Jakarta, CNN Indonesia --
Sejak awal tahun, kami sudah mencanangkan target utama di All England 2024. Jadi saat itu di akhir tahun, setelah BWF World Tour Finals, para pemain punya waktu libur seminggu karena Anthony Ginting dan Jonatan Christie juga merayakan Natal.
Begitu masuk tahun 2024, langsung ada tiga turnamen di Malaysia, India, dan Indonesia Masters. Karena persiapan latihan tidak cukup, tentu jangan berharap hasilnya bisa langsung bagus.
Dalam periode persiapan, tentu saya dan tim di PBSI sudah mulai melakukan kalkulasi, kapan grafik pemain naik dan kapan grafik pemain turun. Karena itu dengan persiapan yang lebih panjang, kami membidik target di All England.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan berarti kalau tidak juara di Malaysia, India, dan Indonesia Masters itu tidak apa-apa. Tetapi maksud saya, mending di tiga turnamen di Januari agak struggle tetapi di titik yang saya inginkan yaitu All England bisa bagus hasilnya.
Memang pada akhirnya hasil di bulan Januari tidak bagus. Dari situ, ada lima minggu persiapan menuju dua rangkaian turnamen yaitu Prancis dan All England. Saya sudah jelaskan pada para pemain bahwa target utama adalah All England.
Kami juga sebelumnya pergi ke Prancis dan di Prancis itu kami sekaligus mengunjungi tempat pemusatan latihan yang bakal digunakan untuk Olimpiade 2024. Sebenarnya menurut saya, saya inginnya langsung saja berangkat ke All England, namun kan tidak bisa seperti itu. Karena Prancis kan juga turnamen Super 750.
 Jonatan Christie punya waktu persiapan yang panjang menuju dua turnamen eropa yaitu French Open dan All England. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT) |
Tampil di French Open, Jonatan dan Ginting kalah di babak-babak awal. Pemain-pemain kalah setelah latihan selama lima minggu yang menurut saya sudah sangat bagus.
Setelah kalah di French Open, saya lalu bilang pada mereka bahwa tidak boleh ada kekecewaan berlebihan karena memang target utama kita ada di All England. Padahal tentunya kalau di Prancis juga bisa juara tentu bagus. Tetapi saya bilang pada pemain untuk mengingat bahwa target utama kita ada di All England.
Walaupun saya bilang tidak apa-apa saat kalah, tetapi bukan berarti kalau tidak juara itu berarti tidak apa-apa juga. Setiap berangkat, tiap pemain kan pasti punya target sendiri, mau juara kan?
Karena itu ketika kalah di Prancis, pemain juga terpukul. Ada pembicaraan-pembicaraan dari pemain mengungkapkan hal yang mereka rasakan.
"Bang, kita latihan sudah semangat, sudah mati-matian. Kenapa saya kalah di babak pertama, di babak kedua."
Itu Jonatan ngomong kayak gitu. Lalu saya jawab: "Ya Jo, tunggu saja dulu, gak apa-apa Jo."
Kekalahan pemain tentu juga jadi tanggung jawab saya, tanggung jawab pelatih. Tetapi di saat itu saya berpegangan bahwa tujuan kami itu di All England. Saya coba kasih semangat ke Jonatan dan Ginting yang sudah kalah di babak awal Prancis.
Walaupun mereka down, mereka kecewa, saya kasih semangat lagi. Saya kasih pengertian bahwa besok sudah harus latihan lagi. Akhirnya di Prancis kami sudah mulai latihan lagi sejak pagi.
Mood pemain sudah mulai kembali. Memang di situasi seperti ini, pelatih harus bisa mendekatkan diri ke pemain. Cara berbicara memang penting di sini.
Hal itu agar para pemain juga bisa memahami bahwa: "Benar juga ya, All England ini turnamen penting yang jadi target."
Memang French Open juga penting, ada rasa ingin juara. Tetapi memang sudah sampai di situ hasilnya. Kemarin di Prancis sudah kalah, berarti pikiran mengenai kekalahan itu jangan dipakai lagi.
Kekalahan kemarin yang dialami itu digunakan untuk menambal kekurangan, memperbaiki untuk tampil di All England. Memang di situasi itu, harus bisa tetap berusaha berpikir positif.
 Anthony Ginting dan kawan-kawan punya waktu persiapan lima pekan menuju tur Eropa. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT) |
Babak Pertama All England
Hari Selasa, Ginting bertanding melawan Lee Chia Hao. Saya rasa waktu awal main, Ginting agak tegang. Biasa, hari pertama main bisa seperti itu.
Tetapi semua masih di bawah kendali Ginting. Artinya Ginting masih bisa mengendalikan rasa tegang itu. Masih bisa diatasi semua.
Sedangkan yang lebih menegangkan memang saat Jonatan berhadapan dengan Chou Tien Chen. Jonatan main di hari Rabu dan malam sebelumnya kami memang ada rapat strategi.
Saya sudah arahkan, berikan strategi untuk Jonatan. Saya ingatkan lagi pada Jonatan begitu mau masuk lapangan. Dari awal 0-0, Jonatan sudah langsung menerapkan strategi yang sudah disusun. Dar! Dar! Dar! Tahu-tahu sudah habis saja di game pertama dengan skor 21-4.
Sejak awal, saya sudah tekankan pada Jonatan agar tidak berpikir yang macam-macam, termasuk berpikir soal kekalahan yang sebelumnya. Jonatan memang punya pressure yang lebih tinggi di laga lawan Chou Tien Chen.
Kalau lihat Jonatan main di gim pertama, Chou Tien Chen memang terus ditekan, sehingga kayak enggak berkembang jadinya. Chou Tien Chen kemudian mulai ragu karena pukulan Jonatan saat itu dahsyat banget.
Dalam permainan, kadang-kadang ada satu pemain sudah bermain enak banget di game pertama, tiba-tiba kayak hilang. Itu yang saya ingatkan pada Jonatan.
"Jo, kamu fokusnya tetap saja, itu saja yang kamu perlu buat. Kalau cara main kamu, dari cara menekan lawan, sudah benar. Tetap yang paling penting fokusnya jangan sampai buyar, jangan sampai goyang."
Karena kalau sudah goyang dari pikiran, bakal berat lagi. Maksudnya, nanti bisa timbul pikiran 'Aduh gimana kalau kalah nanti'. Pokoknya saya minta jaga terus fokusnya.
Dan itu bisa dilakukan. Walaupun Chou Tien Chen nengubah permainan, tidak bisa segampang itu untuk dirinya. Ia tetap ketekan terus oleh Jonatan hingga akhir pertandingan.
Chico juga berhasil memenangkan pertandingan. Saya melihat bahwa dari babak awal, para pemain tidak ragu dengan cara main yang ditampilkan.
Babak 16 Besar
Di All England 2024 ini, cara main Ginting memang sedikit berubah. Saya ubah dikit cara bermainnya. Tentu saya tidak akan menjelaskan dengan detail perubahan yang ada dalam permainan Ginting.
Perubahan yang saya lakukan ini agar lawan-lawan tidak selalu hafal dengan cara main Ginting.
Selain itu saya memang menyiapkan para pemain agar siap capek di lapangan. Jadi dari segi fisik, saya tidak khawatir terhadap fisik para pemain saya.
Saat Ginting menghadapi Kenta Nishimoto, semua strategi yang dibicarakan terbilang jalan. Memang pasti masih ada kesalahan yang dibuat tetapi tidak banyak.
Terus yang saya coba sampaikan adalah cara main yang sudah direncanakan itu terus-menerus diusahakan, jangan jadi takut. Misalnya saat Ginting sedang menerapkan pola permainan yang direncanakan, ternyata bolanya mati atau nyangkut.
Ginting tidak boleh jadi khawatir, tetap jalan seperti strategi yang sudah dibuat. Supaya dia jangan ragu-ragu lagi. Tetap harus ditekuni strategi yang sudah disusun. Kalau musuh bisa mengatasi, Ginting harus berani adu fisik. Dan soal fisik, saya yakin para pemain kuat.
Di 16 besar, Jonatan bertemu Kunlavut Vitidsarn. Sebagai pelatih, saya cuma bisa membantu dari luar soal bagaimana mereka harus percaya diri. Semua pemain saya bagus, tinggal bagaimana cara mereka bisa membuat pikiran mereka itu tidak macam-macam berpikirnya.
Jadi pemain seharusnya hanya fokus dengan cara bermain. Lebih menikmati.
Jonatan itu sebenarnya tipe pemain yang tidak gampang dimatikan. Lawan itu sebenarnya sudah gemetar kalau mau main sama Jonatan.
Saya mantan atlet, kalau bertemu pemain dengan defense yang solid, malam sebelumnya juga tidak bisa tidur.
Jadi makanya saya bilang ke Jonatan: "Kenapa kamu yang berpikir dia bagus? Kunlavut saja sekarang ini sudah tidak bisa tidur mau lawan kamu."
Memang laga Jonatan vs Kunlavut itu adu mental, adu siapa yang lebih siap.
Dari cara main, Kunlavut juga bukan sosok sembarangan karena dia juga juara dunia. Tetapi bukan berarti pemain kita kalah sama dia.
Saya coba tanamkan itu agar pemain percaya diri. Percaya diri kan gak gampang. Percaya diri pemain itu bisa hilang lagi dan membuat mereka agak kacau lagi dari pemikirannya. Padahal mereka pemain bagus.
Saya kan tiap hari melatih mereka dan saya lihat sendiri betapa hebatnya pemain-pemain saya ini. Tetapi kadang-kadang karena tekanan ini-itu, sehingga di lapangan menjadi tidak segampang yang dilihat penonton.
 Jonatan Christie mendapat lawan berat sejak babak pertama. (Arsip PBSI) |
Yang melihat di luar lapangan mungkin bisa berkata:"Aduh masak mukul begitu saja out" atau "Mukul begitu saja, nyangkut."
Itu terjadi karena adanya tekanan. Coba saja kita jalan biasa tanpa ada yang melihat dengan jalan biasa dengan banyak yang memperhatikan, bakal jadi serba salah itu jalan.
Makanya tugas orang yang di belakang yaitu saya itu yang terpenting untuk membuat mereka nyaman. Karena mereka juga sudah tegang di lapangan. Bukan hanya di stadion yang nonton karena kamera TV dimana-mana berarti banyak orang dari seluruh penjuru dunia yang menonton.
Kembali ke permainan, duel Jonatan vs Kunlavut masuk ke gim ketiga. Kunlavut itu memang pemain yang pintar kan, cuma saya ingatkan Jonatan untuk bermain pukulan yang simpel, tidak usah dimacam-macamin.
Saya minta dia untuk adu fisik dulu karena Kunlavut itu kalau diserang terus pun tidak gampang untuk tembus. Jadi serangan memang harus selektif, ketika perlu. Kalau memang perlu ditarik dulu, yaa ditarik dulu. Perlu dilariin dulu. Lalu harus dibuat capek.
Misal dari belakang ke depan, lalu ke belakang lagi. Dibuat lari terus, sampai ketika momen sudah enak, baru serang. Kalau masih belum enak, jangan, gitu terus dan harus tahan.
Kamu ingat saja waktu pas latihan. Sudah itu saja. Akhirnya memang ditahan terus sama Jonatan dan Kunlavut tidak bisa menahan. Kunlavut mulai terus melakukan smes ke Jonatan. Ya rasanya seperti 'Ayo tembak saja, Jonatan itu enggak mati-mati'.
Memang di situlah terlihat bahwa pemain tunggal ini dituntut fisiknya harus kuat.
Chico kalah di babak 16 besar. Chico menunjukkan permainan bagus tetapi dia kalah lagi dari Shi Yuqi. Shi Yuqi ini memang pemain yang sudah benar-benar berpengalaman.
Dalam duel lawan Shi Yuqi, hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh Chico saat bermain malah dilakukan. Jadi Chico seperti disetir. Seharusnya Chico bisa menghambat tetapi karena Shi Yuqi ini memang pintar sekali membuat lawan mengikuti pola main dia, seperti tiba-tiba dipercepat temponya atau tiba-tiba di-smash.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Babak Perempat Final
Malam sebelum perempat final, kami rapat. Saya, Jonatan, Ginting, dan juga Chico menggelar rapat. Setiap malam jelang pertandingan, jam 20.00 atau 20.30 kami biasa rapat membicarakan strategi bagaimana lawan yang ada.
Soal Ginting vs Viktor Axelsen, Viktor ini pemain yang memang enggak gampang juga untuk dikalahkan.
Di situ saya ingatkan kembali untuk main sebisa yang sudah kita rencanakan. Keluarkan saja semuanya, mau menang atau mau kalah itu soal kedua atau ketiga. Yang penting cara main yang sudah disusun ini diterapkan.
Pada gim pertama, selisih poin Ginting dengan Axelsen jauh. Serangan Ginting tidak tembus-tembus.
Saya bilang ke Ginting: "Bukan enggak boleh nyerang, jangan mau ambil poin langsung. Harus lebih sabar."
Makanya saya juga bilang ke Ginting:
"Yang strategi tadi malam untuk bermain emang harus dibuat, walaupun kamu rasa enggak enak kamu buat, tetapi itu menguntungkan."
Prinsipnya kan seperti itu. Yang penting Ginting berani melakukan supaya Viktor mengubah cara dia menangkap permainan Ginting.
 Anthony Ginting berjuang keras dalam duel sengit lawan Viktor Axelsen. (AP/Bradley Collyer) |
Dan itu memang bisa dibuat Ginting.
"Kalau enggak mati langsung gak apa-apa Ting, yang penting buat dulu. Yang penting berani."
Itu yang saya katakan dan akhirnya Ginting bisa menerapkannya. Viktor goyah karena dia sudah menunggu cara main yang dibuat Ginting di awal permainan. Goyang dia.
Di level permainan tinggi seperti ini, tidak bisa mencari titik lemah pemain langsung ke titik yang dituju. Makanya kami membidik titik lemah Viktor tetapi untuk mencari tahu titik itu kan kita harus mengarahkan ke tempat-tempat lain dulu. Tidak bisa langsung ke titik yang diinginkan.
Setelah sempat berjalan lancar di gim kedua, Ginting unggul 15-12 tetapi kemudian berbalik tertinggal 15-17. Lalu saya bilang:
"Ting, main berani saja. It is ok, gak apa-apa begitu."
Kadang walaupun polanya sudah dibuat benar oleh Ginting, tetapi kemudian out atau nyangkut. Jadi saya bilang tidak apa-apa, sudah benar itu.
Karena kalau terlalu banyak dibilangin juga, pemain itu bisa pusing. Ginting juga bisa tegang dan kesulitan mengolah apa yang disampaikan.
Jadi akhirnya Ginting bisa tetap nyaman. Dia coba lagi, coba lagi akhirnya nambah terus poinnya. Kita juga terus kasih semangat supaya dia enggak goyang lagi cara mainnya. Ginting akhirnya menang.
Masuk ke gim ketiga, saya bilang ke Ginting bahwa dia tidak boleh lengah satu poin pun. Strategi yang dibuat Ginting sudah bagus, jadi saya minta dia untuk jangan mengubah lagi.
Saat itu Viktor juga kesulitan menghadapi bola-bola Ginting. Akhirnya Viktor banyak mati. Ginting bisa mencari celah dan Viktor terus ditembak sama Ginting.
Ginting sempat unggul 18-12 tetapi setelah itu Viktor bisa mengejar. Saat Viktor mendapat poin demi poin saya coba untuk terus mengingatkan Ginting.
"Eh Ting, it is Ok, jangan panik masih banyak poin. Tenang saja."
Maksud saya itu tenang supaya dia gak kepikiran 'Aduh, kok kekejar ya'.
Soalnya mau cari satu poin dalam kondisi itu kayaknya agak susah. Saya ingatkan Ginting agar jangan terpancing nafsu untuk terus menyerang.
Pas poin akhirnya 18-18, baru saya bilang ke Ginting:
"Ting, di sini kamu memang harus agak nyerang, harus lebih nyerang."
Menyerang itu kan bukan dari smash aja kan, pokoknya temponya menekan atau bisa kontrol.
Pola main Ginting sudah benar sampai akhirnya ada kejadian di net itu. Dan yang saya lihat, Viktor mencoba berbicara pada Ginting. Saya panggil Ginting dan saya bilang padanya: "Kamu harus fokus saja, itu sudah keputusan wasit."
Saya teriak seperti itu ke Ginting karena saya lihat Viktor dari arah samping, dia berbicara ke Ginting, makanya saya panggil-panggil Ginting.
"Ting, Ting. Kamu harus fokus, sudah ada keputusan wasit, dia jangan kamu lihat."
Saat itu jelas semua tegang. Makanya ketika Ginting melompat pada kedudukan 19-18, saya pikir dia mau smash. Ternyata cuma di dropshot silang, matilah Viktor karena dia sudah menunggu di belakang banget.
Itulah momen saat seorang pemain harus punya keberanian mengambil keputusan. Harusnya di-smash ternyata di-dropshot oleh Ginting.
Setelah sempat tegang pada 20-19, Ginting akhirnya bisa memastikan kemenangan di poin berikutnya. Tak bisa dibohongi, saya juga langsung teriak di belakang.
Karena orang kan selalu bilang Viktor itu kuat, alien, atau apalah. Pemain kita ini juga bagus, tetapi memang belum bisa melewati. Nah kemarin akhirnya bisa dan momen terjadinya juga di All England.
 Anthony Ginting sukses menaklukkan Viktor Axelsen di perempat final All England. (AP/Bradley Collyer) |
Setelah Ginting menang, saya hanya punya jeda waktu satu pertandingan untuk mempersiapkan Jonatan bertanding. Jadi saya langsung ganti baju dan bersiap membantu Jonatan pemanasan.
Tidak banyak waktu istirahat yang saya punya karena masih ada tugas. Walaupun juga saat itu sedang puasa juga, tetapi kan saya harus siap. Kalau pemain ganda bisa pemanasan sendiri, kalau pemain tunggal kan saya harus ikut membantu mereka pemanasan, nyemesin dan lain-lain.
Tegangnya sebenarnya belum benar-benar hilang setelah match-nya Ginting tetapi saya coba menetralkan. Karena saya juga tak mau kelihatan sama pemain kalau sedang tegang. Kalau pemain sedang melihat saya, saya langsung meyakinkan mereka bahwa tidak ada apa-apa walaupun perasaan dalam diri saya seperti ada yang mukulin dari belakang.
Jonatan dan Chico itu cara mainnya beda. Jadi yang saya ingatkan pada Jonatan saat melawan Shi Yuqi adalah jangan buru-buru. Ia harus mengontrol dulu baru menyerang.
Jonatan juga lebih kuat dari Shi Yuqi. Walaupun Shi Yuqi itu pukulannya, harus saya akui saya senang melihat pukulan Shi Yuqi, tetapi Jonatan harus bisa mengatasi pukulannya itu.
Kalau terburu-buru, Shi Yuqi ini pemain pintar. Dia bisa defense-defense lalu nanti tiba-tiba dia bisa menyerang balik. Kalau Jonatan bisa sabar, Shi Yuqi yang nantinya enggak tahan.
Shi Yuqi kemudian mundur di gim kedua sehingga Jonatan menang. Saya turun bareng satu lift sama Shi Yuqi. Jonatan masih di-interview di lapangan.
Saya lalu bilang "Aduh sorry, tadi kamu cedera. Cedera dimana?"
 Shi Yuqi mundur di tengah duel lawan Jonatan karena kondisi badannya tidak fit. (Arsip PBSI) |
Saya pikir cedera di paha. Ternyata bukan. Dia mundur karena merasa tidak enak badan. Dengan kondisi itu, jelas dia tambah tidak bisa lawan Jonatan.
Karena Jonatan selalu membuat Shi Yuqi berlari.
"Jangan buru-buru coba dimatiin Jo, matiinnya kalau memang bolanya enak pas ditembak."
Shi Yuqi lari depan belakang, depan belakang.
Babak Semifinal
Masuk semifinal, tersisa Ginting vs Christo Popov dan Jonatan vs Lakhsya Sen.
Saya tekankan pada Ginting dan Jonatan: "Kamu jangan lengah, pikiran kamu fokus saja, jangan berpikir apalagi kalau orang bilang,'Oh ini sudah pasti menang ini dan All Indonesian Final'."
"Jangan jadi beban lagi dan malah jadi salah pemikiran."
Saat rapat sebelum pertandingan, saya bilang semua pemain kesempatannya 50-50. Sama semua kekuatannya.
Saya ulangi lagi untuk fokus dan bersiap main 100 persen terhadap strategi yang sudah direncanakan. Jadi saya tak mau para pemain kepikiran soal mental lagi. Jangan takut kalah lagi, yang penting hajar saja.
Ginting ternyata kalah di gim pertama. Saya bilang tidak apa-apa. Yang penting gim kedua harus fokus. Jangan buru-buru lagi karena saya lihat di gim pertama, Ginting kalah karena buru-buru ingin nembak.
Gim kedua berjalan lancar untuk Ginting. Musuh Ginting itu mungkin bisa mengikuti pola main Ginting di gim pertama, namun sejauh mana mereka bisa tahan dan terus mengikuti pola Ginting yang temponya cepat itu sepanjang pertandingan berlangsung.
Karena Ginting berhasil main di tempo tinggi, cepat. Jadi Popov kalah cepat. Akhirnya coba mengejar kemanapun, dia sudah kalah speed. Ginting pun makin menjadi-jadi juga dia itu.
Setelah Ginting menang dan lolos ke final, saya tidak membahas keberhasilan Ginting ke Jonaan. Waktu Jonatan mau main lawan Lakhsya Sen, saya cuma bilang ke Jonatan:
"Kamu main saja, jangan pikirkan nanti gimana ya mau All Indonesian Final, mau ini mau itu, enggak usah!"
"Yang penting kamu fokus saja lawan Lakshya Sen, strategi yang sudah kita terapkan, dicoba di laga ini."
Saya bilang begitu supaya jangan jadi beban. Karena kalau Jonatan sudah kepikiran mau buat sejarahlah, bakal jadi bumerang. Nanti malah pikirannya yang kena.
Lakshya Sen itu tipe pemain yang bisa menyerang, juga bisa defense. Makanya tidak bisa dianggap enteng juga karena tiba-tiba serangannya juga bisa bahaya. Dia juga ulet banget.
Makanya memang Jonatan harus siap, fokus dengan permainan ini.
Setelah menang di gim pertama, Jonatan kalah jauh di gim kedua. Itulah terkadang seperti itu yang terjadi.
Karena berhasrat ingin menang, jadi sedikit terlihat buru-buru. Makanya saya bilang ke Jonatan:
"Jo, sabar dulu. Kan bukan seperti ini yang tadi direncanakan?"
Kadang seorang pemain bisa terpancing dengan situasi. Makanya tugas kita yang di belakang ini memang harus mengingatkan terus.
 Irwansyah meminta Jonatan untuk tidak berpikir terlalu jauh soal All Indonesian Final saat menghadapi Lakshya Sen di semifinal. (dok. PBSI) |
Di gim ketiga, Jonatan sudah all out lagi mengembangkan strategi yang sudah disusun. Saya juga bilang bahwa fisik Jonatan lebih kuat.
Jadi saya minta Jonatan untuk tidak buru-buru karena saya juga yakin bila Jonatan lebih kuat bila memang harus adu fisik lawan Lakshya Sen.
Selalu saya bilang pemain saya siap untuk adu fisik. Karena latihannya memang saya bilang diisi banyak pukulan. Sampai 40-50 pukulan itu saya buat di latihan dalam satu reli. Keram-keram itu anak-anak.
Setelah Jonatan menang, memang tak bisa dibohongi, saya terharu banget. Makanya saya ucapkan terima kasih sama Allah SWT, dua pemain tunggal putra Indonesia bisa lolos ke final.
Ini jadi satu kebanggaan banget. Saya terharu, benar-benar terharu.
Karena yang kita lihat biasanya kan juara All England untuk pemain tunggal putra itu kan pemain-pemain dari luar. Nah sekarang ini. Pemain saya dua-duanya bisa di sana, di babak final.
Jadi memang apa ya, enggak tahulah mau bilang apa, saking senangnya saat itu.
 Jonatan mengalahkan Ginting di final All England. ( AFP/JUSTIN TALLIS) |
Babak Final
Malam sebelum final, tetap ada rapat. Tetapi bukan mengenai strategi. Saya rapat, panggil kedua-keduanya langsung seperti biasa.
"Di rapat ini, pertama saya mau bilang kepada mereka bahwa saya sebagai pelatih, bangga banget. Bangga banget. Dua pemain hebat tunggal putra Indonesia di final."
"Kedua, tunjukkan sportivitas kalian berdua di dalam lapangan. Dua-duanya memang pemain hebat yang bakal dilihat semua orang."
Itu yang saya katakan. Jelang laga final itu, tidak ada ketegangan yang terasa antara Jonatan dan Ginting. Biasa saja. Akhirnya Jonatan yang keluar sebagai juara All England.
Saya nonton di tribune bagian atlet dan pelatih. Sepanjang menonton, saya tetap membuat catatan apa kelebihan dan kekurangan mereka di final.
Harapan saya, mereka bisa tetap konsisten dengan hasil yang bagus di All England ini. Yang paling penting, mereka tetap rendah hati dan bisa jadi pemain yang dijadikan contoh semua anak-anak, generasi-generasi di seluruh dunia, bukan di Indonesia saja.
 Sekjen PBSI dan Ketua Tim Ad Hoc Muhammad Fadil Imran saat menyambut atlet-atlet Indonesia yang telah mengukir prestasi di All England. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL) |
Sukses ini juga tak lepas dari kerja sama dari berbagai pihak yang ada di PBSI, Ketua PBSI Bapak Agung Firman dan Ketua Harian PBSI Bapak Alex Tirta dan juga tim ad hoc yang ada di bawah pimpinan Bapak Fadil Imran.
Saya harap mereka juga tetap bekerja keras, latihan keras, tetap disiplin. Saya yakin mereka ini anak-anak yang disiplin dan selalu respek pada saya.
Saya harap juga mereka bisa terus lebih percaya diri dengan hasil ini, All Indonesian Final di All England.