Jakarta, CNN Indonesia --
Komposisi 'ideal' Timnas Indonesia semakin sempurna setelah Maarten Paes disetujui FIFA berpindah asosiasi dari KNVB ke PSSI.
Gelombang naturalisasi, dari Jordi Amat hingga Calvin Verdonk, makin lengkap setelah Paes datang. Total ada 10 pemain keturunan yang dinaturalisasi yang kini bisa membela Timnas Indonesia.
Ini tidak termasuk pemain naturalisasi era sebelumnya seperti Marc Klok dan Stefano Lilipaly. Juga pemain muda seperti Jens Raven dan Welber Jardim yang masih di U-20.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika disamakan piramida, gelombang naturalisasi untuk mengatrol performa skuad Garuda, dimulai dari komposisi pemain bertahan, gelandang, lini depan, dan terakhir kiper.
Shin Tae Yong membangun sistem pertahanan dahulu. Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama adalah tiga nama awal yang didatangkan untuk tujuan stabilitas pertahanan.
Berturut-turut kemudian Justin Hubner, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, dan Calvin Verdonk. Bersamaan dengan itu Thom Haye dipanggil untuk menjadi otak permainan di tengah.
Adapun Rafael Struick dan Ivar Jenner adalah bagian dari skuad U-20 untu Piala Dunia U-20 yang gagal berlangsung di Indonesia. Kini keduanya jadi andalan juga di Timnas senior.
Posisi kiper tak buru-buru dicari karena tidak terlalu mendesak. Ernando Ari, Nadeo Argawinata, dan kiper lainnya masih bisa dipercaya.
 Ernando Ari akan bersaing ketat dengan Maarten Paes. (Dok AFC) |
Dengan hadirnya Paes, yang kini rutin tampil dalam kompetisi Amerika Serikat (MLS) bersama FC Dallas, kekuatan Indonesia bertambah. Jam terbang Paes bisa mengatrol mental.
Kira-kira line up Indonesia bisa dihuni Maarten Paes, Rizki Ridho, Jordi Amat, Jay Idzes, Asnawi Mangkualam, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Calvin Verdonk, Marselino Ferdinan, Rafael Struick, dan Ragnar Oratmangoen.
Cadangannya pun tak kalah kuat. Mulai dari Shayne Pattynama, Justin Hubner, Jenner, hingga Sandy Walsh. Komposisi ini terlihat ideal untuk melawan Arab Saudi dan Australia pada 5 dan 10 September.
Baca di halaman berikutnya>>>
Yang menjanjikan dan patut dinanti dari Timnas Indonesia pada September nanti adalah performa. Bagaimana wajah Merah Putih sesungguhnya?
Pasalnya dalam laga melawan Arab Saudi pada 5 September nanti, pemain dalam kondisi sangat prima. Ini tidak seperti dalam laga terakhir melawan Irak dan Filipina di Jakarta.
Saat itu pemain dalam kejenuhan tinggi setelah semusim berkompetisi bersama klub. Ada pula pemain yang sedang proses penyembuhan cedera, seperti Jordi Amat dan Shaye Pattynama.
Calvin Verdonk juga baru debut. Dalam debutnya ini Verdonk belum bisa menampilkan permainan terbaik. Selain jet lag, ia masih beradaptasi dengan rekan yang lain.
Shin Tae Yong berkali-kali mengatakan, salah satu kendala mengapa performa Timnas tidak stabil karena waktu berkumpul yang minim. Apalagi jarak membentang begitu jauh.
Salah dua permainan terbaik Indonesia dalam asuhan Shin, adalah melawan Australia di Piala Asia 2023 (2024) dan uji coba melawan Argentina pada Juni 2023 di Jakarta.
Soliditas pemain terlihat jelas karena ada waktu melakukan pemusatan latihan dan tidak melakukan perjalanan atau laga tandang. Stamina pemain terjaga dengan baik di laga itu.
Ini akan berbeda dengan fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sebagian pemain akan berkumpul langsung di Arab pada awal September dan setelah itu terbang dari Riyadh ke Arab.
 Timnas Indonesia hadapi lawan berat di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim) |
Sedikit banyak, situasi ini akan mempengaruhi. Waktu berkumpul yang sempit dan perjalanan panjang, bisa menggerus kebugaran pemain. Situasi ini tidak dihadapi Arab dan Australia.
Yang pasti, PSSI akan mencarter pesawat untuk perjalanan dari Arab ke Indonesia. Ini upaya PSSI untuk mengurangi beban kelelahan perjalanan yang merusak performa pemain.
Racikan strategi Shin bersama skuad yang makin menjanjikan ini pun di nanti. Publik penasaran bakal seperti apa aksi anak-anak Merah Putih di hadapan tim-tim elite Asia. Jangan mengecewakan ya.
[Gambas:Video CNN]