Jakarta, CNN Indonesia --
Galak, tegas, dan berani. Ketiga kata ini kiranya pantas disematkan kepada sosok wasit legendaris Indonesia, Jimmy Napitupulu.
Sorotan mata yang tajam dan suara lantang jadi menu pembuka pertemuan CNNIndonesia.com dengan Jimmy Napitupulu di sebuah kedai kopi yang terletak di kawasan Serpong, Tangerang, pertengahan Januari 2023.
Namun kesan galak tersebut seketika sirna setelah redaksi bersalaman dengan Jimmy di lokasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Halo, apa kabar? Gimana-gimana ceritanya?" kata Jimmy mengawali perbincangan.
Semula Jimmy enggan diwawancara soal kinerja wasit Indonesia yang belakangan jadi sorotan publik. Ia mengaku tak berhak memberikan komentar karena tidak berada di lingkup PSSI, dalam hal ini komite wasit.
Selain itu Jimmy juga merasa terusik dengan pertanyaan-pertanyaan usang soal wasit kontroversial. Ia khawatir komentar pedasnya akan membuat 'telinga panas'. Apalagi judul liputan khusus yang CNNIndonesia.com angkat adalah: 'Benang Kusut Wasit Indonesia'.
Jimmy akhirnya takluk dan bersedia berbincang dengan CNNIndonesia.com. Tetapi, ia punya satu syarat.
"Kau wawancara dulu PSSI dan wasit-wasit aktif, baru kita jumpa!" kata Jimmy dengan logat batak yang khas. Permintaan Jimmy ini sejalan dengan rencana kami menguak alasan di balik kemerosotan kualitas wasit Indonesia.
 Legenda wasit sepak bola Indonesia berlisensi FIFA, Jimmy Napitupulu. (CNNIndonesia/Jun Mahares) |
Semasa aktif di lapangan, salah satu wasit terbaik Indonesia era 2000-an ini dikenal tegas dan tanpa kompromi. Tak sedikit pengamat menjulukinya 'Pierluigi Collina Indonesia'.
Hampir semua pemain malas bahkan takut berdebat dengan pria kelahiran Pekanbaru, Riau, tersebut. Tak jarang pemain justru jadi sasaran 'omelan' Jimmy Napitupulu.
Prinsip Jimmy jelas. Tak pernah takut membuat keputusan di lapangan selama memegang teguh Laws of the Game (LOTG) FIFA. "Selama kita kerja dengan benar, buat apa takut?" cetus Jimmy.
Jimmy sudah makan asam garam di dunia perwasitan. Ia sukses mengantongi lisensi FIFA sejak 2002 sebagai modal memimpin laga-laga internasional.
 Ilustrasi wasit Indonesia. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana) |
Bagi Jimmy, profesi wasit elite FIFA adalah salah satu pencapaian terbaiknya dalam kehidupan. Tapi yang paling disyukuri adalah menjadi ayah bagi tiga anak perempuannya.
Jimmy yang sudah gantung peluit sejak 2011 mengaku sedih melihat perkembangan wasit tanah air.
"Sedih saya. Bukannya makin maju malah mundur," ujar Jimmy.
Salah asuh dari hulu ke hilir
Wasit memang tak melulu bisa sempurna memimpin pertandingan karena faktor keterbatasan manusia. Namun menurut Jimmy kesalahan fatal semestinya bisa diminimalisir jika wasit punya kualitas dan tegas menegakkan aturan.
Jimmy mengungkapkan akar masalah anjloknya kualitas wasit Indonesia karena salah asuh dari hulu ke hilir. Jadwal kursus lisensi wasit yang tak terpola, promosi ke Liga 1 bak jalan tol, dan minimnya pengawasan dari PSSI dalam hal ini Komite Wasit.
"Saya harus akui kualitas wasit Indonesia sekarang justru jauh menurun. Karena apa? Mulai dari perekrutan wasit, promosi wasit tidak menjalankan aturan sebenarnya kemudian promosi ke Liga 1 juga bisa lewat jalan tol," ujar Jimmy.
Kursus wasit pun makin marak digelar di berbagai daerah yang sebatas ladang bisnis. Ujian tak berlangsung sesuai standar. Sertifikat kelulusan bisa dikantongi asalkan bayar sesuai tarif.
"Yang seharusnya mengadakan kursus nasional C1 adalah PSSI, tetapi sekarang Asprov-Asprov, bahkan Askot sudah bikin kursus lisensi C1. Instruktur yang diundang memang dari PSSI, tapi ini kan menyalahi aturan," ujar Jimmy.
Mantan wasit berlisensi FIFA itu pun menunjukkan sejumlah agenda kursus wasit yang digelar di salah satu daerah. Kurang dari enam bulan, Asprov PSSI tersebut menggelar kursus pelatih C3 (dasar), C2 (menengah), dan C1 (nasional) sebanyak dua kali.
[Gambas:Video CNN]
"Kalau sampai Asprov ada Askot bisa bikin kursus wasit nasional (C1), berarti PSSI bisa dong bikin kursus wasit berlisensi FIFA? Ini kan sudah salah. Kenapa ini bisa terjadi? Ya karena salah PSSI sendiri. Seharusnya mereka yang berwenang, kenapa tidak buat sendiri? Jadi PSSI harus tegas," kata Jimmy.
Ketika Askot PSSI maupun Asprov PSSI menggelar kursus, proses seleksi yang semula ketat menjadi longgar. Praktis banyak peserta yang lolos tanpa standar yang cukup.
"Saya juga punya bukti salah satu Asprov mengadakan kursus wasit C1 tiga kali setahun. Apa enggak gila? Jadi tujuannya keuntungan bisnis bukan peningkatan kualitas wasit. Jadi ini salah satu yang menyebabkan buruknya kualitas wasit Indonesia saat ini," ujar Jimmy menambahkan.
Dulu hanya setahun dua kali
Jimmy sendiri pernah menjadi anggota Komite Wasit PSSI era La Nyalla Mattalitti bersama dua mantan wasit berlisensi FIFA lainnya, Purwanto dan Jaka Mul. Saat itu PT Liga Indonesia dan Komite Wasit menetapkan jadwal kursus wasit hanya dua kali dalam setahun.
"Seingat saya dulu biasa digelar di bulan Maret dan Oktober. Setahun dua kali. Pokoknya tidak bentrok dengan jadwal kompetisi atau turnamen pramusim. Enggak seperti sekarang, ada kursus wasit tiap bulan di daerah yang sama dibiarkan begitu saja."
"Ketika saya jadi anggota Komite Wasit, kami sengaja mendatangkan instruktur wasit dari AFC. Biar supaya mereka dapat pengetahuan lebih bagus lagi," ucap Jimmy.
Untuk mengantisipasi 'bisnis' kursus wasit, Jimmy mengimbau PSSI bikin aturan yang tegas. Sertifikat wasit di berbagai level harus dikeluarkan PSSI pusat secara resmi.
PSSI juga disarankan untuk mencetak sertifikat kelulusan wasit dalam satu event dengan menggunakan baju seragam dan nomor atau kode kelulusan secara khusus.
"Saya sarankan semua sertifikat fotonya harus pakai kaus yang sama sehingga ada sertifikat keluar misalnya Maret 2022 terlihat bajunya beda, berarti kan itu sertifikat palsu."
"Sekarang banyak juga yang begitu, misalnya kursus wasit C3 dilaporkan jumlahnya 35, padahal peserta sebenarnya 25. Artinya 10 sertifikat diperjualbelikan. Begitu juga C2. Makanya harus PSSI yang buat sehingga ada kodenya jadi enggak bisa dimanipulasi," kata Jimmy memaparkan.
Berlanjut ke halaman kedua >>>
Selain bisnis kursus wasit, Jimmy juga menyoroti promosi 'jalan tol' yang kerap terjadi di PSSI. Masih ada wasit C1 minim pengalaman langsung diterjunkan pimpin pertandingan kasta tertinggi Liga 1.
Jimmy menjelaskan selain wajib mengantongi lisensi C1, jalan menuju wasit elite nasional harus punya pengalaman dan jam terbang cukup.
Seorang wasit bisa dipromosikan untuk memimpin laga Liga 1 jika dirasa sudah cukup jam terbang selama kurang lebih sekitar setahun, atau dianggap bagus kinerjanya saat memimpin di Liga 2.
"Promosi wasit ke Liga 1 sekarang terlampau gampang, yang penting dekat dengan kekuasaan [departemen wasit]. Bahkan saya dengar sekarang ada tempat latihan wasit yang khusus supaya cepat promosi."
"Mereka bergabung dengan pengurus-pengurus atau yang punya kuasa untuk menentukan promosi wasit. Inilah seharusnya kontrol dari Exco PSSI yang membidangi perwasitan," tutur Jimmy.
Ketidakbecusan di departemen wasit ditengarai berimbas kepada kualitas wasit di berbagai level. Tak ayal wasit pun kerap jadi kambing hitam kekalahan tim, bahkan sering dianggap sebagai perusak kualitas kompetisi sepak bola.
"Terus terang saja, makin banyak keputusan-keputusan fatal terjadi di Liga 1 dan Liga 2. Posisi wasit dan asisten wasit di lapangan saja masih banyak yang salah. Bagaimana mau buat keputusan benar?" ketus Jimmy.
Ibarat ingin menembak burung, menurut Jimmy, si penembak wajib berada di posisi yang ideal. Di posisi ideal pun hasil tembakan belum tentu tepat mengenai sasaran. Apalagi berada di posisi yang salah.
 Wasit jarang disegani di sepak bola Indonesia. (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA) |
"Makanya kesalahan-kesalahan yang terjadi masih berkutat di hal-hal sepele. Penentuan offside, penalti, atau bahkan sanksi terhadap sebuah pelanggaran masih salah-salah. Kacau semuanya," ucap Jimmy.
Jimmy menilai ketegasan wasit tak bergantung latar belakang profesi. Pemain, pelatih, bahkan penonton tak akan menghormati wasit yang membuat kesalahan fatal.
"Mau latar belakang apapun juga, TNI, dosen, guru, atau profesional sekalipun, enggak pengaruh lagi di lapangan. Biar ujian teorinya 10, tapi praktiknya bisa nol gara-gara keputusan salah. Jadi berkelahi orang dibuatnya."
"Ada juga wasit kadang-kadang keluarin banyak kartu biar kelihatan tegas padahal keputusannya salah. Ketegasan itu tidak dilihat dari jumlah banyaknya kartu tapi bagaimana mengimplementasikan peraturan di lapangan. Itulah ketegasan. Bukan karena kau kasih kartu jadi tegas, tidak," ujar Jimmy.
Referee assessor di bawah standar
Wasit Indonesia yang malang-melintang memimpin laga-laga internasional seperti prakualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia itu pun menyoroti kualitas referee assessor atau penilai wasit di Liga 1 dan Liga 2.
Jimmy mendukung langkah PSSI untuk melibatkan penilai wasit di Liga 1 dan Liga 2. Namun ia mengkritik sebagian besar penilai wasit tak memiliki kualitas mumpuni.
"Rata-rata yang jadi referee assessor memang mantan wasit tapi hanya beberapa saja yang layak. Coba Anda bayangkan, bagaimana seorang Penilai Wasit, yang dulu hanya pernah bertugas di Divisi Amatir atau Divisi Utama kemudian menilai wasit yang bertugas di Liga 1."
"Lalu bagaimana bisa seorang penilai wasit yang dahulu bertugas hanya sebagai asisten wasit ditugasi menilai wasit padahal selama kariernya dia tidak pernah bertugas sebagai wasit. Ibaratnya, bagaimana bisa lulusan D3 ditugaskan untuk menilai pekerjaan lulusan S1?" jelas Jimmy.
Artinya, sambung Jimmy, tak semua mantan wasit yang diberdayakan PSSI punya standar bagus untuk menjadi penilai wasit.
 Ilustrasi wasit Liga 1. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA) |
Untuk mengakali kontroversi yang kerap terjadi di kotak penalti, PSSI mulai melibatkan Additional Assistant Referee (AAR) atau wasit tambahan mulai musim 2021/2022.
Mereka bertugas memastikan ketika bola sudah melewati garis gawang dan mengamati momen-momen krusial yang terjadi di kotak penalti, termasuk pelanggaran. Namun keberadaan AAR masih juga belum mengurangi keputusan kontroversi di area penalti.
Jimmy menilai AAR di Liga 1 belum bekerja secara maksimal bahkan cenderung tak berfungsi. Kebanyakan wasit tambahan sekadar cari aman dan tak berani memberikan masukan kepada wasit.
"Mereka banyak yang tidak berfungsi. AAR saya lihat banyak yang diam saja, seperti cari selamat padahal mereka tahu kejadian sebenarnya. Kemudian mereka serahkan semua keputusan kepada wasit," ucap Jimmy.
Mantan wasit terbaik Liga Super Indonesia (ISL) tersebut menilai AAR lebih baik dihapus jika bekerja tak maksimal. Sebab, kontroversi di Liga 1 tak kunjung berkurang setelah kehadiran AAR.
Berlanjut ke halaman selanjutnya >>>
Jimmy Napitupulu enggan menjawab secara gamblang soal rumor mafia wasit di Indonesia. Namun ia setuju kasus mafia wasit harus dibongkar ke akar-akarnya jika memang benar-benar terjadi.
"Saya tidak mendengar soal ini karena saya tidak ada berada di dalam [Komite Wasit PSSI]. Cuma sebenarnya kita bisa lihat secara teknis saja di lapangan. Gampang, kok," ujarnya.
Dijelaskan Jimmy, menilai keputusan wasit yang 'main mata' bisa dianalisis lewat tayangan video. Wasit bisa dianggap lumrah melakukan kesalahan jika pandangannya terhalang.
Sebaliknya integritas wasit bisa dipertanyakan jika membuat keputusan salah yang fatal padahal insiden tersebut terjadi di jarak pandang ideal.
Jimmy berharap Ketua Umum PSSI terpilih, Erick Thohir, mau serius membenahi masalah perwasitan di Indonesia. Jika tidak, kualitas kompetisi Indonesia ikut tercoreng karena kualitas wasit yang merosot.
"Tunjuk Exco dan Komite Wasit yang benar, kemudian panggil perwakilan wasit. Perintahkan dengan tegas jangan ada permainan. Kalian oke ya dipromosi, tidak bagus ya degradasi. Tegas saja! Toh, honor mereka sudah tinggi."
"Kemudian tingkatkan sumber daya wasit dengan mendatangkan instruktur yang betul-betul dari luar [FIFA]," kata Jimmy menguraikan.
Selain itu PSSI juga diimbau untuk mengontrak anggota komite wasit secara profesional. Dengan imbalan yang setimpal, maka budaya 'upeti' ke komite wasit bisa dihilangkan.
"Pertama tunjuk Komite Wasit yang betul-betul paham masalah wasit. Kalau bisa, anggota komite wasit itu digaji biar profesional. Jadi jangan ada lagi rumor kasih upeti seperti yang terdengar selama ini. Teken kontrak, bikin perjanjian di atas materai biar jangan ada fitnah."
"Yang jadi topik hangat kan, kasih upeti ke komite wasit biar sering dikasih tugas pimpin pertandingan. Faktor kedekatan dihilangkan," ucap Jimmy.
 Legenda wasit sepak bola Indonesia berlisensi FIFA, Jimmy Napitupulu. (CNNIndonesia/Jun Mahares) |
Jimmy berharap wasit Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Perangkat pertandingan di lapangan hijau harus berani menunjukkan integritas dalam kondisi apapun, begitu juga dengan PSSI.
"Selama PSSI enggak tegas, ya gini-gini aja kita!" cetusnya.
PSSI bantah rumor mafia wasit
Head of Referee Department PSSI, Andes Lestyanto, membantah rumor 'upeti' yang sudah lama membudaya di PSSI. Selama menjabat, Andes mengaku tak pernah mendengar apalagi jadi penerima 'uang pelicin' dari wasit-wasit yang ditugaskan.
"Selama ini saya tak pernah mendengar apalagi menerima istilah upeti itu. Kalau memang ada bukti transfer, dibuka saja sekalian selama tujuannya untuk memperbaiki perwasitan di Indonesia," cetus Andes.
 PSSI terbuka soal pengaduan dugaan mafia wasit atau pengaturan skor. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
Andes juga menegaskan seluruh akomodasi wasit mulai dari tiket, honor, uang makan, dan lain-lain tak lagi ditanggung tuan rumah. Semua pengeluaran itu ditanggung operator kompetisi, Liga Indonesia Baru.
"Ini sebuah upaya untuk meminimalisir dugaan praktik mafia wasit. Jangan lupa juga bahwa PSSI pun pernah bekerja sama dengan satgas mafia wasit."
"Kami aware adanya potensi dugaan mafia wasit di luar komite wasit. Tapi fokus PSSI adalah bekerja di dalam departemennya. Komite wasit bekerja memantau kinerja wasit dengan fair dan ini menjadi konsekuensi. Tanpa ada protes dari klub ataupun video viral, kami tetap bekerja untuk mengevaluasi kerja mereka," ucap Andes.
[Gambas:Video CNN]