Jakarta, CNN Indonesia --
Pameran otomotif IAA Mobility di Frankfurt dan Munich sejak lama sudah menjadi ajang unjuk kekuatan industri otomotif Jerman. Namun pada 2025, panggung ini jadi semakin menunjukkan dominasi China dalam revolusi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Lebih dari 100 perusahaan asal China tercatat sebagai peserta pameran tahun ini, yang merupakan rekor sepanjang sejarah acara ini. Mereka juga tidak segan meluncurkan model-model anyar, seakan memberi sinyal yang jelas bahwa produsen mobil China tidak lagi sekadar menganggap Eropa sebagai pasar coba-coba saja.
Mereka kini masuk ke dalam diskusi publik, memperkenalkan teknologi EV canggih dengan desain berani dan beberapa bahkan menciptakan mobil terbang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IAA Mobility 2025 yang digelar di Munich hingga Jumat (12/9) tampil lebih variatif dibanding dengan edisi-edisi sebelumnya, dengan lebih dari separuh peserta berasal dari luar negeri, dan Asia menjadi penyumbang terbesar. Kehadiran perusahaan China melonjak 37 persen dibanding pameran terakhir, menjadikannya sebagai peserta internasional terbanyak.
Fenomena ini mencerminkan pergeseran besar dalam industri otomotif global. Selama puluhan tahun, raksasa Jerman seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Volkswagen mendominasi Munich.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, pengunjung menemukan jumlah merek China hampir setara Eropa, dengan BYD, XPeng, Changan, hingga Guangzhou Automobile Group (GAC) menyedot perhatian besar.
Jerman memang masih memproduksi tujuh dari sepuluh EV yang terjual di dalam negeri dan menjadi hub produksi EV terbesar kedua di dunia. Namun skala dan ambisi produsen China di Munich menegaskan betapa cepat keseimbangan itu berubah.
GAC: Dari Guangzhou ke Eropa
Di antara para pendatang baru, GAC tampak menonjol, dengan area booth pameran yang nyaris seluas merk raksasa Jerman lain. Pertama kali tampil di IAA, produsen milik negara ini meluncurkan lima model baru, dengan SUV listrik Aion V tampil pertama kali di Eropa.
Bahkan, pengiriman akan dimulai bulan ini di Polandia, Portugal dan Finlandia, dengan ekspansi lebih luas pada 2028.
Wei Haigang, Presiden GAC International, menyebut Eropa sebagai ujian besar. Dibandingkan dengan pasar lain, dari sisi produk, branding, dan layanan, Eropa adalah "pasar yang sangat menantang."
"Kami telah bersiap selama beberapa tahun untuk masuk ke pasar Eropa, dan akhirnya hari ini, di IAA Munich, kami tunjukkan model-model kami," ujar Wei kepada CNNIndonesia.com.
"Seperti yang sudah disebutkan Chairman Feng (Feng Xingya, President dan Chairman dari GAC Group), kami ingin go global. Kualitas, teknologi, dan reliabilitas sangat penting bagi kami. Tentu saja, kami juga ingin menawarkan world-class services dan hadir di Eropa untuk Eropa", lanjutnya.
Aion V dilengkapi baterai generasi kedua 'magazine battery' yang dirancang tahan api bahkan dalam kondisi ekstrem seperti terkena tembakan. Dengan jarak tempuh 510 kilometer (WLTP) dan pengisian cepat dari 10 hingga 80 persen hanya dalam 24 menit, SUV ini diposisikan sebagai kendaraan praktis.
Sebagai catatan, per Juli 2024, Jerman memiliki 142.793 titik pengisian daya yang dapat diakses publik, menurut Badan Jaringan Federal (Bundesnetzagentur). Artinya, ada 1 titik pengisian daya setiap sekitar 6 km jalan, relatif padat dibanding ukuran dan infrastruktur negara tersebut.
 Jalan Panjang Mobil Listrik (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi) |
Namun GAC tidak hanya mengandalkan spesifikasi teknis. Perusahaan ini juga menekankan filosofi desain.
Benoît Jacob, direktur desain eksekutif GAC sekaligus mantan perancang seri mobil listrik BMW i, mengatakan Aion V mencerminkan keterbukaan baru dalam desain.
Dengan mobil modern dipenuhi sensor, kamera, dan layar, Jacob percaya keaslian lebih efektif ketimbang kamuflase. Ia mencontohkan Aion V, yang dilengkapi LiDAR untuk berkendara otonom.
"Kami tidak mencoba menyembunyikannya," kata Jacob.
"Kami menjadikannya bagian dari bahasa desain. Kadang menunjukkan elemen teknis apa adanya bisa menciptakan desain yang lebih kuat dibanding memaksanya untuk menyatu," lanjut dia.
Bagi Jacob, desain bukan hanya soal estetika, tetapi empati. "Seberapa mudah membersihkan dasbor? Di mana penumpang bisa menaruh payung? Mendesain mobil hari ini sebenarnya adalah mendesain skenario penggunaan," jelasnya.
Kritikus sering menuding mobil China mirip dengan model Eropa atau Amerika. Jacob tidak menampiknya, tetapi menekankan bahwa sejarah menunjukkan keseragaman selalu ada.
"Pada 1920-an atau 1930-an, semua mobil juga tampak serupa. Hari ini, regulasi dan ergonomi mempersempit koridor diferensiasi, tapi di dalamnya, desain masih bisa membuat perbedaan," papar dia.
Curi perhatian
Jika Aion V adalah tiket GAC masuk ke pasar Eropa, maka Govy AirCab memperlihatkan ambisi yang lebih berani. Ditampilkan juga di pameran otomotif Munich, AirCab adalah mobil terbang otonom multirotor pertama GAC yang siap diproduksi massal.
Kendaraan ini dirancang untuk mobilitas udara jarak pendek di perkotaan, sebuah area yang diyakini perusahaan China dapat melompati rival Barat. Meski masih tahap prototipe untuk Eropa, AirCab menjadi simbol tekad GAC memperluas definisi mobilitas melampaui empat roda di jalan raya.
GAC bukan satu-satunya produsen China yang mencuri perhatian. BYD, produsen EV terbesar di dunia berdasarkan volume, meluncurkan SEAL 6 DM-i Touring, wagon hybrid dengan jarak tempuh lebih dari 1.500 kilometer.
Perusahaan ini juga memperkenalkan teknologi 'Flash Charging' yang mampu menambah jarak 400 kilometer hanya dalam lima menit pengisian. BYD mengonfirmasi akan membuka pabrik mobil penumpang di Hungaria pada akhir 2025, menegaskan komitmen produksi lokal di Eropa.
[Gambas:Photo CNN]
XPeng, di sisi lain, menyoroti pendekatan mobilitas berbasis AI. Sedan Next P7, EV berperforma tinggi dengan tenaga 593 hp, debut di Eropa pada pameran ini.
XPeng juga mengumumkan pembukaan pusat penelitian dan pengembangan baru di Munich, yang menjadi sebuah langkah strategis yang menempatkan merek tersebut tepat di jantung ekosistem otomotif Jerman.
Peserta asal China lainnya, mulai Leapmotor hingga Changan, ikut serta dalam momentum ini. Secara kolektif, kehadiran mereka di IAA memberi sinyal yang jelas bahwa industri EV China bukan lagi pemain pinggiran. Kini mereka berada di pusat persaingan global otomotif.
Namun bagi produsen Jerman, IAA tetap menjadi sumber kebanggaan mereka.
"Ketika orang di seluruh dunia memikirkan Jerman, mereka juga memikirkan mobil kami," kata Hildegard Müller, Presiden Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA).
"Merek kami memiliki daya tarik global dan identik dengan rekayasa tingkat tinggi, kualitas terbaik, dan keunikan," lanjut dia.
Namun Hildegard Müller juga mengakui industri ini sedang berada di fase "reinventing". Jerman memang masih menjadi basis kuat produksi EV, tetapi produsen dalam negeri menghadapi tekanan untuk mempercepat inovasi di tengah persaingan ketat dari China.
Oliver Blume, CEO Volkswagen, menegaskan bahwa industri Jerman tidak akan tinggal diam menghadapi gempuran pesaing.
"Kami akan menyerang," kata Blume dalam pembukaan pameran yang dihadiri wartawan di hari Senin.
Sementara itu, Ola Källenius, CEO Mercedes, menggambarkan sebuah semangat optimisme yang tengah mengalir di industri otomotif Jerman. Menurut dia industri otomotif Jerman saat ini "sedang berinvestasi seperti belum pernah terjadi sebelumnya, dengan fokus pada masa depan".
Di sisi lain, produsen China juga menunjukkan keseriusannya di Eropa. "BYD hadir di Eropa, dan akan tetap ada" ujar Stella Li, wakil presiden eksekutif perusahaan tersebut, di Munich.
Pada kesempatan itu, BYD meluncurkan station wagon pertamanya untuk pasar Eropa, yakni versi plug-in hybrid dari model populer Seal. Produksi mobil ini akan dilakukan di Hungaria.
XPeng, yang sedang membuka pusat penelitian dan pengembangan di Munich, turut memperkenalkan model Next P7, sebuah kendaraan yang mengandalkan kecerdasan buatan untuk mengoperasikan sistem-sistemnya. Mereka juga memproduksi mobil terbang.
Mengapa China memimpin balapan EV?
Kebangkitan China dalam perlombaan EV memiliki alasan yang mendasar dan penting. Investasi negara yang masif, dominasi dalam rantai pasok baterai, termasuk dominasi pengelolaan mineral langka yang menjadi komponennya, serta keberanian meningkatkan skala produksi dengan cepat memberi produsen China keunggulan.
Mereka mampu menggabungkan harga terjangkau dengan fitur berteknologi tinggi, membuat mobil mereka kompetitif di Eropa bukan hanya karena harga, tetapi juga performa.
IAA Munich 2025 menampilkan keunggulan itu dengan gamblang. Prototipe AirCab dari GAC, pengisian ultra-cepat BYD, dan inovasi AI XPeng, adalah beberapa contoh level inovasi yang menantang keunggulan industri otomotif Eropa.
Titik balik Eropa
IAA dijuluki sebagai festival mobilitas, lengkap dengan fasilitas test drive, lintasan mikromobilitas, hingga Festival of Lights di beberapa titik di tengah kota Munich. Namun atraksi utama tahun ini adalah pergeseran pusat gravitasi industri otomotif.
Merek-merek China seperti GAC tidak hanya menghadirkan EV yang sesuai standar Eropa. Mereka juga melakukan lokalisasi, membuka pabrik, membangun jaringan layanan, dan menyesuaikan desain dengan selera pasar Eropa.
Bagi industri otomotif Eropa, persaingan kini bukan lagi sesuatu yang abstrak. Mereka hadir di lantai pameran yang sama, menandatangani kontrak, dan segera akan bergulir dari lini produksi di jalanan kota-kota Eropa.
Seperti dikatakan Wei Haigang, Eropa mungkin "pasar yang sangat menantang," tetapi bagi produsen China, justru itulah intinya. Mereka tidak lagi sekadar mencoba peruntungan. Mereka hadir menantang jagoan otomotif di kandangnya sendiri.