Pelari Indonesia Triyaningsih mengenang memori bulan Ramadan dari sudut pandang atlet. Olimpiade 2012 London hingga tak bisa mudik jadi kenangan yang tak bisa terlupakan bagi atlet yang dijuluki ratu lari jarak jauh itu.
Olimpiade 2012 London yang bergulir pada 27 Juli-12 Agustus kebetulan bertepatan dengan bulan puasa. Triyaningsih mengatakan, dirinya hampir tak merasakan suasana kental Ramadan seperti di kampung halaman.
"Pernah [bertanding saat Ramadan], itu Olimpiade 2012 London. Suasananya berbeda karena harus latihan setiap hari, durasi puasa pun berbeda. Suasana Ramadan di sana tidak begitu terasa, animonya sangat olahraga. Paling yang muslim saja tetap tarawih, cari masjid, dan berkumpul," kata Triyaningsih kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atlet langganan medali emas SEA Games itu menyebut, banyak penyesuaian yang dilakukan seorang atlet lari selama bulan puasa. Namun, hal tersebut tak menyurutkan keteguhan dalam menjalani ibadah.
"Ketika ada program multievent, paling ada perbedaan intensitas latihannya. Pagi seperti biasa, tapi memang disesuaikan juga kondisinya. Pelatih lebih paham kondisi atlet. Alhamdulillah saya berpuasa," ujarnya.
"Kalau di perlombaan saya tidak [puasa]. Karena saya berpikir totalitas membawa nama bangsa, jadi tidak puasa dulu ketika hari H pertandingan dan H-1 pertandingan," ucapnya menambahkan.
Pelari spesialis jarak jauh itu sebisa mungkin tetap berpuasa ketika berlatih. Sebagai konsekuensinya, kondisi fisik harus lebih intens dijaga dengan pola makan dan istirahat yang tepat.
"Sejauh yang saya lakukan tidak banyak perubahan, mungkin di menu saja karena ada takjil, es buah. Lebih ke komposisi yang berbeda. Tapi komposisi makan primer itu tetap sama. Paling suplemen vitamin yang harus ditambah ketika puasa," ujar dia.
"Atlet harus tetap prima di bulan puasa, sebagai Muslim dan atlet plus nomor larinya jarak jauh ini sangat menantang buat saya."
Konsekuensi lain yang harus dihadapi oleh atlet kelahiran Semarang, 15 Mei 1988 itu adalah rela tidak mudik selama hari raya Idul Fitri. Hal itu bahkan langsung dialami jelang debut di SEA Games 2003 saat usianya baru 16 tahun.
"Pernah pas lebaran saat persiapan menuju SEA Games 2003, masih kecil banget saya itu. Itu SEA Games pertama saya, saat itu masih pakai telepon wartel untuk kontak keluarga," katanya.
"Pasti [sedih], karena saya masih anak-anak. Saya menunggu-nunggu momen lebaran karena berharap angpau. Aura lebaran itu yang ditunggu, jadi lumayan sedih tapi enggak apa-apa karena di pelatnas ramai. Di pelatnas juga suasananya dibuat seperti lebaran banget."