Jakarta, CNN Indonesia -- Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengaku akan fokus meningkatkan kualitas produksi dan memperkuat bisnisnya di dalam negeri, sebelum merencanakan ekspor kendaraan.
Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono mengungkapkan ada alasan tersendiri bagi pihaknya memilih lebih fokus menggarap bisnis dalam negeri sebelum melakukan ekspor kendaraan.
"Ekspor tidak bisa semata-mata industri, tapi bagaimana produk kami termasuk sedan dan sebagainya punya kualitas bagus untuk memperkuat bisnis di dalam negeri," kata Warih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, dengan menguasai pasar di Indonesia, efeknya akan berbuntut pada ekspor ke negara lain. Jadi, ia mengklaim jika pasar di dalam negeri tidak mendominasi, maka rencana mewujudkan ekspor pun terasa sulit.
"Kalau pasar dalam negeri yang besar masih tidak kuat, tentu akan mempengaruhi efisiensi produk. Dari situ kami bisa menciptakan kesempatan untuk ekspor," ungkapnya.
Ia menjelaskan, hambatan akan ekspor tentu ada, salah satunya yang paling kritikal yakni pembuatan di hulu dan mayoritas penggunaan bahan baku yang masih mengandalkan impor.
"Nah itu banyak impor untuk bahan baku, kalau nilainya dikonversi ke Rupiah pengaruhnya besar. Karena pemasok bahan baku kami mengimpor dan bisa berimbas karena transaksinya menggunakan dollar sehingga membuat biaya konstruksi menjadi tidak sehat. Makanya, kami berusaha melokalkan industri," kata dia.
Beda Destinasi, Beda MinatPabrikan asal Jepang itu sendiri menargetkan kenaikan ekspor kendaraan di sepanjang 2017 dengan porsi kendaraan utuh atau
completely build up (CBU) sebesar 10 persen. Sedangkan, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ekspor kendaraan utuh pada kuartal pertama 2017 tercatat lebih dari 113 ribu unit. Kontribusi Toyota cukup dominan, yakni mencapai 87 persen.
Sementara, rincian dari kontribusi tersebut, pengiriman dalam bentuk CBU berjumlah 99 ribu unit, naik dari sebelumnya 84 ribu unit pada periode serupa tahun lalu. Dari jumlah tersebut ekspor Toyota Fortuner sebesar 33 ribu unit, Toyota Vios 15 ribu unit, Toyota Kijang Innova 6.000 unit, serta Yaris dan Sienta sebanyak 4.000 unit. Untuk Avanza, Rush, Town/Lite Ace dan Agya mencapai 41 ribu unit.
Sementara untuk ekspor dalam bentuk
completely knock down (CKD), mencapai 24 ribu unit, komponen mencapai 48 juta
part, serta ekspor mesin tipe TR dan NR, baik berbahan bakar bensin maupun etanol mencapai 68 ribu unit. Secara keseluruhan jumlah persentase ekspor Toyota naik 18 persen.
"Kami fokus garap ekspor karena beda destinasi beda minat. Misal seperti Argentina kami ekspor Innova, sementara Vietnam lebih menyukai Fortuner. Jadi, ada beberapa negara tujuan ekspor, cuma modelnya berbeda-beda," ucapnya.
Kata dia, hingga kini baru Maroko yang menjadi destinasi baru negara tujuan ekspor. Yang mana, tercatat sebanyak lebih dari 80 negara di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika menjadi tujuan ekspor Toyota. Harapannya, Toyota dapat masuk ke negara lain di Afrika Utara.
"Kami berharap negara Afrika Utara punya potensi besar, sama seperti Mesir dan Aljazair. Kami berharap dengan masuk Maroko, nanti juga bisa menembus pasar Afrika Utara dan area sekitarnya," ujarnya.
Ia melanjutkan, beberapa negara di Asia juga turut menjadi sasaran seperti Myanmar, Laos dan lainnya. Namun, incaran tidak melulu kepada kendaraan secara utuh, tapi juga aksesoris sesuai keinginan konsumen.
"Bukan hanya produk CBU, misal seperi aksesoris yang diekspor ke tiap negara tentu berbeda sama halnya dengan target ekspor ke Afrika Utara juga," kata Warih.
(evn)