Arti Mobil Nasional Gugur Bersama Timor

CNN Indonesia
Sabtu, 11 Feb 2023 08:16 WIB
Status mobil nasional di Indonesia sejauh ini cuma disandang Timor, yang sudah berhenti beroperasi pada 1998.
Esemka bukan mobil nasional, melainkan mobil produksi nasional.

Pengamat otomotif lainnya, Bebin Djuana mengatakan untuk membuat mobil nasional memang bukan perkara mudah. Agar mobil nasional bisa mengaspal di jalanan Tanah Air butuh pekerjaan besar.

"Membuat sebuah mobil adalah sebuah pekerjaan besar, karena melibatkan beberapa bidang. ini bukan pekerjaan kecil dan memang sangat rumit," kata Bebin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai salah satu pasar otomotif terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia kerap dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang lebih dulu memiliki mobil nasional lewat Proton. Namun, menurut Bebin hal ini tak relevan karena Proton juga sudah dimulai dari puluhan tahun lalu.

Bahkan, menurut Bebin mobil-mobil pabrikan Eropa dan Jepang pun telah memulai industrinya sejak ratusan tahun lalu.

"Kita contoh enggak usah jauh-jauh lah, Proton itu kan udah berganti berapa merek. dari sisi engineering mesin, udah banyak lah. Ini dia yang bantuin siapa aja? Pertama, Mitsubishi untuk mesin dan transmisi, belakangan Mitsubishi enggak mau lanjut, dia (Proton) belajar dari Lotus untuk suspensi," jelas dia.

Sementara itu, pengamat otomotif lainnya, Munawar Chalil memiliki pandangan berbeda. Menurut Chalil saat ini sudah tak penting lagi Indonesia memiliki sebuah mobil nasional.

Ia menjelaskan, saat ini Thailand yang merajai industri otomotif di kawasan Asia Tenggara saja tak memiliki mobil nasional. Padahal banyak mobil-mobil Jepang memiliki pabrik di Thailand.

Kondisi Thailand itu mirip dengan Indonesia. Saat ini tidak sedikit pabrikan Jepang yang investasi mendirikan pabrik di Indonesia.

"Thailand walau jadi tuan rumah industri (otomotif) di Asia Tenggara, semua pabrik ada di situ, dia enggak mau tuh bikin merek nasional, lebih menguntungkan jadi tempat industri saja," kata Chalil.

"Menurut saya itu benar, dan saya secara pribadi menilai tidak ada manfaatnya juga punya mobil nasional," kata dia menambahkan.

Chalil menilai Indonesia seharusnya bisa meniru langkah Thailand. Hal ini juga dianggap bisa lebih menguntungkan karena dapat menyerap tenaga kerja yang besar.

"Mending kita kayak Thailand, bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja, bermanfaat juga. Kalau bikin pabrik mobil (nasional), risiko gagalnya lebih tinggi, karena persaingannya sangat besar," jelas dia.

(dmr/fea)

HALAMAN:
1 2
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER