Kesaksian-kesaksian Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan

CNN Indonesia
Selasa, 04 Okt 2022 08:28 WIB
Berbagai kesaksian-kesaksian Aremania telah terungkap usai kejadian Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 jiwa.
Polisi berupaya menahan Aremania yang akan masuk lapangan. (AFP)

Sementara itu seorang Aremania, Eko Prianto (39 tahun) mengusap matanya yang basah saat bercerita soal Tragedi Kanjuruhan.

Dengan terisak dia mengaku tak kuat menceritakan kejadian memilukan yang ada di depan matanya pada Sabtu (1/10) malam lalu.

Eko mengatakan malam itu dia sengaja tak masuk ke stadion, meski tiket sudah di tangannya. Dia lebih memilih menemani kawannya yang tak punya tiket.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanggal 1 Oktober, saya punya tiket, tapi saya tidak masuk. Saya ada di luar, saya dan teman saya cuma keliling di luar stadion," kata Eko kepada CNNIndonesia.com di Malang, Senin (3/10).

Eko kemudian berkeliling untuk mengamati kondisi. Ia melihat banyak sekali aparat berjaga-jaga di sekitar StadionKanjuruhan.

Saat itu kondisi masih aman bahkan sampai peluit panjang akhir babak kedua dibunyikan. Namun tak berapa lama, Eko mengaku mendengar suara letupan gas air mata dari arah dalam.

"Setelah peluit dibunyikan masih keadaan kondusif. Saya berpikir, alhamdulillah meskipun kalah Aremania mereka sudah dewasa. Tapi beberapa menit kemudian ada suara seperti tembakan beberapa kali," ujarnya.

Ia pun mendekat ke gerbang stadion, mencari tahu apa yang sedang terjadi. Ternyata yang ia dapati adalah gedoran dari arah dalam dilanjutkan teriak-teriakan minta tolong.

"Saya berada dekat gate 10, di situ pertama kali saya dengar ada suara gedor-gedor pintu, suara minta tolong, suara jeritan," ucapnya.

Ia kemudian melihat seorang perempuan sudah tak sadarkan diri. Eko dan kawannya pun mengevakuasi perempuan tersebut ke tempat yang lebih aman.

"Pertama kali saya lihat ada perempuan sudah lemas, pingsan. Sama rekan-rekan ditolong. Setelah itu satu, dua, tiga, jumlah korban terus bertambah. Saya menolong ada lima orang," kata dia.

Eko kemudian melihat hal yang lebih parah di gate 13 dan 14. Di sana dia menyaksikan sendiri banyak perempuan dan anak-anak yang tergeletak. Posisinya bertumpukan.

Dia mencoba membuka paksa pintu gerbang gate 13, dengan segala cara. Tapi upayanya itu tak berhasil karena pintu hanya terbuka sebagian.

Di tengah cerita, Eko kemudian tak bisa meneruskan perkataannya. Tangisannya pecah, dia hanya bisa tertunduk.

Beberapa saat setelah kerusuhan terjadi di Tragedi Kanjuruhan dalam laga Arema FC vs Persebaya, Aremania menyebut ambulans tak bisa masuk ke sekitar stadion, Sabtu (1/10) malam.

Pendukung Aremania Yoyo Sugiarto mengatakan saat itu tak ada ambulans yang masuk ke sekitaran stadion. Kondisi dan situasi tak memungkinkan untuk tenaga medis masuk ke wilayah konflik.

"Ambulans enggak bisa masuk. Keadaan di luar stadion kacau. Saya saja ungsikan bapak yang sudah tua ke luar stadion naik motor. Setelah dua kilo, bapak saya tinggal. Saya balik ke stadion. Banyak yang butuh pertolongan," kata Yoyo.

Di dalam stadion memang ada ambulans dan tenaga medis, namun tak bisa berbuat banyak. Jumlah orang yang terdampak kerusuhan sangat banyak sehingga tak bisa tertangani.

Dalam situasi ini tim medis klub, dalam hal ini Arema FC, ikut membantu para korban. Saat kejadian puluhan orang yang kepayahan dan pingsan dibawa masuk ke ruang ganti pemain.

Dalam situasi seperti itu motor menjadi kendaraan alat evakuasi paling bermanfaat. Mereka yang butuh pertolongan cepat dilarikan dengan motor, sedang yang masih bisa berjalan berlindung di sekitaran stadion.

Yoga, Aremania yang sengaja datang ke Kanjuruhan untuk melihat kondisi mengakui hal serupa. Ia dan rekannya hadir di stadion dalam pertandingan itu mengaku tak melihat ambulans beberapa saat setelah kerusuhan.

"Kebanyakan sesak nafas. Gas air mata yang terhirup kan membuat sesak. Kami berusaha menyelamatkan diri sambil membantu mereka yang butuh bantuan dengan sebisanya," ucap Yoga.



(dis/abs/rhr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER