Jakarta, CNN Indonesia -- PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) masih terus berinvestasi hingga akhir 2019, sejak diumumkannya komitmen investasi di Indonesia pada 2015. Sampai awal 2017, investasi TMMIN telah mencapai Rp20 triliun, dan masih sisa Rp7 triliun sampai penghujung 2019.
"Sampai 2017 itu ada Rp18 triliun ditambah dengan 2018 sebesar Rp2 triliun menjadi Rp20 triliun plus
alpha," kata Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono di Jakarta, kemarin.
Menurut Warih jumlah tersebut hanya digunakan untuk mengembangkan mobil teknologi konvensional Toyota di Indonesia, bukan untuk kendaraan berteknologi tinggi seperti mobil hibrid maupun murni listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari dana Rp2 triliun, salah satunya digunakan untuk persiapan peralatan baru untuk produksi new Yaris yang telah diluncurkan dengan kenaikan harga mulai Rp1,5 juta - Rp3 juta.
"Enggak (pengembangan mobil listrik). Sisa Rp7 triliun untuk pengembangan produk ke depannya," tegas Warih.
Ia menjelaskan, kalau pun memiliki niatan mengembangkan kendaraan ramah lingkungan di dalam negeri, pabrikan asal negeri matahari terbit itu memastikan tidak akan menggunakan sisa dana Rp7 triliun.
Warih beralasan, pengembangan mobil ramah lingkungan memerlukan dana investasi cukup besar.
"Kalau hibrid pasti (investasi) lebih besar lagi. Itu
power train ganti, alat banyak yang harus ditukar. Ya lebih
high teknologi lah," ucap Warih.
Sebagai informasi, Toyota mulai mengembangkan sayap bisnisnya di Indonesia sejak April 1971 melalui Toyota Astra Motor (TAM). Kemudian, pada Juli 2003 Toyota meresmikan divisi perakitannya yaitu TMMIN.
(mik)