Jakarta, CNN Indonesia --
Lini depan Timnas Indonesia selama era Shin Tae Yong selalu disebut tumpul. Namun stigma itu mulai agak terobati setelah mengalahkan Burundi.
Timnas Indonesia menang 3-1 atas Burundi di Stadion Patriot Candrabhaga pada Sabtu (25/3) malam. Tiga gol skuad Merah Putih dilesakkan Yakob Sayuri, Dendy Sulistyawan, dan Rizky Ridho.
Ini kabar gembira, sebab dua dari tiga gol itu dilesakkan pemain lini depan. Utamanya Dendy semakin menegaskan perannya di lini depan Indonesia kian kontributif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak debut bersama Timnas Indonesia pada 24 September 2022, Dendy telah melesakkan empat gol dari sembilan caps. Dendy seperti mulai melepas ketergantungan Shin terhadap ketajaman lini tengah.
Dari 31 pertandingan Timnas Indonesia pada periode 2021 hingga 2023, Witan Sulaeman masih jadi yang tersubur. Pemain Persija ini mengoleksi tujuh gol selama 2021-2023.
Setelah Witan ada Egy Maulana, Ricky Kambuaya, dan Evan Dimas. Ketiganya sama-sama mengoleksi lima gol pada 2021-2023. Khususnya nama terakhir tak pernah dipanggil lagi sejak Piala AFF 2020 (2021).
Dalam daftar panggil Shin untuk melawan Burundi, masih ada Dimas Drajad. Pemain Persikabo 1973 itu mengoleksi tiga gol dari enam laga sejak debut di Timnas Indonesia pada 24 September 2022.
Terakhir ada nama Ramadhan Sananta. Pemain PSM Makassar berusia 20 ini mulai rutin dipanggil Shin sejak tahun lalu. Sudah empat pertandingan dijalani dan menyumbang satu gol.
Melihat kiprah Dendy, Dimas, dan Sananta sebagai pemain yang debut di Timnas pada September 2022, ada secercah harapan. Stigma bahwa Indonesia tak punya juru gedor moncer mulai bergeser.
Pada saat yang sama para winger masih tetap menunjukkan tajinya. Selain Witan, ada Yakob Sayuri dan Stefano Lilipaly yang cukup menjanjikan. Utamanya Yakob, mulai mentereng.
Jika Shin bisa mengelola ketajaman para juru gedor ini, stigma bahwa Indonesia kehilangan striker haus gol akan sirna. Pertandingan kedua lawan Burundi bisa jadi pembuktian lagi.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Timnas Indonesia akan kembali berhadapan dengan Burundi pada pertandingan uji coba kedua kalender internasional di Stadion Patriot pada Selasa (28/3).
Ini bakal menjadi pertandingan yang tidak mudah.Buktinya tim asuhan Etienne Ndayiragije tersebut bisa menyulitkan Asnawi Mangkualam Bahar dan kawan-kawan pada pertandingan pertama.
Setelah tampil kepayahan pada babak pertama, Burundi bangkit pada babak kedua. Meski akhirnya tetap kalah 1-3, Burundi bisa mengimbangi tekanan tuan rumah. Itu terlihat dari statistik laga.
Jumlah umpan silang dan tembakan misalnya, sama tinggi. Pada laga tersebut Indonesia melepas 12 tembakan, sedang Burundi 13. Adapun jumlah umpan silang Indonesia 15 dan Burundi 13.
Ndayiragije, dalam jumpa pers selepas laga pertama, menyebut tim asuhannya akan berupaya membalas kekalahan pada pertandingan kedua. Ndayiragije percaya diri setelah kalah.
Karakter permainan Indonesia yang mengandalkan serangan sayap cepat lewat pemain-pemain lincah, sudah bisa diantisipasi. Sebaliknya kolektivitas Burundi jadi kekuatan di laga tersebut.
Menjelang pertandingan kedua Shin sepertinya harus menajamkan efektivitas dan klinisitas umpan silang. Selama menangani Indonesia, persentase umpan silang tinggi, tetapi kurang efektif.
Gol Yakob Sayuri ke gawang Burundi, yang diawali umpan silang matang Stefano Lilipaly, adalah bukti ada potensi besar dari umpan silang. Crossing bisa jadi senjata mematikan.
Kekuatan winger pada era kepelatihan Shin memang agak bergeser. Kini permainan Indonesia mengandalkan sosok bek sayap sebagai modul serangan dengan formasi 3-4-3 atau 5-2-3.
Tiga dari dua pemain yang diajukan Shin untuk dinaturalisasi adalah bek sayap. Shin butuh pemain dengan potensi lebih besar dari Asnawi dan Pratama Arhan sebagai langganan full back.
Bukan untuk menyingkirkan keduanya, tetapi sebagai cambuk bagi pemain yang merumput di kompetisi kasta kedua Korea Selatan dan Jepang ini. Asnawi dan Arhan diminta terus mengasah bakat.
[Gambas:Video CNN]