Mobil Listrik Guncang Otomotif China, Merek Jepang Mulai Angkat Kaki
Kebangkitan kendaraan elektrifikasi di China menggoyang pasar mobil lokal dan bikin gerah para produsen yang tak mampu ikut arus. Terutama saat pemerintah terasa lebih mendukung para perusahaan yang mendukung rencana menjadikan China sebagai kekuatan otomotif berbasis kendaraan listrik.
Persaingan makin greget ditambah perekonomian melemah di China bikin para produsen ramai-ramai perang harga yang meliputi pemberian diskon besar-besaran agar menyulut pembelian mobil baru. Hal ini terindikasi dilakukan agar pabrik tetap ngebul memproduksi mobil baru walau margin keuntungan makin kecil.
Salah satu produsen di China yang terganggu lanskap ini adalah Mitsubishi Motors yang menyatakan pabrik mereka di provinsi Hunan yang sudah berhenti pada Maret akan dibiarkan seperti itu selamanya.
"Tidak ada jaminan kami bisa menghasilkan keuntungan di pasar kompetitif seperti China. Kami mungkin bakal memperburuk pendarahan dengan mencoba," kata seorang eksekutif Mitsubishi Motors, diberitakan Nikkei Asia, Jumat (29/9).
Mitsubishi telah mempertimbangkan bahwa berupaya lebih kompetitif di China bakal terlalu berat dan memutuskan untuk angkat kaki. Strategi Mitsubishi saat ini adalah fokus pada mobil hybrid dan mobil listrik di pasar Asia Tenggara dan lainnya.
Penjualan mobil di China untuk periode Januari-Agustus 2023 naik 1,5 persen dibanding tahun lalu. Namun gairah dirasa masih lesu dan belum mencapai level pada 2021.
Upaya diskon besar agar harga turun dan volume penjualan unit bisa dipertahankan dari para produsen dirasa justru berbahaya bagi bisnis karena keuntungan menipis.
"Tingkat keuntungan industri otomotif tahun ini akan turun ke level 4 persen, di bawah level normal 6-7 persen," kata Chen Shihua, Wakil Sekretaris Jenderal China Association of Automobile Manufacturers.
"Banyak produsen mobil tidak dapat menginvestasikan dana yang cukup dalam penelitian dan pengembangan," ucap dia lagi.
Sebanyak 16 produsen mobil China yang mewakili 90 persen pangsa pasar telah sepakat pada Juli lalu untuk membatasi perang harga. Namun kesepakatan itu ditangguhkan karena kekhawatiran tentang aturan antimonopoli sehingga perang harga bisa jadi tak akan berhenti.
"Ronde baru pengurangan harga dari produsen sudah dimulai," kata Chen.
Mobil listrik kini mewakili 30 persen penjualan mobil di China dan sudah mengubah keseimbangan persaingan. Penguasaan pasar merek-merek mobil Jepang telah turun dari sekitar 20 persen pada 2020 dan terus mengecil pada tahun ini.
Pada 2022 penjualan mobil penumpang di China sebanyak 23,56 juta, merek lokal mewakili 50,7 persen dan Jepang 18,3 persen turun 2,8 persen.
Pabrik Mitsubishi di Hunan dioperasikan oleh GAC Mitsubishi Motors, perusahaan patungan antara Mitsubishi Motors dan Guangzhou Automobile Group (GAC).
Pemilik terbesar GAC adalah GAC Mitsubishi Motors sebesar 50 persen lalu 30 persen dipegang Mitsubishi Motors dan induk perusahaan Mitsubishi Corp. 20 persen.
GAC Mitsubishi Motors akan tetap menjadi entitas korporasi tetapi Mitsubishi bakal menarik semua investasinya.
Minggat dari China juga sepertinya bakal diikuti merek Jepang lainnya yang sudah terindikasi beres-beres. Mazda misalnya sudah menghentikan operasional pabrik yang bekerja sama dengan FAW Group dan merombak semua jaringan dealer.
GAC Toyota, perusahaan patungan dengan Toyota, sudah memberhentikan 1.000 karyawan pada Juli buat memangkas biaya operasional.
Sedangkan Hyundai dari Korea Selatan telah memutuskan menjual pabriknya di Chongqing.
(fea)