayaknya ke Timnas Indonesia senior.
Masuknya banyak motivasi yang tidak perlu malah bisa menjadi racun. Pemain yang seharusnya menatap laga final dengan wajah gembira, semringah, antusias, malah tegang dan dikerubung ambisi.
Pertandingan melawan Myanmar bisa menjadi cerminan. Timnas U-16 tampil tertekan meski menguasai jalannya pertandingan. Tak ada kegembiraan khas anak-anak dalam aksi mereka.
Dan, menikmati pertandingan sudah terbukti membuat potensi pemain menjulang. Gol demi gol pun tercipta. Pertandingan melawan Singapura misalnya. Pemain datang ke stadion seperti ke taman.
Dalam konsep FIFA, gelar juara untuk kategori usia muda bukan hal mewah. Gelar juara hanyalah bonus. Menikmati setiap proses dan waktu latihan dan pertandingan adalah tujuan utamanya.
Karenanya tidak sepantasnya pula anak-anak Timnas U-16 'dicuci otaknya' untuk mengejar gelar juara di usia muda. Usia muda adalah waktunya belajar dan belajar, gelar hanyalah bonus.
Terakhir, Timnas Indonesia U-16 unggul segalanya dari Vietnam di final Piala AFF U-16 2022. Namun keunggulan itu tak akan ada artinya jika isi kepala telah besar dengan jutaan tekanan ego.
[Gambas:Video CNN]