Jakarta, CNN Indonesia -- Zaman sekarang, fenomena pacaran banyak kita temukan di dunia anak-anak. Bukan cuma anak SMP atau SMA, anak SD pun banyak yang ‘terkena virus’ cinta monyet.
Seperti yang dilansir Detik.com, menurut psikolog anak, Efnie Indiranie, M.Psi, wajar kalau anak zaman sekarang tumbuh dewasa lebih cepat karena mereka mendapat banyak asupan gizi bahkan sejak dalam kandungan. Hal ini juga dibuktikan dengan cukup banyak anak perempuan yang cepat mengalami menstruasi.
Pada fase puber, anak tidak hanya mengalami pertumbuhan fisik tapi juga emosinya, jadi sebenarnya wajar ketika anak menunjukkan ketertarikannya pada lawan jenis. Namun, pertumbuhannya ini juga dibarengi dengan banyak godaan yang belum tentu bisa diatasi oleh anak.
Apa saja yang bisa dilakukan orangtua menyikapi anak yang sedang cinta monyet?
1. Jadilah teman curhat anakNgobrol dengan anak bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Kalau aktif berkomunikasi dengan anak, ia akan menganggap kita sebagai temannya. Ia merasa dekat dan lebih terbuka untuk bisa bercerita soal teman-temannya atau mungkin teman lawan jenis yang ia suka. Mau sesepele apapun ceritanya, dengarkanlah ia. Dengan begitu ketika anak mulai membahas pacaran dan kita ingin menjelaskan baik dan buruknya, ia mau mendengarkan dan nurut perkataan kita.
2. Beri pengertian tentang pacaranJika anak di jenjang SD, arahkan agar ia tidak berpacaran dan jelaskan bahwa bisa tetap dekat dengan lawan jenis dengan mengikuti ekskul bareng atau menjadi teman dekatnya. Jika anak di jenjang SMP atau SMA, mereka sudah cukup paham apa itu pacaran dan agaknya sulit kalau kita melarangnya. Bukannya nurut, kebanyakan anak malah penasaran dan pacaran tanpa sepengetahuan orangtua. Lebih baik jelaskan plus minus pacaran dan beri ia pendidikan seks. Di Indonesia hal ini masih sesuatu yang tabu, padahal sebenarnya sangat penting agar perilaku seks anak tidak merugikan kedua belah pihak dan ia bisa berpacaran sesuai dengan norma sosial dan norma agama.
3. Awasi pergaulannyaMintalah anak untuk mengenalkan atau setidaknya menceritakan tentang teman-temannya, dengan begitu kita jadi tahu bagaimana lingkungan bergaulnya. Selain itu di era serba digital ini kita juga bisa menggunakan sosial media seperti Facebook untuk mengawasi anak.
(ded/ded)