Penggiat industri otomotif Munawar Chalil menilai setiap perubahan yang terjadi pada sebuah model mobil terlebih dengan predikat "mobil sejuta umat", termasuk Kijang Innova memunculkan pro dan kontra. Namun begitu, Chalil menilai "guncangan" tak akan berlangsung lama sehingga masyarakat yang tadinya meragukan menjadi terbiasa.
"Lihat saja Avanza baru, yang baru kan ganti penggerak roda, tadinya banyak kontra, tapi sekarang tetap dilirik," kata Chalil.
Menurut Chalil, segala ubahan yang ada pada Kijang Innova tentu sudah melalui riset panjang dari Toyota. Sehingga merek Jepang itu dapat memutuskan bagian mana yang harus diubah atau dipertahankan pada sebuah produk mobil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya misalnya soal penggerak roda dan sasis ladder frame, faktanya tidak banyak orang yang membawa Innovanya saat ini ke jalur ekstrem. Terus penggerak roda, sekarang ini harus kita akui jalan di Indonesia sudah banyak yang bagus. Malah bisa saja ubahan ini akan melanjutkan sisi legenda dari Kijang di Indonesia," tegas dia.
Chalil juga menilai penyematan teknologi hybrid merupakan pilihan, dan diakuinya mobil hybrid kini sudah mulai terbiasa untuk konsumen yang umumnya bermukim di kota-kota besar di Indonesia.
Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor, angka distribusi ke dealer Innova lama atau generasi enam periode Januari-Oktober 2022 misalnya, sudah mencapai lebih dari 38 ribu unit. Angka ini harus diakui tidaklah sedikit untuk mobil yang harganya mulai Rp360 juta hingga Rp500 jutaan saat itu.
Direktur Pemasaran TAM Anton Jimmy berharap, generasi baru Innova Zenix dapat diserap konsumen lebih besar lagi ke depannya, atau ditargetkan terjual 4.000 unit per bulan atau rata-rata naik dari 3.800 unit per bulan sepanjang tahun ini.
"Jadi generasi Innova Zenix ini kami harapkan bisa memenuhi ekspektasi market ya," ucap Anton.
(ryh/mik)