Namun GAC tidak hanya mengandalkan spesifikasi teknis. Perusahaan ini juga menekankan filosofi desain.
Benoît Jacob, direktur desain eksekutif GAC sekaligus mantan perancang seri mobil listrik BMW i, mengatakan Aion V mencerminkan keterbukaan baru dalam desain.
Dengan mobil modern dipenuhi sensor, kamera, dan layar, Jacob percaya keaslian lebih efektif ketimbang kamuflase. Ia mencontohkan Aion V, yang dilengkapi LiDAR untuk berkendara otonom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak mencoba menyembunyikannya," kata Jacob.
"Kami menjadikannya bagian dari bahasa desain. Kadang menunjukkan elemen teknis apa adanya bisa menciptakan desain yang lebih kuat dibanding memaksanya untuk menyatu," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Jacob, desain bukan hanya soal estetika, tetapi empati. "Seberapa mudah membersihkan dasbor? Di mana penumpang bisa menaruh payung? Mendesain mobil hari ini sebenarnya adalah mendesain skenario penggunaan," jelasnya.
Kritikus sering menuding mobil China mirip dengan model Eropa atau Amerika. Jacob tidak menampiknya, tetapi menekankan bahwa sejarah menunjukkan keseragaman selalu ada.
"Pada 1920-an atau 1930-an, semua mobil juga tampak serupa. Hari ini, regulasi dan ergonomi mempersempit koridor diferensiasi, tapi di dalamnya, desain masih bisa membuat perbedaan," papar dia.
Jika Aion V adalah tiket GAC masuk ke pasar Eropa, maka Govy AirCab memperlihatkan ambisi yang lebih berani. Ditampilkan juga di pameran otomotif Munich, AirCab adalah mobil terbang otonom multirotor pertama GAC yang siap diproduksi massal.
Kendaraan ini dirancang untuk mobilitas udara jarak pendek di perkotaan, sebuah area yang diyakini perusahaan China dapat melompati rival Barat. Meski masih tahap prototipe untuk Eropa, AirCab menjadi simbol tekad GAC memperluas definisi mobilitas melampaui empat roda di jalan raya.
GAC bukan satu-satunya produsen China yang mencuri perhatian. BYD, produsen EV terbesar di dunia berdasarkan volume, meluncurkan SEAL 6 DM-i Touring, wagon hybrid dengan jarak tempuh lebih dari 1.500 kilometer.
Perusahaan ini juga memperkenalkan teknologi 'Flash Charging' yang mampu menambah jarak 400 kilometer hanya dalam lima menit pengisian. BYD mengonfirmasi akan membuka pabrik mobil penumpang di Hungaria pada akhir 2025, menegaskan komitmen produksi lokal di Eropa.
XPeng, di sisi lain, menyoroti pendekatan mobilitas berbasis AI. Sedan Next P7, EV berperforma tinggi dengan tenaga 593 hp, debut di Eropa pada pameran ini.
XPeng juga mengumumkan pembukaan pusat penelitian dan pengembangan baru di Munich, yang menjadi sebuah langkah strategis yang menempatkan merek tersebut tepat di jantung ekosistem otomotif Jerman.
Peserta asal China lainnya, mulai Leapmotor hingga Changan, ikut serta dalam momentum ini. Secara kolektif, kehadiran mereka di IAA memberi sinyal yang jelas bahwa industri EV China bukan lagi pemain pinggiran. Kini mereka berada di pusat persaingan global otomotif.
Namun bagi produsen Jerman, IAA tetap menjadi sumber kebanggaan mereka.
"Ketika orang di seluruh dunia memikirkan Jerman, mereka juga memikirkan mobil kami," kata Hildegard Müller, Presiden Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA).
"Merek kami memiliki daya tarik global dan identik dengan rekayasa tingkat tinggi, kualitas terbaik, dan keunikan," lanjut dia.