Kembali ke soal main profesional, kapan keputusan untuk main profesional?
Ya itu habis Japan Open. Saya berpikir jadi ya sudah akhir tahun mau izin, sudah mau cabut, jadi ya sudah nikmati momen akhir-akhir ini di Pelatnas Cipayung. Jadi mainnya lebih enjoy, lepas saja semua segala macam.
Pas akhir tahun kamu pertama kali bicara sama siapa soal keluar Pelatnas Cipayung?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama sama Bang Aboy. Waktu itu Bang Aboy masih di dalam Pelatnas Cipayung. Bang Aboy bilang coba dipikir dulu karena di luar enggak gampang. Jadi Professional Player itu juga enggak mudah. Coba kamu hitung-hitung dulu, semua segala macam. Kalau memang semua segala macam kamu rasa sudah oke, dan segala macamnya bagus, ya sudah. Enggak ada masalah. Dia bilang 'go ahead' [silakan] saja.
Kalau untuk pengurus, siapa yang awal dikasih tahu?
Nah waktu itu kan masih masa transisi kan, jujur saya bingung ngomong ke siapa. Jadi pertama yang saya kasih tahu adalah Kak Rionny yang jadi Binpres. Saya ngomong sama dia dulu pertama. Akhirnya Kak Rionny bilang bakal disampaikan ke atasan.
Yang masih di dalam itu masih ada Pak Armand [Darmadji]. Saya ngomong sama dia segala macam.
Habis itu saya ngomong sama Aa Taufik [Hidayat]. Seperti yang dibilang sebelumnya, Aa Taufik bilang coba dipikirkan karena di luar enggak gampang. Aa Taufik kan juga sudah pernah main profesional kan jadi dia tahu bahwa bahwa main di luar pelatnas itu enggak gampang.
Terus berproses dari akhir November hingga Desember sampai akhirnya waktu itu Pak Fadil [Imran] baru mau menjabat kan. Terus Pak Fadil bilang, "Boleh enggak kalau stay sementara dulu di Pelatnas, untuk beberapa waktu, setidaknya sampai Sudirman Cup."
Akhirnya saya ngobrol sama keluarga bahwa diminta sampai Sudirman Cup. Akhirnya ya sudah enggak apa-apa, saya oke, mereka oke, akhirnya jadi ya sudah.
Berarti bisa dibilang keputusan kamu keluar Pelatnas Cipayung ini enggak ada pengaruhnya sama pergantian pelatih tunggal putra?
Oh, enggak ada. Orang luar kan melihatnya saya dekat dengan Bang Aboy tadi pasti akan ada yang berspekulasi seperti itulah. Berspekulasi bahwa Jonatan mau keluar nih gara-gara Bang Aboy gak dipakai lagi. Pasti ada lah kayak gitu karena saya dan Bang Aboy kan dekat sekali.
Tetapi enggak ada. Enggak ada saya keluar karena Bang Aboy keluar, enggak ada. Enggak ada seperti itu. Seperti yang saya bilang, persoalan pribadi saja.
![]() |
Karena sudah diminta bertahan hingga Piala Sudirman, berarti kamu mulai menyiapkan diri untuk berkarier di luar Pelatnas?
Iya pasti, jadi biar enggak kaget gitu. Jadi saya nanya-nanya ke orang-orang di Pelatnas yang tugasnya memang bagian keuangan, bagian pesan tiket. Dari awal tahun memang sudah mulai tanya-tanya biar gak bingung pas mulai.
Jadi kalau menurut tim kamu, berapa kira-kira perhitungan setahun untuk kebutuhan turnamen?
Yang pasti kalau untuk bawa tim, tim yang memang profesional, bukan cuma saya sendiri, ya itu bisa di atas 1,5 miliar.
Memang rencana dalam tiap keberangkatan kamu berangkat berapa orang dalam tim?
Yang pasti, buat sekarang itu sama fisioterapis yang paling penting. Karena kan terakhir saya juga ada handicap di kaki sama pinggang. Jadi itu paling penting.
Karena memang main kan pasti capek, butuh recovery semua segala macam. Jadi fisioterapis sama pendamping dulu sih.
Jadi minimal bertiga sama kamu ya?
Iya.
Bagaimana untuk pemantauan kebutuhan nutrisi saat ini?
Ada dokter gizi. Tetapi kan dokter gizi kan tidak setiap hari jadi kayak diskusi kebutuhan pengeluaran kalori atau pelatihan saya tuh per hari rata-rata sekian.
Sama dokternya kemudian dikasih tahu butuh nutrisi segini, lauknya ini, sayurnya ini, nasinya sekian.
Karena memang basic-nya pas masih di Pelatnas kan juga sudah ada dokter gizi juga kan jadi memang sudah ngobrol.
Seiring mulai berjalan karier kamu sebagai pemain profesional. kamu melihat karier badminton kamu bakal sepanjang apa?
Untuk keinginan pribadi, dengan hal yang sudah dilewati, sudah dijalani semuanya, masih ada di hati tuh kayak pengin coba sekali lagi Olimpiade. Cuma balik lagi dengan kondisi sekarang kayak ada cedera di pinggang segala macam, jalani satu-satu dulu.
Jalani satu-satu dulu, kalau syukur-syukur bisa sampai 2028 dan masih bisa bersaing, ya pasti pengin tampil di Olimpiade.
Kamu juga belum punya medali Kejuaraan Dunia?
Nah itu yang jadi fokus awal sekarang dibanding Olimpiade. Jadi kan memang Kejuaraan Dunia digelar setahun sekali, jadi malah saat ini fokusnya lebih ke sana dulu. Targetnya ke World Championships dulu.
Selama ini apa yang kamu rasakan saat tampil di Kejuaraan Dunia, kenapa belum bisa dapat medali?
Belum jodoh kali hahaha. Ga tahu juga, sudah latihan segala macam. Sudah delapan besar mau menang, malah kagak jadi saat lawan Chou Tien Chen. Bingung juga memang.
Terus kemarin, saat seeded-nya lagi enak, babak pertama harus langsung Lee Zii Jia. Jadi ya coba semaksimal mungkin.
Kamu termasuk terkenal sebelum masuk ke Pelatnas Cipayung. Apakah kamu merasa terbebani dari dulu sehingga kalau sekarang keluar Pelatnas bebannya jadi berkurang?
Dari kecil sebenarnya malah nggak kepikiran kalau saya sudah terkenal. Dari kecil fokusnya itu cuma mengejar yang senior-senior di atas saat sudah masuk Pelatnas. Saya enggak fokus ke hal-hal bahwa orang sudah tahu saya segala macam.
Bahkan pas Aa Taufik pensiun, kan saya yang dikasih raket. Nah itu saya enggak menduga juga. Enggak tahu siapa yang nyuruh, atau siapa yang memberikan rekomendasi. Padahal masih banyak yang lain.
Atau mungkin saya ditunjuk karena waktu itu saya yang paling kecil jadi mungkin ya sudah yang ditunjuk yang paling kecil. Mungkin ya, tetapi saya enggak tahu tuh siapa yang menunjuk sampai sekarang.
Papa kamu termasuk keras sama kamu?
Papa itu lengket banget dulu sama Koh Hendry benar-benar latihan saya tuh ditungguin, dilihatin. Pokoknya dari pertama masuk Tangkas sampai masuk ke Pelatnas. Papa itu tuh setiap hari selalu menemani.
Jadi dari situ pengorbanan keluarga juga, kalau menyambung dengan alasan saya tadi, dari Papa juga mengorbankan kerjaannya, fokus benar-benar ke saya. Cuma mengharapkan dari Om, adik-adiknya buat bantu kayak kasih makan saya, segala macam. Makanya saya tuh banyak hutang budi sama keluarga juga.
![]() |
Waktu kamu kecil, kamu berasal dari kondisi ekonomi yang seperti apa?
Pas-pasan saja sih. Dibilang jelek juga enggak karena buat makan masih cukup. Cuma yaa berkelimpahan, juga enggak. Seadanya saja.
Saya malah juga dibantu sama Om dan Tante dulu waktu kecil saat saya masih di Tangkas. Jadi Om dan Tante itu kasih kayak uang bulanan ke mamah mereka, yang berarti nenek saya. Nah nenek saya tuh, total banget kayak uang yang dikasih Om dan Tante dikasih ke saya. Makan, beli daging, beli suplemen, vitamin, segala macam ya itu dari nenek saya.
Kamu menang medali emas Asian Games 2018 di usia 21 tahun dan langsung jadi sorotan. Kamu melihat hal itu bagaimana?
Dari situ banyak orang yang tidak mengerti bulu tangkis awalnya. Cuma mengerti di Asian Games, oh Jonatan nih juara. Dia pikir Jonatan tuh sudah yang paling nomor 1 gitu kan. Cuma menang Asian Games itu saja juga blessing dari Tuhan, bisa jadi juara.
Nah dari situ banyak orang yang berharap. Pastilah enggak bisa menyalahkan orang berharap, punya harapan sama kita, tetapi ya enggak semudah apa yang mereka lihat. Perjalanannya enggak semudah mereka lihat. Perjalanannya tuh kan juga up and down-nya juga banyak.
Jadi ya ada pressure, terlebih dari orang-orang yang memang enggak mengikuti perjalanan Jonatan dari sebelumnya.
Tetapi kamu gak merasa overconfident setelah momen itu?
Kayaknya kalau sampai begitu, enggak ada deh. Soalnya Koh Hendry itu dulu paling enggak mau kalau pemain habis juara, besoknya libur saja tuh paling enggak suka. Pokoknya besoknya harus latihan lagi semua segala macam. Jangan sampai, kalau menurut Koh Hendry, menimbulkan akar kesombongan.
Waktu itu terlihat GOR Tangkas juga ada beberapa fasilitas yang harus diperbaiki. Apa rencana kepulangan kamu ke Tangkas dan pengaruhnya kepada klub tersebut?
Menurut saya, Tangkas saat ini sudah lebih baik dibandigkan saat saya terakhir saya di sana. Tetapi memang bila dibandingkan dengan Pelatnas, pasti enggak sebagus Pelatnas.
Karpetnya juga enggak yang jelek banget, masih bisa dipakai. Masih nyaman. Tetapi untuk karpet, saya sudah ngobrol sama manajemen Tangkas dan sudah minta Victor, bisa enggak kalau memang karpetnya diganti. Sudah didiskusikan, tinggal dilaksanakan saja, cuma memang belum tahu kapan. Karena masih fokus pertandingan juga dan masih dalam masa transisi.
Apa harapan kamu terhadap Tangkas yang alumninya makin sedikit di Pelatnas Cipayung dan panggug internasional?
Paling simpel adalah dengan kehadiran saya, anak-anak yang sekarang ada itu bisa melihat pemain dunia atau sosok yang bisa mereka jadikan contoh. Dengan melihat saya latihan, kebiasaan saya, yang dulunya mungkin mereka tidak dapatkan itu.
Sekarang dengan saya pulang, saya latihan di situ, mudah-mudahan mereka bisa lihat.
Saya juga berharap ada beberapa atlet yang mungkin suka dengan saya atau tertarik dengan saya, mungkin bisa ikuti join latihan di Tangkas. Mungkin atlet-atlet muda lebih punya minat lagi untuk gabung ke Tangkas.
Tangkas mungkin saat ini orang juga enggak tahu kali. Memang ada klub Tangkas ya? Itu saja yang sudah sebesar itu, yang sudah melahirkan juara dunia dan juara Olimpiade, itu saja bisa terlupakan.
Mudah-mudahan dengan kehadiran saya dan Christian Adinata juga, mungkin jadi ada minat dari anak-anak muda yang ingin berlatih bulu tangkis dan ingin jadi pemain, mudah-mudahan lebih banyak lagi.
Kamu pengen gak main terus sampai Jayden mengerti soal pertandingan seperti halnya Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan yang main sampai anak-anaknya mengerti soal pertandingan?
Maulah pasti. Saya tuh pengin melihat mereka tuh ngerti bahwa papanya tuh atlet bulu tangkis, bertanding, mereka nonton, mereka lihat.
Bukan soal menang-kalahnya, tetapi membayangkan mereka bisa melihat papanya berjuang dan bertanding, rasanya bakal happy. Pengen sih, pengen.