Taksi terbang di Indonesia bakal bertambah Vela Alpha yang sedang dikembangkan di dalam negeri. Desain drone ini berbeda dari taksi terbang yang sebelumnya populer, EHang 216.
Vela Alpha dirancang oleh Vela Prima Nusantara atau Vela Aero, perusahaan berbasis di Bandung yang berdiri pada 2020. Vela Alpha kemungkinan bakal diproduksi di fasilitas Dirgantara Indonesia yang juga berada di Bandung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara EHang 216 merupakan produk impor dari China. Taksi terbang ini diproduksi oleh Guangzhou EHang Intelligent Technology Co. Ltd.
Keberadaanya di Indonesia dibawa oleh Prestisius Aviasi Indonesia atau Prestige Aviation, di bawah naungan Prestige Corp yang dimiliki Rudy Salim. Bisnis Rudy yang lain, Prestige Image Motorcars, dikenal sebagai importir dan penjual mobil-mobil mewah seperti Ferrari dan Lamborghini.
Prestige Aviation sudah membawa EHang 216 sejak 2021 ke Indonesia dan sudah digunakan untuk berbagai macam kebutuhan instansi termasuk pemantauan erupsi Gunung Semeru pada 2022 atas hasil kerja sama dengan Polri.
Bentuk Vela Alpha terlihat lebih mirip pesawat terbang dengan sembilan baling-baling yang menempel di bagian sayapnya. Sebanyak delapan baling-baling menghadapi ke atas sehingga memungkinkan lepas landas vertikal seperti helikopter, sementara satu baling-baling lainnya di buritan menghadap ke belakang.
Sejauh ini belum diketahui ada prototipe Vela Alpha, namun versi miniaturnya sudah dipamerkan di Singapore Airshow 2024 di Changi Exhibithion Center.
Lain dari itu, desain Ehang 216 seperti drone raksasa atau helikopter dengan baling-baling yang berada di bagian bawah.
Ada delapan 16 baling-baling pada EHang 216, tertempel di delapan lengannya yang bisa dilipat.
![]() |
Vela Alpha dan EHang 216 merupakan pesawat vertical take-off and landing (VTOL). Berdasarkan informasi di situs Vela Aero, Alpha memiliki dua pilihan dapur pacu, yakni listrik murni (eVTOL) dengan daya 216 kWh dan hybrid (hVTOL) 71 kWh.
Spesifikasi ini disebut bisa menyesuaikan kebutuhan konsumen. Versi eVTOL bisa dipakai untuk jarak 100 kilometer sedangkan hVTOL dapat mencapai 400 kilometer.
Sedangkan EHang 216 hanya tersedia satu pilihan sistem gerak yakni berbasis listrik. Kecepatan jelajahnya 100 kpj dan kecepatan maksimal 130 kpj.
Alpha memiliki panjang 10,8 meter, tinggi 4,2 meter dan rentang sayap 13,1 meter. Kabinnya terdiri dari dua ruang terpisah, yakni ruang pilot dan penumpang, dengan kapasitas lima orang (satu pilot dan empat awak kabin) dan muatan maksimum mencapai 456 kilogram.
Ehang 216 sendiri memiliki tinggi 1.85 meter, lebar 5.63 meter, dengan satu ruangan penumpang tanpa ruang pilot dan kapasitas muatan maksimum mencapai 650 kg atau setara dua penumpang.
Kabarnya Vela Alpha bakal mengudara secara komersial pada 2028, sementara EHang 216 sejauh ini belum beroperasi.
(afr/fea)