Jakarta, CNN Indonesia -- Dua kubu bertikai di Partai Golkar tak mau saling mengalah. Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono sama-sama mendaftarkan permohonan pengesahan kepengurusan kubu mereka masing-masing ke Kementerian Hukum dan HAM, Senin (8/12).
Meski demikian, Wakil Ketua Umum Golkar versi Musyawarah Nasional Jakarta, Priyo Budi Santoso, menyatakan masih ada peluang rekonsiliasi antara kubunya dengan Ical. “Kalau memang itu (rekonsiliasi) bisa menyelamatkan semua, kenapa tidak?” kata dia di kantor Kemenkumham, Jakarta.
Rekonsiliasi, menurut Priyo, tergantung pada dua kubu berseteru di Golkar. “Kami lakukan rekonsiliasi, tapi tiba-tiba dan dengan semena-mena kami dipecat dari partai,” kata mantan wakil ketua DPR itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Munas Bali yang digelar kubu Ical memecat sekaligus 17 kader Golkar, termasuk di antaranya Tim Penyelamat Partai Golkar, yakni Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Zainuddin Amali, Agun Gunandjar Sudarsa, Agus Gumiwang Kartasasmita, Yorrys Raweyai, Lawrence Siburian, dan lain-lain.
Priyo berang dengan pemecatan tersebut, sebab dia adalah ketua umum organisasi masyarakat pendiri Golkar, yakni Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). Sementara Agung Laksono adalah Ketua Umum Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro).
“Saya Ketua MKGR, Pak Agung Laksono Ketua Kosgoro 1957, sementara Pak Lawrence Ketua Presidium Soksi. Kami bertiga dipecat. Itu durhaka namanya, seperti kisah Malin Kundang,” ujar Priyo.
Secara terpisah, kubu Ical justru mengatakan tak ada lagi ruang damai antara mereka dan kubu Agung. Mereka menyatakan Munas Jakarta yang digelar Agung tak memenuhi syarat dan aturan perundang-undangan.