Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Gerindra menyadari koalisi permanen yang mereka bangun kini di ujung tanduk. PDIP melakukan komunikasi intensif dengan sejumlah partai di poros Gerindra. PAN dan PPP pun mengirim utusan ke Rapat Kerja Nasional PDIP di Semarang, Jumat (19/9).
"Pada dasarnya koalisi ini memang rapuh. Kalau memang pecah, tidak masalah. Sudah biasa dalam politik," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gerindra Desmond Junaidi Mahesa kepada CNN Indonesia.
Anggota Komisi III itu melihat koalisi Merah Putih digunakan sebagai kendaraan oleh partai lain untuk meningkatkan posisi tawar mereka. "Kalau tidak begitu, otomatis partai yang di luar koalisi pemerintah tidak punya daya jual. Itu sudah biasa," ujar Desmond.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Voting RUU Pilkada pekan depan, Kamis (25/9), menurut Desmond akan jadi hari penentuan nasib koalisi Merah Putih, apakah para anggotanya akan putar balik bergabung ke kubu Jokowi atau bertahan di poros Prabowo. Gerindra pun belum bisa memastikan.
"Kami pecah atau tidak, mari lihat pada voting 25 September. Itu paling mempengaruhi nasib koalisi," ujar Desmond.
Prediksi pecahnya koalisi Merah Putih sudah terlihat sejak Jokowi menyisakan dua kursi menteri untuk partai di luar koalisinya. Partai itu di kemudian hari diharapkan bergabung dengan kubu Jokowi untuk memperkuat dukungan bagi pemerintahannya di parlemen.
Secara terpisah, PDIP menyatakan kehadiran PAN dan PPP di Rakernas bisa menjadi langkah awal bergabungnya kedua partai itu ke kubu mereka. "Proses komunikasi akan dilanjutkan. Ibarat orang pacaran, butuh pendekatan supaya saling paham. Sama halnya dengan komunikasi PDIP ke PPP dan PAN," kata Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira.