Invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung selama berbulan-bulan menimbulkan dampak pada pilihan kendaraan warga Rusia. Warga mau tidak mau harus memilih merek mobil China.
Mengutip Reuters, Senin (27/3), mobil China mengisi kekosongan setelah brand barat dan Jepang hengkang dari Rusia. Perusahaan pun mematok harga yang lebih tinggi.
Berdasarkan analisis autostat dan perusahaan konsultan PPK, penjualan mobil merek China masih berkisar kurang dari 10 persen pada Januari-Februari 2022, namun naik dalam beberapa bulan terakhir. Ini terjadi karena peluang pasar sangat besar usai keluarnya perusahaan seperti Renault, Nissan, Toyota, BMW, Mitsubishi dan Mercedes-Benz dari Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangsa pasar mobil China mencapai 37,15 persen pada Januari-Februari, atau naik dari 9,48 persen periode tahun sebelumnya. Penjualan merek mobil Eropa, Jepang dan Korea yang anjlok menjadi 22,6 persen dari 70 persen.
Kendati demikian, beberapa pembeli mobil China di Rusia baik individu dan dealer menganggap kualitas beberapa mobil China lebih rendah dari merek mobil barat. Pakar industri otomotif mengatakan pabrikan China perlu meningkatkan kualitas produknya ketika pangsa pasar mereka melonjak.
Stepan (28), ia kini menggunakan mobil merek China saat menggunakan layanan carsharing, namun mengeluhkan kualitas berkendara.
"Saya berhasil membeli Skoda pada 2022. Jika Anda menginginkan pendapat jujur saya, perbedaannya (dengan mobil China) sangat besar," kata Stepan (28) kepada Reuters di sebuah dealer di Moskow.
Sedangkan Alexander (74), pemilik mobil China, Geely membayangkan saat pertama kali membeli mobil tersebut agar bisa menikmati teknologi Swedia.
"Saya yakin pada waktunya keandalan [mobil China] akan meningkat," ujarnya. "Misalnya, saya tahu bahwa (Geely) Tugella memiliki mesin Volvo," ujar Alexander.
Produsen mobil Ceko Skoda Auto, anak perusahaan Volkswagen Group sedang dalam tahap kesepakatan untuk menjual aset Rusia sebagai sanksi Barat setelah Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pada Jumat (24/3) setelah kunjungan ke China pada Desember, kerja sama dengan pabrikan China baik dan persepsi konsumen terkait merek China sudah ketinggalan zaman.
"Kami biasa menertawakan beberapa desain mereka, tetapi saya pergi dengan mobil lokal dan melihat yang lain," katanya. "Saya akan mengatakan terus terang: mobil yang saya kendarai pasti tidak lebih buruk dari Mercedes-Benz."
Sebagian besar pembuat mobil Barat, yang telah bersaing dengan pembuat mobil domestik untuk mendapatkan pangsa pasar sejak mereka mulai membangun pabrik di Rusia pada awal 2000an, berhenti beroperasi Februari lalu.
"Seluruh hidup kami berfokus pada merek-merek Eropa, Jepang, Amerika dan tidak secara khusus memperhitungkan mobil China, yang telah berkembang dengan kecepatan luar biasa," kata Vladimir Shestak, direktur umum Altair-Auto di Vladivostok, yang dealernya menjual Mercedes-Benz dan Geely.