Jakarta, CNN Indonesia -- Berulang kali Suciwati melayangkan kritiknya pada calon Presiden Joko Widodo melalui pesan pendek (SMS). Ia ingat betul, kritik terakhir yang disampaikannya pada pria yang kini sudah terpilih jadi Presiden itu soal aksi cium tangannya pada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Suci saat itu juga mengritik keberadaan bekas Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Mahmud Hendropriyono di ruangan yang sama dengan Jokowi dalam sebuah acara.
Tak disangka, kritikan terakhirnya itu mendapat respons dari Jokowi yang langsung menelponnya. "Kami berdiskusi melalui telepon," kata istri mendiang Munir Said Thalib itu kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sambungan telepon itu, Jokowi justru bertanya kepada Suciwati soal Hedropriyono. "Kalau saya diundang orang lalu disitu ada Hendropriyono, bagaimana? Memang kenapa dengan Hendropriyono?” kata Suciwati menirukan ucapan Jokowi saat itu.
Suci lalu menjelaskan soal dugaan keterlibatan Hendropriyono dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia. Lebih lanjut Suci menjelaskan, bukan soal undangan yang dihadiri Jokowi, namun soal etika moral calon presiden berada dalam satu ruangan dengan orang yang diduga melanggar HAM.
Sementara terkait aksi cium tangan Megawati, menurut Suci, Jokowi mengaku melakukan hal itu karena sangat menghormati Ketua Umum PDIP itu.
"Saya jelaskan, di politik itu bukan soal menghormati, tapi ini soal komunikasi politik. Cium tangan itu menujukan posisi di bawah padahal di politik harus egaliter," kata Suci.
Mendapat kritik tajam tersebut, Jokowi menurut Suci langsung mengalihkan pembicaraan terkesan ingin mengakhiri pembicaraan.
(Ikuti FOKUS: Setahun Pemerintahan Jokowi)Diskusi via telepon itu berlangsung sekitar bulan Mei 2014, sebelum pemilihan presiden. Suci mengaku sebelum Jokowi terpilih ia memang kerap melontarkan kritik melalui SMS kepada Jokowi.
Sebagai sosok yang rekam jejaknya relatif lebih bersih dibandingkan pesaingnya, Prabowo Subianto, Suci merasa perlu memberikan kritik pada Jokowi.
Namun diskusi melalui telepon itu adalah telepon terakhir Jokowi. Sejak saat itu, Suci mengaku tak pernah lagi ditelepon. Apalagi belakangan Jokowi terpilih menjadi Presiden RI.
Sejak saat itu Suci tak pernah mengkritik Jokowi melalui SMS. Ia juga merasa tak perlu dan tak penting untuk bertemu Jokowi. Bahkan pernah sebuah undangan acara yang bakal mempertemukannya dengan Jokowi ditolaknya.
 Ilustrasi setahun kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. (CNN Indonesia/Fajrian) |
Acara tersebut adalah penganugerahan penghargaan dari Komisi Nasional Hak Asasi manusia (Komnas HAM) pada akhir 2014.
"Saya tidak mau ketemu Jokowi, tidak penting. Saya merasa lebih penting kebijakan dia untuk melindungi masyarakat," kata Suci. Terlebih Suci sama sekali tak mengharapkan penghargaan apapun dari Komnas HAM.
Belakangan kebijakan yang diharapkan Suci dari Jokowi untuk menuntaskan pelanggaran HAM tak kunjung keluar. Setahun memimpin, tak satupun kasus HAM jadi perhatian apalagi disoroti Jokowi.
Malah ada beberapa kasus pelanggaran HAM, dari mulai kasus Tolikara, Lumajang hingga yang terakhir di Aceh Singkil. Menurutnya, jika kasus pelanggaran HAM saja masih terus terjadi hingga kini, bagaimana pemerintah mau menyelesaikan pelanggaran HAM berat masa lalu seperti kasus Munir.
Susilo Bambang Yudhoyono yang dua periode memimpin Indonesia tak mampu mengungkap kasus Munir. "Yang sekarang apalagi," ujar Suci.
Pernyataan bernada pesimistis itu dilontarkan karena Jokowi saat ini menurutnya terkesan lebih dekat dengan orang yang diduga terlibat dalam kasus Munir.
Orang tersebut tak lain adalah Hendropriyono yang jadi salah satu tim sukses Jokowi. "Yang sudah jelas (Hendropriyono) tidak dibawa ke pengadilan, malah Pollycarpus (pembunuh Munir) dibebaskan," katanya.
Karena itu Suci mengaku tak lagi berharap Jokowi bisa menuntaskan kasus HAM, terutama pembunuhan suaminya. Optimisme menurutnya memang masih ada, tapi bukan untuk pemerintah, melainkan untuk Indonesia.
(sip)