Pengelolaan Akses Area Perikanan Bagi Perikanan yang Lestari

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2016 13:11 WIB
Sumberdaya kelautan kita itu sangat kaya. Tapi kalau diambil secara sembrono, siap-siap saja semuanya habis. Bagaimana cara supaya berkelanjutan?
Pasar ikan di Wanci, Wakatobi. (Dok. Rare Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia (urutan ke dua menurut The World Factbook, dan ke empat menurut World Resources Institute). Tidak heran jika banyak masyrakat Indonesia yang bermukim di wilayah pesisir dan sebagian dari mereka bekerja sebagai nelayan.

Menurut FishStat Food and Agriculture Organization, penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah pesisir mencapai 132 juta jiwa. Indonesia juga dianugerahi dengan hutan mangrove terbesar di dunia dan terumbu karang yang sangat luas. Dengan keadaan alam seperti itu, tidak heran jika perikanan menjadi sektor yang sangat penting untuk Indonesia. Sumber yang sama menyebutkan bahwa 54% sumber protein masyarakat Indonesia bersumber dari laut.

Walaupun sumberdaya laut, seperti ikan, adalah sumberdaya alam yang terbarukan namun bila diambil secara sembrono dapat menyebabkan habisnya sumberdaya tersebut. Misalnya jika alat tangkap yang digunakan merusak habitat ikan atau tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom atau racun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu pengambilan ikan yg lebih banyak dibandingkan dengan kemampuan ikan untuk bereproduksi juga dapat menyebabkan habisnya ikan. Oleh karena itu, sumberdaya laut tadi harus dikelola dan dalam pengelolaannya faktor kapan, siapa, dan bagaimana sumberdaya laut itu diambil menjadi sangat penting.

Akan tetapi, untuk pengelolaan wilayah laut Indonesia saat ini masih memakai sistem open access, di mana orang dari daerah A bisa saja menangkap ikan di daerah B, demikian pula sebaliknya. Siapa yang mengelola sumberdaya, termasuk mengawasinya, menjadi tugas pemerintah. Untuk itu pemerintah lalu membangun banyak kawasan konservasi di Indonesia, bahkan pemerintah memasang target untuk memiliki 20 juta hektar kawasan konservasi perairan pada tahun 2020.

Namun yang kemudian terjadi adalah, karena minimnya pengawasan dan penegakan hukum, terjadi pengerukan sumberdaya laut besar-besaran tanpa memperhatikan faktor kelestarian. Belum lagi soal pencurian sumberdaya laut oleh nelayan asing. Upaya keras yang telah dilakukan pemerintah patut diapresiasi, namun cara lain harus dicari untuk menahan laju kehilangan sumberdaya laut kita.
Tim Kampanye Pride PAAP di Liya-Wakatobi. (Dok. Rare Indonesia)
Salah satu cara yang ditawarkan adalah dengan Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) yang digagas oleh RARE --sebuah LSM internasional yang bergherak di bidang pelestarian alam-- bersama-sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program tersebut digabung dengan program Kampanye Pride yang merupakan produk Rare untuk mengubah perilaku dengan pendekatan social marketing.

Dalam PAAP, masyarakat nelayan diberi hak untuk mengelola kawasan penangkapan ikannya. Di dalam kawasan yang dikelola tersebut juga terdapat kawasan larang ambil (no take zone) yang merupakan tempat di mana ikan berkembang biak dan membesarkan diri. Setelah ikan besar, ikan akan pergi ke daerah di mana nelayan dapat menangkapnya dengan alat tangkap yang ramah lingkungan.

Masyarakat nelayan juga mengawasi dan menjaga kawasannya dari orang yang tidak berhak mengambil ikan di kawasan yang mereka kelola. Analogi yang diberikan oleh Vice President Rare Indonesia, Taufik Alimi, mereka yang tangannya berlumuran getah nangka adalah mereka yang berhak memakan nangka tersebut. Jangan sampai orang yang tangannya berlumuran getah tetapi tidak menikmati nangkanya dan nangkanya dinikmati orang lain yang tangannya bersih.

Program PAAP yang diluncurkan bersama oleh RARE – Kementerian Kelautan dan Perikanan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 17 Februari 2016 yang lalu tersebut bertujuan untuk mengembalikan peran nelayan kecil sebagai garda terdepan di sektor perikanan Indonesia. Program PAAP diharapkan mampu memberikan dampak yang signifikan untuk menjaga ketahanan pangan, melindungi keanekaragaman hayati laut dan mampu meningkatkan kesejahteraan para nelayan.

Program PAAP ini dilaksanakan di 12 lokasi yaitu di Teluk Kolono, Liya di Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Taka Bone Rate, Teluk Bumbang, Gili Matra, Banda, Sabang, Anambas, Taman Nasional Kepulauan Seribu, dan di Kaimana. Sebelumnya PAAP yang mengambil motto Jaga, Atur, Manfaatkan (JAM) ini telah diujicobakan di tiga lokasi yaitu di perairan Kabupaten Demak, Taman Nasional Karimun Jawa dan di Teluk Mayalibit (di Kabupaten Raja Ampat).

Untuk Atur dan Manfaatkan, hasil uji coba di Teluk Mayalibit (tepatnya di Kampung Wasambin dan Lopintol) menunjukan peningkatan hasil tangkapan Ikan Lema dari 1,4 kg/hari menjadi 4,9 kg/hari. Di tempat ini, penangkapan Ikan Lema diatur waktunya, di mana pada hari Sabtu dan Minggu tidak ada kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan untuk Jaga dan Manfaatkan, adopsi layanan hotline untuk melaporkan pelanggaran agar dapat segera ditindak lanjuti dilakukan di Taman Nasioanal Karimun Jawa.

Tentu saja upaya ini tidak akan berhasil tanpa kerja keras. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang terlibat dalam program ini. Bagaimana perilaku para pengguna sumberdaya, pelaku pasar dan pembuat kebijakan di 12 daerah program serta di pusat dapat diselaraskan dengan tujuan program PAAP melalui kampanye Pride akan menjadi tantangan terbesar karena setap daerah memiliki tantangan yang berbeda.

Semoga program yang diawali dengan baik serta dilandasi dengan niat baik ini dapat menjawab kebutuhan nelayan kecil sekaligus dapat menjaga keutuhan sumberdaya alam laut kita. Sudah saatnya memang nelayan kecil berada di garda terdepan dalam sekor perikanan di Indonesia.
Tim Kampanye Pride PAAP di Taman Nasional Taka Bone Rate. (Dok. Rare Indonesia)
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER