Beberapa saat setelah kerusuhan terjadi di Tragedi Kanjuruhan dalam laga Arema FC vs Persebaya, Aremania menyebut ambulans tak bisa masuk ke sekitar stadion, Sabtu (1/10) malam.
Setelah pertandingan yang dimenangkan Persebaya dengan skor 3-2, kericuhan terjadi di stadion. Ada tembakan air mata di dalam stadion dan ada aksi massa di luar stadion antara aparat dan suporter.
Pendukung Aremania Yoyo Sugiarto mengatakan saat itu tak ada ambulans yang masuk ke sekitaran stadion. Kondisi dan situasi tak memungkinkan untuk tenaga medis masuk ke wilayah konflik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ambulans enggak bisa masuk. Keadaan di luar stadion kacau. Saya saja ungsikan bapak yang sudah tua ke luar stadion naik motor. Setelah dua kilo, bapak saya tinggal. Saya balik ke stadion. Banyak yang butuh pertolongan," kata Yoyo.
Di dalam stadion memang ada ambulans dan tenaga medis, namun tak bisa berbuat banyak. Jumlah orang yang terdampak kerusuhan sangat banyak sehingga tak bisa tertangani.
Dalam situasi ini tim medis klub, dalam hal ini Arema FC, ikut membantu para korban. Saat kejadian puluhan orang yang kepayahan dan pingsan dibawa masuk ke ruang ganti pemain.
Dalam situasi seperti itu motor menjadi kendaraan alat evakuasi paling bermanfaat. Mereka yang butuh pertolongan cepat dilarikan dengan motor, sedang yang masih bisa berjalan berlindung di sekitaran stadion.
Yoga, Aremania yang sengaja datang ke Kanjuruhan untuk melihat kondisi mengakui hal serupa. Ia dan rekannya hadir di stadion dalam pertandingan itu mengaku tak melihat ambulans beberapa saat setelah kerusuhan.
"Kebanyakan sesak nafas. Gas air mata yang terhirup kan membuat sesak. Kami berusaha menyelamatkan diri sambil membantu mereka yang butuh bantuan dengan sebisanya," ucap Yoga.
Dari pantauan CNNIndonesia.com di Stadion Kanjuruhan, pintu masuk dan keluar stadion yang mengalami kerusakan adalah 11 dan 12. Disinyalir dari lokasi ini banyak korban berjatuhan.
Di pintu masuk ini pula lantas Aremania menaburkan bunga. Mereka menyusun sepatu-sepatu yang berserakan di depan pintu. Entah milik siapa sepatu tersebut, tetapi dipastikan sisa dari tragedi 1 Oktober tersebut.
Pada Senin (3/10) banyak Aremania dan warga lokal yang datang untuk mengirim doa di sini. Dari banyaknya orang yang hadir, ada seorang ibu yang matanya bengkak. Sisa tangisan masih tergambar.
Saat CNNIndonesia.com mendekat, ibu itu dengan halus menolak. Seorang lelaki yang menemaninya datang dengan sepeda motor dengan bahasa tubuh meminta tak diganggu. Ibu itu duduk terdiam. Tatapannya kosong.
(abs/jal)