Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) bersama beberapa lembaga yang diikut sertakan telah membentuk kajian mengenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), yang dianggap terlalu tinggi.
Adapun kajian tersebut, setidaknya sebagai upaya menurunkan pajak kepada barang atau kendaraan mewah, tetapi sudah memenuhi syarat, terutama menyangkut lingkungan.
"Yang dikaji setau saya Gaikindo sedang menyusun analisa di bantu LPM UI soal co2 carbon tax, yang sudah diserahkan ke pemerintah. Kami sih sangat mendukung hal tersebut," kata Deputy Director Sales Operation and Network Development MBDI Karyanto Hardjosoemarto di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski telah ada kajian antara Gaikindo dengan pemerintah terkait, Karyanto mengatakan bahwa pihaknya belum akan merubah strategi dalam waktu dekat. Semua masih akan berjalan sesuai program yang telah disepakati.
"Produk kami siap sekali, tapi
so far sepanjang masih kajian kami belum merubah strategi masih mengikuti yang kami rencanakan tahun sebelumnya," ujarnya.
Jika-pun berubah, ia menuturkan, hal pertama yang dipikirkan ialah menambah jumlah varian keluaran Mercedes-Benz yang sudah ada di Indonesia. Utamanya, adalah mulai memasarkan mobil hybrid keluaran pabrikan Jerman itu.
"Kalau memang itu disetujui ada insentif pajak tentu kami dengan senang hati mengikuti. Hybrid kami di Malaysia sudah dijual, jadi kami istilahnya tinggal melakukan homologasi dan bisa memasarkannya di sini," kata dia.
"Ya kalau cukup positif untuk industri cepat diselesaikan karena suara kami sama dengan Gaikindo, jadi kami ikutin, once apa yang disetujui baru kita ngeline kesitu," ujarnya menambahkan.
Indonesia TerbelakangSementara itu Deputy Director Marketing Communication Mercedes Benz Distribusi Indonesia Hari Arifianto, mengaku jika pihaknya menyambut baik bila pemerintah mulai berfikir terkait teknologi terkini dalam industri otomotif nasional.
Kata dia, ketimbang negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam dan Singapura Indonesia masih di belakang.
"Kami lihat Indonesia agak belakangan. Melihat market-market Asean, Vietnam, Malaysia, Singapura bisa menggerakan market otomotif dengan memberi insentif pajak. Keringanan ini dimanfaatkan pemain otomotif dan respon cukup bagus karena apa, pengen aja dengan harga yang kurang lebih sama, mereka memiliki chance untuk merasakan teknologi lebih canggih," kata Hari.
Misalnya hybrid, ia berujar, bagi sebagian orang mungkin teknologi tersebut hanya terdapat di masa depan. Tetapi kenyataannya, hybrid sudah banyak di negara-negara berkembang, mengingat efek yang diinginkan menyangkut lingkungan.
"Kan senang dong biasanya pakai mesin bahan bakar, terus sekarang ada mesin listrik torsinya gede bahan bakar irit, udara bersih jadi udah gak lagi main displacement mobil. Justru dengan inovasi dan teknologi kami bisa mendapatkan advantage. Bagusnya adalah, kalau sampai ketemu titik efisien maka bisa dirakit lokal," ungkapnya.
Ia melanjutkan, dengan adanya perhatian berupa insentif dari pemerintah, pihaknya telah memiliki serangkaian armada yang akan dilincurkan. Untuk membawanya ke tanah air, ia berjanji tidak akan membutuhkan waktu lama.
"Kami menunggu dan berharap sekali sehingga bisa mengejar ketinggalan dari negara Asean lain. Karena terbukti kaya Malaysia penjualan Mercedes bisa sampai di atas 10 ribu unit bayangin aja potensinya," kata Hari.
Pemerintah memang berwacana mengeluarkan aturan Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), dan LCEV bukan menjadi penerus atau pengganti Low Cost Green Car (LCGC) yang bahasa resminya adalah Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar (KBH2).
Sedangkan, sedikit mengenai aturan tersebut, LCEV dapat memayungi terkini canggih seperti hibrida, mobil berbahan bakar gas, listrik, sampai hidrogen, sedangkan KBH2 untuk mesin konvensional diesel atau bensin. Bagi pabrikan yang berniat ikut dalam LCEV dapat memilih ke jenis mana penggerak yang ditawarkan.
(pit)