ANALISIS

Jangan Sia-siakan 131 Nyawa di Tragedi Kanjuruhan

jun | CNN Indonesia
Kamis, 06 Okt 2022 07:00 WIB
Foto: AFP
Jakarta, CNN Indonesia --

Tragedi Kanjuruhan yang menelan korban hingga ratusan jiwa adalah insiden luar biasa. Maka, jangan sia-siakan nyawa Aremania dengan debat kusir tak berujung.

Sejauh ini, data resmi pemerintah menyebut korban meninggal dunia usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya mencapai 131 orang.

Pemuda, ibu-ibu, dan anak-anak di bawah umur pun termasuk di dalamnya. Dua aparat kepolisian pun jadi korban. Sungguh peristiwa yang memilukan bagi bangsa ini.

Nyawa-nyawa itu melayang bukan karena bentrok antarsuporter. Hampir sebagian besar dari mereka meninggal karena berdesak-desakkan dan sesak napas. Tak sedikit pula yang terinjak-injak.

Insiden ini dipicu segelintir fans Arema yang masuk ke lapangan. Aparat TNI dan Polisi bereaksi keras untuk mengadang pergerakan massa hingga melepaskan tembakan gas air mata.

Tak hanya menyasar ke massa di lapangan, gas air mata juga ditembakkan ke arah tribune. Inilah yang membuat massa panik dan berdesakkan hingga merenggut ratusan nyawa.

Aksi fan Arema turun ke lapangan memang tak bisa dibenarkan apapun motifnya. Namun, reaksi berlebihan dari aparat pun jadi sorotan tajam. Terlebih polemik penggunaan gas air mata merupakan barang haram di stadion.

Fans Arema FC turun ke lapangan usa laga Arema vs Persebaya. (AP/Yudha Prabowo)

Pintu 13 menjadi saksi bisu tragedi mengerikan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Sejumlah saksi mata mengatakan tembakan gas air mata jadi pemicu penumpukkan penonton di pintu keluar. Lokasi ini bahkan digambarkan bak kuburan massal.

Banyak pihak menuding aparat keamanan jadi pihak paling bersalah dalam kasus ini. Polisi dianggap gagal menjalankan crowd control hingga mengakibatkan ratusan korban jiwa.

Beberapa pihak juga menyebut aksi Aremania turun ke lapangan tak bisa dibenarkan. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) juga didesak bertanggung jawab karena dinilai gagal menyelenggarakan pertandingan sepak bola yang aman buat semua kalangan.

Keputusan PT LIB untuk menggelar sejumlah pertandingan di malam hari juga dipertanyakan. Kebijakan ini dianggap melanggengkan pesanan dari pemegang hak siar.

Security Officer Asian Football Confederation (AFC) Nugroho Setiawan kepada ABC News menerangkan, ada tiga poin penting dalam penyelenggaraan pertandingan.

"Poin yang kesatu adalah kesamaan persepsi pengamanan di antara semua stakeholder. Yang kedua adalah kondisi infrastruktur, ini harus dilakukan assessment. Yang ketiga adalah supporter behaviour itu sendiri yang harus kita engineering," ujar Nugroho.

"Ketiga aspek ini harus tersinkronisasi, dan ketika kita melakukan penilaian risiko atau risk assessment, kita akan akan menghasilkan sebuah rencana pengamanan yang disetujui bersama, jadi suatu agreed behaviour and procedure. Nah, sinkronisasi ini mungkin yang tidak terjadi," terangnya.

Baca lanjutan artikel ini di halaman berikutnya>>>

TGIPF Diharapkan Menjawab Ragam Kontroversi Tragedi Kanjuruhan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :