Jakarta, CNN Indonesia --
Gareth Southgate menandai pengabdian kepelatihan yang ke-100 (centurion) di timnas Inggris dengan lolos ke babak semifinal Euro 2024.
Southgate membesut Tiga Singa sejak 27 September 2016. Ia menjadi pelatih ketiga Inggris yang mencapai rekor centurion setelah Sir Walter Winterbottom (139) dan Sir Alf Ramsey (113).
Bedanya, Winterbottom dan Ramsey sama-sama sudah mempersembahkan gelar untuk Inggris. Adapun Southgate baru bisa mencapai final Piala Eropa atau Euro sebagai runner up pada 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, Southgate tetap tercatat sebagai salah satu pelatih Inggris dengan rasio kemenangan terbesar, 60,6 persen. Adapun rasio menang di turnamen mencapai 60,5 persen.
Torehannya ini hanya kalah dari Fabio Capello (66,7 persen), Alf Ramsey (61,1 persen) dan Glenn Hoddle (60,7 persen). Sebuah pencapaian yang layak untuk diapresiasi.
Selepas menang adu penalti melawan Swiss pada Sabtu (6/7) malam atau Minggu (7/7) dini hari WIB, Southgate merayakan catatan milestone ini, tetapi ada penghinaan yang membayangi.
Masih banyak pihak yang meminta pria 53 tahun ini mundur dari kursi pelatih Inggris. Pasalnya, performa Declan Rise dan kawan-kawan di Euro 2024 tak sesuai ekspektasi.
Banyak kalangan menilai, Inggris dalam asuhan Southgate bisa mencapai titik ini, karena beruntung. Ya, beruntung karena lawan-lawannya tak punya nama besar.
Karena itu pertandingan semifinal Euro 2024 melawan Belanda pada Rabu (10/7) malam atau Kamis (11/7) dini hari WIB nanti akan menjadi ujian lain Southgate.
Jika performa Inggris tak membaik, apalagi sampai dibantai Belanda, bukan tidak mungkin tekanan untuk mundur makin besar. Penghinaan keras akan semakin mendera.
Bayang-bayang penghinaan dan perayaan pencapaian centurion inilah yang akan mendampingi Southgate di semifinal Euro 2024. Bisakah pria asal Watford ini mematahkan sinisme itu?
Bersambung ke halaman berikutnya...
UEFA mencatat, pemain Inggris dengan daya dobrak paling tinggi adalah Harry Kane. Ia punya 15 peluang, dengan rincian empat kali akurat, empat kali melenceng, dan tujuh kali diblok.
Torehan Kane ini di bawah Cristiano Ronaldo yang punya 23 peluang, Kylian Mbappe dengan 20 peluang, Kei Harvest punya 19 peluang, dan Memphis Depay dengan 18 peluang.
Dalam urusan serangan ini, tak ada pemain Inggris yang menonjol. Buktinya tak ada pemain Inggris dengan statistik yang masuk 10 besar pemberi kontribusi besar dalam permainan.
Ini berbeda dengan urusan pertahanan. Marc Guehi dan Declan Rice masuk daftar pemain dengan aksi bertahan paling menonjol. Keduanya piawai dalam urusan pemulihan bola atau merebut permainan.
Oleh sebab itu tak mengherankan banyak kalangan menyebut Kane menggendong Southgate di Inggris dan bukan sebaliknya. Seolah-olah, Southgate sama sekali tak punya tuah.
Namun, kecerdikan Southgate sejatinya cukup menonjol selama Euro 2024. Pergantian pemain yang dilakukan mantan pelatih Middlesbrough FC terbilang moncer.
Saat lawan Slovakia misalnya, masuknya Ivan Toney menggantikan Phil Foden, jadi salah satu kunci sukses. Sundulan assistnya membuat Kane mencetak gol kemenangan tim.
Begitu juga dengan laga melawan Swiss, pergantian yang dilakukan Southgate membuat permainan Inggris makin garang. Ini bukan kebetulan, tetapi rencana yang matang.
[Gambas:Photo CNN]
Mengganti pemain-pemain bintang, yang biasanya sulit dilakukan dalam laga-laga penting, seperti menggantikan Jude Bellingham, malah jadi jalan keberuntungan bagi Inggris.
Formula ini pula yang membuat Inggris dalam asuhan Southgate bisa menembus final Euro 2020, semifinal Piala Dunia 2022, dan kali ini ke semifinal Euro 2024.
Apakah ada kejutan lagi yang akan dilakukan Southgate saat bertemu Belanda? Pria yang sering diledek sebagai guru jasmani ini tegas menyatakan belum kehabisan ide brilian.
[Gambas:Video CNN]