Disinggung Anies, Berapa Sumbangan Emisi Mobil Listrik untuk Iklim?

CNN Indonesia
Rabu, 10 Mei 2023 12:24 WIB
Merujuk Massachusetts Institute of Technology, meski banyak kendaraan listrik memiliki embel-embel 'bebas emisi', klaim ini tidak sepenuhnya benar.
Ilustrasi. Studi MIT menunjukkan klaim mobil listrik bebas emisi tidak sepenuhnya benar. (Foto: REUTERS/TOYA SARNO JORDAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kendaraan listrik tengah menjadi perbincangan usai bakal calon presiden Anies Baswedan mengkritik pemberian subsidi mobil listrik dari pemerintah. Menurut Anies subsidi tersebut bukan solusi untuk masalah polusi udara dan lingkungan hidup.

Anies juga sempat menyinggung soal emisi mobil listrik yang menurutnya tidak lebih baik dari transportasi berbahan bakar minyak.

"Solusi menghadapi masalah lingkungan hidup, apalagi soal polusi udara bukanlah terletak di dalam subsidi untuk mobil listrik yang pemilik-pemilik mobil listriknya adalah mereka-mereka yang tidak membutuhkan subsidi," kata Anies.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita hitung apalagi ini contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bis berbahan bakar minyak," ujarnya menambahkan.

Lalu, sebetulnya apakah mobil listrik lebih baik untuk iklim daripada kendaraan dengan mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine (ICE) yang masih membutuhkan bahan bakar minyak (BBM)?

Merujuk Massachusetts Institute of Technology (MIT), meski banyak kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) memiliki embel-embel 'bebas emisi', klaim ini tidak sepenuhnya benar. Mobil listrik mungkin tidak mengeluarkan emisi dari knalpot, tapi beberapa emisi dihasilkan dalam proses pembuatan dan pengisian daya kendaraan.

Namun demikian, Sergey Paltsev selaku Wakil Direktur Program Gabungan MIT untuk Sains dan Kebijakan Perubahan Global, kendaraan listrik jelas merupakan pilihan emisi yang lebih rendah daripada mobil konvensional.

Menurutnya, selama berada di jalan EV akan menghasilkan lebih sedikit emisi karbon daripada mobil berbahan bakar bensin di hampir semua kondisi.

"Kita seharusnya tidak mengklaim bahwa dengan beralih ke mobil listrik, masalah teratasi, kita akan memiliki nol emisi," kata Sergey.

"Tidak, bukan itu masalahnya. Tapi mobil listrik sebenarnya jauh lebih baik dalam hal dampak terhadap iklim dibandingkan dengan kendaraan ICE. Dan pada waktunya, keunggulan mobil listrik akan terus meningkat."

Mengutip laman resmi MIT, salah satu sumber emisi EV adalah proses pembuatan baterai lithium-ion mereka. Penggunaan mineral termasuk litium, kobalt, dan nikel yang sangat penting untuk baterai kendaraan listrik membutuhkan penggunaan bahan bakar fosil untuk menambang bahan tersebut dan memanaskannya dengan suhu tinggi.

Akibatnya, memproduksi baterai litium-ion 80 kWh yang digunakan di Tesla Model 3 menghasilkan antara 2,5 dan 16 meterik ton CO2 (jumlah tepatnya sangat bergantung pada sumber energi yang digunakan untuk memanaskan).

Proses manufaktur baterai itu berarti membuat sebuah EV baru dapat menghasilkan emisi sekitar 80 persen lebih banyak daripada memproduksi mobil konvensional yang sebanding.

Seperti halnya mobil berbahan bakar bensin, sebagian besar emisi dari EV saat ini juga muncul setelah keluar dari pabrik. MIT menyebut sumber utama emisi EV adalah energi yang digunakan untuk mengisi baterai.

Menurut Sergey emisi ini sangat bervariasi berdasarkan lokasi di mana mobil listrik dikendarai dan sumber energi yang digunakan.

Skenario kasus terbaik terlihat seperti apa yang terjadi di Norwegia, negara pasar EV terbesar di Eropa. Norwegia menggunakan sebagian besar energinya dari tenaga air, membuat jejak karbon dari EV sangat kecil.

Sementara, di negara-negara yang masih sebagian besar energinya berasal dari pembakaran batu bara kotor, angka emisi untuk EV tidak terlihat sama bagusnya, namun masih setara atau lebih baik daripada mobil BBM.

Untuk menggambarkan bagaimana EV menghasilkan lebih sedikit emisi, Sergey merujuk studi Insights Into Future Mobility MIT tahun 2019. Studi ini membandingkan Toyota Camry dan Honda Clarity pada jenis bensin, hybrid, plug-in hybrid, baterai listrik, dan konfigurasi fuel-cell hidrogen.

Para peneliti menemukan rata-rata mobil berbahan bakar bensin mengeluarkan lebih dari 350 gram CO2 per mil selama masa pakai mereka. Sementara, versi hybrid dan plug-in hybrid mencetak sekitar 260 gram per mil CO2, sedangkan mobil yang sepenuhnya baterai hanya menghasilkan 200 gram.

Statistik Kementerian Energi Amerika Serikat juga menunjukkan hasil serupa. Berdasarkan rata-rata sumber energi yang berbeda-beda, Kementerian Energi AS menemukan kendaraan listrik menghasilkan 3.292 pounds atau 1.493 kilogram CO2 per tahun, dibandingkan mobil plug-in hybrid 5.772 pounds (2.618 kg), mobil hybrid 6.528 pounds (2.961 kg), dan mobil bensin 11.435 pounds (5.186 kg).

Laporan MIT juga menunjukkan seberapa besar statistik ini dapat berubah berdasarkan beberapa faktor kunci. Misalnya, ketika para peneliti menggunakan intensitas karbon rata-rata jaringan listrik AS, mereka menemukan kendaraan yang sepenuhnya listrik mengeluarkan karbon sekitar 25 persen lebih sedikit daripada mobil hybrid yang sebanding.

Tapi, jika mereka menghitung dengan asumsi EV akan mengisi daya di negara bagian Washington yang banyak memanfaatkan tenaga air untuk energi, mereka menemukan mobil listrik mengeluarkan karbon 61 persen lebih sedikit daripada mobil hybrid.

Sementara, ketika mereka menghitung di Virginia Barat yang padat batu bara, EV justru menghasilkan lebih banyak emisi karbon ketimbang mobil hybrid, tapi masih lebih sedikit daripada mobil bensin.

Faktanya, kata Sergey, sulit untuk menemukan perbandingan EV lebih buruk daripada mobil pembakaran dalam. Jika kendaraan listrik memiliki umur yang lebih pendek dari mobil berbahan bakar bensin, itu akan merugikan jumlah mereka karena akan memiliki jarak tempuh rendah emisi yang lebih sedikit di jalan untuk menebus proses produksi baterai mereka yang intensif menggunakan karbon.

Namun ketika studi MIT menghitung perbandingan saat EV hanya bertahan 90 ribu mil di jalan daripada 180 ribu mil, mereka tetap 15 persen lebih baik daripada mobil bertenaga hybrid dan jauh lebih baik dari mobil berbahan bakar bensin.

Laporan itu juga menyebutkan, ketika mobil konvensional semakin efisien, EV siap untuk menjadi lebih "ramah lingkungan" dan berkembang dengan pesat, karena semakin banyak negara beralih ke energi bersih.

Laporan MIT juga menunjukkan emisi mobil bensin turun lebih dari 350 gram CO2 per mil menjadi sekitar 225 gram pada tahun 2050. Namun, dalam rentang waktu yang sama, mobil listrik bertenaga baterai bisa turun menjadi sekitar 125 gram dan "perbandingannya menjadi lebih baik lagi," kata Sergey.

Infografis Kelebihan dan Kekurangan Beli Mobil ListrikInfografis Kelebihan dan Kekurangan Beli Mobil Listrik (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)
(dmr/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER