Jakarta, CNN Indonesia --
Naturalisasi Jordi Amat dan Sandy Walsh semakin mendekati titik akhir, namun kabar baik tersebut diharapkan bukan upaya penghabisan PSSI mengerek prestasi Timnas Indonesia.
Dalam beberapa hari terakhir Jordi dan Sandy menyambangi Gedung DPR, via daring, dalam rangka penuntasan proses alih kewarganegaraan.
Mereka bertemu beberapa wakil rakyat dari Komisi III dan X, serta perwakilan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan PSSI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibarat permainan sepak bola, naturalisasi Jordi dan Sandy sudah masuk ke sepertiga akhir lapangan dan sesaat lagi kita tinggal menunggu hasil yang tampaknya bakal sesuai harapan.
"Komisi X DPR RI menyetujui rekomendasi kewarganegaraan RI atas nama Jordi Amat Maas dan Sandy Henny Walsh dengan catatan bahwa penetapan kewarganegaraan RI ditetapkan oleh instansi yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan," kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Kamis (1/9).
Dua hari sebelumnya, Komisi III DPR lebih dulu menyetujui naturalisasi dua pemain yang punya pengalaman bermain di kompetisi terbaik dunia.
 Jordi Amat (kiri) pernah main di Liga Spanyol dan Liga Inggris. (Adam Davy / PA via AP) |
Masih ada proses finalisasi yang melibatkan Presiden Joko Widodo agar Jordi dan Sandy bisa membela Timnas Indonesia.
Belum jelas kapan pengambilan sumpah warga negara akan dilakukan Jordi dan Sandy, namun hari bersejarah itu disinyalir tak akan lama lagi serta dan bukan angan-angan belaka.
Ganti kewarganegaraan, Jordi dan Sandy akan pula mengganti seragam. Jordi yang pernah membela Spanyol di level kelompok umur sejak 2008 hingga 2014 dipastikan menanggalkan seragam La Furia Roja dan akan mengenakan seragam Skuad Garuda.
Begitu pula Sandy yang pernah menjadi andalan timnas Belanda di level U-15 hingga U-20 pada 2009 hingga 2014. Pemain klub KV Mechelen itu bersalin warna dari Oranye menjadi Merah Putih.
Setelah bersumpah Jordi dan Sandy kelak bisa segera mengenakan jersey Timnas Indonesia. Yang patut diingat, dua pemain itu bukan semacam superhero yang bisa membawa Timnas Indonesia akan menang mudah dan lantas menjadi juara dunia dalam waktu sekejap.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Seandainya naturalisasi Jordi dan Sandy selesai, tugas PSSI tidak lantas selesai. Bukan karena masih menanti finalisasi proses alih kewarganegaraan pemain lain seperti Shayne Pattynama, melainkan karena ada tugas seabreg yang harus dituntaskan induk sepak bola di Indonesia itu.
Seperti pada periode sebelumnya, PSSI tak lepas dari sorotan lantaran kelakuan minor yang diyakini memiliki efek buruk pada prestasi Timnas Indonesia.
Penyelenggaraan kompetisi di berbagai level, perwasitan, kaitan dengan pencalonan kepala daerah, dan sederet kontroversi menjadi hal lain yang harus diperhatikan selain pembinaan pemain yang kelak bermuara pada skuad Garuda.
Dalam kaitan dengan naturalisasi Jordi, Sandy, dan kelak diikuti Shayne serta usulan dan rekomendasi dari Shin Tae Yong selaku pelatih Timnas Indonesia, maka berarti pria asal Korea Selatan itu tidak menemukan sumber daya manusia mumpuni yang segendang sepenarian dengan target sebagai juru latih Timnas Indonesia.
Kegagalan penyediaan pemain berkualitas merupakan buah busuk dari pembibitan pemain pada tahun-tahun yang lampau.
Jika Mochamad Iriawan dan rekan-rekan di PSSI tidak bisa menyemai talenta-talenta lokal berbakat maka pada tahun yang akan datang berpotensi mengulang apa yang terjadi saat ini. Rezim mendatang bisa jadi akan kembali mendatangkan pelatih asing yang kemudian bakal menemukan kesulitan mencari bakat-bakat lokal, sehingga lagi-lagi berharap naturalisasi menjadi ujung tombak prestasi.
Hal ini sudah terjadi sejak PSSI membuka keran bagi pemain-pemain keturunan. Lebih kurang satu dasawarsa lalu, nama-nama pemain seperti Jhon Van Beukering, Tonnie Cusell, dan Ruben Wuarbanaran sempat menjadi harapan.
 Bibit pemain muda di Indonesia tidak kalah secara kuantitas, namun harus terus diasah untuk mendapat level kualitas lebih baik. (Dok. PSSI) |
Tidak ada yang salah dengan naturalisasi, yang kacau adalah semata berharap pada naturalisasi guna mengharap piala dan prestasi datang.
Masalah yang juga dirasakan Shin pada saat ini dan belum terpecahkan solusinya adalah stok penyerang haus gol.
Sejak Shin mendampingi Timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Dunia yang berlangsung pada tahun 2021 hingga Kualifikasi Piala Asia pada tengah tahun 2022, tidak ada ujung tombak yang benar-benar tajam. Sosok seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas, atau Boaz Solossa masih menjadi standar bomber yang terus dicari padanannya di masa kini.
Dengan kedatangan Jordi dan Sandy yang kemungkinan tak lama lagi, semoga kelak bisa memperkuat Timnas Indonesia pada laga-laga berikutnya. Tetapi singkirkan dulu ekspektasi meraih gelar dengan mudah seperti membalik telapak tangan selama PSSI masih belum benar-benar serius membenahi berbagai aspek yang menunjang kiprah Skuad Garuda di persaingan sepak bola dunia bahkan Asia ataupun Asia Tenggara.