Bakal calon presiden Anies Baswedan menyoroti pemberian subsidi pembelian mobil listrik. Menurutnya subsidi dari pemerintah bukan solusi untuk mengatasi masalah lingkungan.
Ia mengatakan pemerintah seharusnya lebih dulu membenahi sektor transportasi umum. Anies mengklaim jejak karbon seseorang saat menggunakan kendaraan pribadi listrik lebih tinggi ketimbang angkutan umum mesin konvensional.
"Kalau kami hitung apalagi ini, contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak," kata Anies akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan langsung merespons seakan 'gerah' dengan sentilan Anies. Pasalnya, saat ini pemerintah tengah gencar mempercepat pertumbuhan kendaraan listrik berbasis baterai.
Lihat Juga : |
Luhut juga mengatakan pemberian subsidi sudah melalui sejumlah riset dan studi. Menurutnya saat ini seluruh dunia menggalakkan program untuk mendorong kendaraan listrik, sehingga Indonesia tidak bisa semena-mena melawan arus.
"Mengenai mobil listrik sudah ada studi komprehensif. Saya kira seluruh dunia, bukan hanya kita. Jadi jangan kita lawan arus dunia juga. Siapa yang berkomentar saya tidak tahu, suruh dia datang ke saya, biar saya jelaskan bahwa itu tidak benar omongannya," ujar Luhut.
Per 1 April 2023, pemerintah resmi memberikan subsidi berupa diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelumnya pengenaan 11 persen menjadi 1 persen untuk setiap pembelian mobil listrik.
Saat ini diskon pajak itu baru dikenakan ke dua model, Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV. Keduanya sudah memenuhi syarat minimal 40 persen Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan sama-sama sudah diproduksi di dalam negeri.
Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai pernyataan Anies salah kaprah. Yannes menyatakan pemberian insentif mobil listrik justru memberi sejumlah manfaat bagi Indonesia.
Terlebih saat ini bukan hanya Indonesia yang tengah transisi menuju kendaraan ramah lingkungan untuk menekan jumlah emisi karbon.
"Pemberian subsidi untuk kendaraan listrik bisa memiliki beberapa manfaat, di antaranya mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik," kata Yannes.
Ia mengatakan pemberian subsidi juga dapat membuat kendaraan listrik lebih terjangkau dan mengurangi hambatan finansial bagi konsumen yang ingin membeli kendaraan listrik.
Hal ini dapat meningkatkan minat konsumen terhadap kendaraan listrik dan pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan pasar kendaraan listrik.
Yannes mengatakan pemberian subsidi mobil listrik juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ia meyakini hal ini dapat membantu memperkuat ketahanan energi nasional dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan.
Kemudian, ia juga mengatakan bahwa pemberian subsidi dapat meningkatkan kualitas udara. Pasalnya, kendaraan bertenaga bahan bakar fosil merupakan sumber utama polusi udara di kota-kota besar di Indonesia.
"Pemberian subsidi untuk kendaraan listrik dapat membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara di kota-kota besar, yang dapat memiliki dampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Wuling Motors menyatakan pemberian subsidi mobil listrik justru dapat menekan emisi gas rumah kaca. Terlebih saat ini banyak negara sudah memberikan insentif kepada mobil listrik.
Dian Asmahani, Brand and Marketing Director Wuling mengatakan insentif dapat mengakselerasi transisi mobil konvensional ke mobil listrik lebih cepat.
"Banyak negara di seluruh dunia mendukung transisi ke mobil listrik dan memberikan insentif untuk membeli mobil listrik karena emisi dari mobil listrik jauh lebih rendah dibandingkan dengan mobil yang menggunakan bahan bakar fosil sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas udara," kata Dian.
Dian juga mengatakan saat ini tren global sedang mendorong transisi dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik berbasis baterai. Pasalnya, penggunaan mobil listrik dinilai dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Tren global menuju keberlanjutan dan penurunan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Banyak negara di seluruh dunia telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka dan mobil listrik dianggap sebagai salah satu solusi penting untuk mencapai target tersebut," paparnya.
Sementara itu, Yusak Billy selaku Business Innovation and Sales & Marketing Honda Prospect Motor mengatakan pihaknya tidak mau terlalu dalam mencampuri pernyataan Anies. Menurutnya saat ini Honda fokus untuk mewujudkan visi mengurangi emisi karbon.
"Yang pasti, Honda fokus untuk mewujudkan visi untuk mengurangi emisi karbon melalui teknologi produk dan aktivitas perusahaan yang lebih ramah lingkungan," ujar Billy.
Menurut Billy visi Honda Global itu juga bakal diterapkan di Indonesia. Visi itu, kata dia, bakal dijalankan sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia.
"Kami juga akan menerapkan visi ini di Indonesia sesuai dengan kebijakan pemerintah, infrastruktur, dan kebutuhan konsumen," ujarnya.
![]() |
Saat ini Honda memang belum memasarkan mobil listriknya di Indonesia. Namun begitu, Honda berencana menghadirkan mobil elektrifikasi tahun ini dengan meluncurkan dua mobil hybrid baru.
Honda berkomitmen mengatasi masalah lingkungan dan energi global dengan berusaha mewujudkan netral karbon untuk semua produk aktivitas dan perusahaan pada tahun 2050.