Jakarta, CNN Indonesia -- Generasi Muda Partai Golongan Karya menggelar pertemuan untuk membahas konflik yang melanda partai berlambang pohom beringin tersebut. Juru bicara Poros Muda Partai Golkar Andi Sinulingga mengungkapkan bahwa konflik saat ini memang harus dialami oleh Partai Golkar.
Andi menjelaskan konflik kali ini membuat semua orang merasa tidak enak, apalagi ini telah terjadi selama hampir satu tahun lamanya. Namun begitu, menurut Andi, konflik ini harus dialami Partai Golkar agar bisa lepas dari bayang-bayang figur tunggal.
"Ini memang konsekuensi dari sebuah partai yang lama dipimpin oleh seorang figur tunggal," kata Andi saat ditemui di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Ahad (8/11).
Andi mengungkapkan, setiap partai politik pasti memiliki faksi-faksi di dalamnya yang tak jarang akan memunculkan konflik internal, termasuk di dalam Partai Golkar. Namun, faksi di dalam Partai Golkar bisa ditutupi oleh adanya figur tunggal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Figur yang Andi maksud adalah Soeharto, atau Presiden ke-2 Indonesia. Seperti diketahui, Soeharto menjadi figur utama Partai Golkar selama berpuluh-puluh tahun.
"Di Partai Golkar itu ada figur yang ditakuti sehingga konflik antar faksi-faksi bisa tertutupi," katanya.
Andi pun mencontohkan partai politik lain yang saat ini masih dipimpin oleh seorang figur tunggal dan membuat faksi di dalamnya tidak bergejolak. Ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memiliki Megawati Soekarnoputri, lalu Partai Demokrat yang berkiblat pada Susilo Bambang Yudhoyono, serta Partai Gerinda yang dipimpin Prabowo Subianto.
Melihat situasi tersebut, Andi menilai bahwa partai-partai tersebut pasti akan mengalami apa yang saat ini dialami oleh Partai Golkar, yaitu faksi-faksi yang bergejolak.
"Jika Megawati sudah tak ada konflik pasti akan muncul, sama juga dengan Partai Demokrat dan Gerindra," ujarnya.
Meski begitu, Andi menegaskan bahwa dia tetap bangga dengan situasi yang dialami oleh Partai Golkar. Alasannya adalah saat partai lain mengalami konflik faksi, Partai Golkar sudah mengalaminya terlebih dahulu.
Oleh sebab itu, Partai Golkar harus mampu mengembalikan kepercayaan publik dan memperlihatkan bahwa partai ini bisa menyelesaikan konflik internalnya. Tak lupa, Andi menegaskan Partai Golkar tak boleh lagi tergantung pada figur Soeharto.
"Partai ini tak boleh bersandar pada figur, jangan disamakan partai ini berumur sama dengan figur itu," kata Andi.
(bag)