LIPUTAN KHUSUS

Wasit Indonesia Bobrok, Salah Siapa?

Jun Mahares & Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 12 Apr 2023 09:30 WIB
Jimmy Napitupulu, salah satu wasit terbaik Indonesia, bicara panjang soal kemerosotan kualitas wasit tanah air.
Ilustrasi wasit Liga 1. (AFP/BAY ISMOYO)

Selain bisnis kursus wasit, Jimmy juga menyoroti promosi 'jalan tol' yang kerap terjadi di PSSI. Masih ada wasit C1 minim pengalaman langsung diterjunkan pimpin pertandingan kasta tertinggi Liga 1.

Jimmy menjelaskan selain wajib mengantongi lisensi C1, jalan menuju wasit elite nasional harus punya pengalaman dan jam terbang cukup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang wasit bisa dipromosikan untuk memimpin laga Liga 1 jika dirasa sudah cukup jam terbang selama kurang lebih sekitar setahun, atau dianggap bagus kinerjanya saat memimpin di Liga 2.

"Promosi wasit ke Liga 1 sekarang terlampau gampang, yang penting dekat dengan kekuasaan [departemen wasit]. Bahkan saya dengar sekarang ada tempat latihan wasit yang khusus supaya cepat promosi."

"Mereka bergabung dengan pengurus-pengurus atau yang punya kuasa untuk menentukan promosi wasit. Inilah seharusnya kontrol dari Exco PSSI yang membidangi perwasitan," tutur Jimmy.

Ketidakbecusan di departemen wasit ditengarai berimbas kepada kualitas wasit di berbagai level. Tak ayal wasit pun kerap jadi kambing hitam kekalahan tim, bahkan sering dianggap sebagai perusak kualitas kompetisi sepak bola.

"Terus terang saja, makin banyak keputusan-keputusan fatal terjadi di Liga 1 dan Liga 2. Posisi wasit dan asisten wasit di lapangan saja masih banyak yang salah. Bagaimana mau buat keputusan benar?" ketus Jimmy.

Ibarat ingin menembak burung, menurut Jimmy, si penembak wajib berada di posisi yang ideal. Di posisi ideal pun hasil tembakan belum tentu tepat mengenai sasaran. Apalagi berada di posisi yang salah.

Sejumlah pesepak bola Persikabo 1973 memprotes keputusan wasit saat melawan PSM Makassaar  dalam lanjutan BRI Liga 1 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/3/2023). Persikabo 1973 dikalahkan PSM Makassar dengan skor 0-1. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.Wasit jarang disegani di sepak bola Indonesia. (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)

"Makanya kesalahan-kesalahan yang terjadi masih berkutat di hal-hal sepele. Penentuan offside, penalti, atau bahkan sanksi terhadap sebuah pelanggaran masih salah-salah. Kacau semuanya," ucap Jimmy.

Jimmy menilai ketegasan wasit tak bergantung latar belakang profesi. Pemain, pelatih, bahkan penonton tak akan menghormati wasit yang membuat kesalahan fatal.

"Mau latar belakang apapun juga, TNI, dosen, guru, atau profesional sekalipun, enggak pengaruh lagi di lapangan. Biar ujian teorinya 10, tapi praktiknya bisa nol gara-gara keputusan salah. Jadi berkelahi orang dibuatnya."

"Ada juga wasit kadang-kadang keluarin banyak kartu biar kelihatan tegas padahal keputusannya salah. Ketegasan itu tidak dilihat dari jumlah banyaknya kartu tapi bagaimana mengimplementasikan peraturan di lapangan. Itulah ketegasan. Bukan karena kau kasih kartu jadi tegas, tidak," ujar Jimmy.

Referee assessor di bawah standar

Wasit Indonesia yang malang-melintang memimpin laga-laga internasional seperti prakualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia itu pun menyoroti kualitas referee assessor atau penilai wasit di Liga 1 dan Liga 2.

Jimmy mendukung langkah PSSI untuk melibatkan penilai wasit di Liga 1 dan Liga 2. Namun ia mengkritik sebagian besar penilai wasit tak memiliki kualitas mumpuni.

"Rata-rata yang jadi referee assessor memang mantan wasit tapi hanya beberapa saja yang layak. Coba Anda bayangkan, bagaimana seorang Penilai Wasit, yang dulu hanya pernah bertugas di Divisi Amatir atau Divisi Utama kemudian menilai wasit yang bertugas di Liga 1."

"Lalu bagaimana bisa seorang penilai wasit yang dahulu bertugas hanya sebagai asisten wasit ditugasi menilai wasit padahal selama kariernya dia tidak pernah bertugas sebagai wasit. Ibaratnya, bagaimana bisa lulusan D3 ditugaskan untuk menilai pekerjaan lulusan S1?" jelas Jimmy.

Artinya, sambung Jimmy, tak semua mantan wasit yang diberdayakan PSSI punya standar bagus untuk menjadi penilai wasit.

Sejumlah pesepak bola Arema FC Malang memprotes keputusan wasit memberikan kartu merah terhadap rekan mereka, Jayus Hariono usai melanggar pesepak bola PSM Makassar Akbar Tanjung dalam laga lanjutan Liga 1 2022-2023 di Stadion PTIK, Jakarta, Sabtu (4/2/2023). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.Ilustrasi wasit Liga 1. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)

Untuk mengakali kontroversi yang kerap terjadi di kotak penalti, PSSI mulai melibatkan Additional Assistant Referee (AAR) atau wasit tambahan mulai musim 2021/2022.

Mereka bertugas memastikan ketika bola sudah melewati garis gawang dan mengamati momen-momen krusial yang terjadi di kotak penalti, termasuk pelanggaran. Namun keberadaan AAR masih juga belum mengurangi keputusan kontroversi di area penalti.

Jimmy menilai AAR di Liga 1 belum bekerja secara maksimal bahkan cenderung tak berfungsi. Kebanyakan wasit tambahan sekadar cari aman dan tak berani memberikan masukan kepada wasit.

"Mereka banyak yang tidak berfungsi. AAR saya lihat banyak yang diam saja, seperti cari selamat padahal mereka tahu kejadian sebenarnya. Kemudian mereka serahkan semua keputusan kepada wasit," ucap Jimmy.

Mantan wasit terbaik Liga Super Indonesia (ISL) tersebut menilai AAR lebih baik dihapus jika bekerja tak maksimal. Sebab, kontroversi di Liga 1 tak kunjung berkurang setelah kehadiran AAR.

Berlanjut ke halaman selanjutnya >>>

Ada Mafia Wasit?

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER