Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol, Agung Laksono kecewa atas pelantikan Ade Komarudin sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menggantikan Setya Novanto.
Dia kecewa bukan karena sosok Ade Komarudin (Akom), melainkan karena prosedur pelantikan yang terkesan terburu-buru dan tidak mendengarkan aspirasi partai.
"Ya terus terang saja saya kecewa. Kami sesalkan bukan soal Akomnya, tapi proses, prosedurnya itu. Kenapa sih kok buru-buru, tidak mendengarkan? Seolah-olah tidak mendengarkan aspirasi dari partai yang juga menjadi bagian dari parlemen," ujar Agung di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pelantikan Ade sebagai ketua DPR tidak benar karena seharusnya dikembalikan dulu ke internal partai untuk dipilih kader yang terbaik. "Bagaimana DPR bisa menegakkan aspirasi rakyat, aspirasi partainya saja kurang di-ignore," katanya.
Agung menegaskan, DPR merupakan milik bersama dan bukan hanya milik segelintir orang. Oleh karenanya, ia tidak terima lembaga legislatif dipimpin oleh orang-orang yang tidak mengindahkan atau mendengarkan aspirasi anggotanya.
"Dewan ini kan bukan milik satu, dua orang, tapi milik bersama. Dan kalau dewan dipimpin dengan cara-cara yang kartel seperti ini, ya tidak bisa," katanya.
Sebelumnya, putra Agung yang juga seorang legislator Golkar, Dave Laksono, mengaku tidak menerima keputusan rapat paripurna melantik Ade sebagai Ketua DPR yang baru. Agenda pelantikan jabatan pengganti Setya Novanto dianggap telah dipaksakan karena tidak mengakomodasi aspirasi lain di partai beringin yang saat ini masih terbelah kepengurusan.
Dave bahkan memilih walkout dari ruang sidang paripurna setelah pimpinan sidang paripurna Fahri Hamzah mengetok palu tanda masuknya sesi sidang ke dalam agenda pelantikan Ketua DPR. Alih-alih menampung derasnya interupsi penolakan, Fahri memilih untuk tetap mengagendakan pelantikan sebagaimana yang telah disepakati dalam rapat konsultasi pengganti Badan Musyawarah.
(ags)