Jakarta, CNN Indonesia -- Persaingan
industri otomotif dalam negeri segmen
low MPV kian sengit setelah fakta sejumlah perusahaan 'perang harga' untuk agar produksinya laris di pasaran.
Fenomena paling bisa dirasakan ketika Toyota dan Daihatsu meluncurkan duo kembar Avanza-Xenia generasi baru tanpa kenaikan harga, bahkan sejumlah dealer resmi disebut memangkas harga model barunya.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (
Gaikindo) sebagai asosiasi-asosiasi industri otomotif roda empat atau lebih memilih tidak ingin menanggapi kondisi di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, strategi tersebut merupakan kebijakan masing-masing perusahaan otomotif.
"Harga adalah kebijakan perusahaan masing-masing. Anda mau kasih diskon 50 persen silakan, kasih 90 persen silakan," kata Nangoi di Jakarta, Selasa (26/2).
Sebagai asosiasi, Nangoi menuturkan pihaknya tidak mencampuri urusan harga setiap merek kendaraan. Pengawas persaingan usaha sendiri mendapat pantauan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), namun lembaga ini lebih kepada praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 5 Tahun 1999 Pasal 4 sampai dengan Pasal 16.
"Karena ini hak masing-masing perusahaan. Kami juga tidak boleh melakukan kesepakatan mau itu menaikkan atau menurunkan. Tidak boleh sama sekali. Jadi mohon maaf soal satu ini sangat sensitif," ucap Nangoi.
Dijelaskan Nangoi, Gaikindo tidak menutup mata permasalahan di lapangan setelah ada 'perang harga'. Tapi, ia berpendapat hal tersebut terjadi pada semua lini industri tidak melulu otomotif.
"Masuk mall, diskon semua, di mobil juga begitu. Pameran-pameran ada diskon biasa. Tapi kami tidak akan mengatur. Gaikindo bersih mengenai masalah penentuan harga. Mohon dicatat agar ketua KPPU dengar dan dia bilang Gaikindo anak manis dan tidak macam-macam," kata Nangoi.
Ia menambahkan perang harga lewat strategi apapun merupakan hal wajar dan itu bagian dari mekanisme pasar.
"Kalau peminat banyak, pasti harga bisa naik. Saya kasih contoh kenapa rumah di remote area bisa lebih murah dibandingkan di Menteng. Karena Menteng banyak yang mau, begitu juga kendaraan jadi harga itu benar-benar mekanisme pasar kami tidak terlibat sama sekali," tutup Nangoi.
(ryh/mik)