Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota tim sukses calon ketua umum Partai Golkar Setya Novanto, Roem Kono, mengaku Setya merupakan sosok yang diterima semua lapisan masyarakat termasuk istana. Dia menuturkan, saat ini timses Setya masih berjuang mengumpulkan dukungan jelang Munaslub.
"Istana kan lembaga negara, bukan pihak istana. Mungkin juga individu," ujar Roem saat dihubungi, Senin (9/5).
Dia berpendapat dukungan atau perhatian pemerintah jelang Munaslub dikarenakan Partai Golkar merupakan aset bangsa. Partai ini terus berada di pemerintahan sejak orde baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau presiden dan pembantunya concern pada rekonsiliasi ya sah-sah saja," kata Ketua MKGR ini.
Sebelumnya, beredar isu, Setya Novanto mendapat dukungan Presiden Joko Widodo melalui Luhut. Diduga dukungan disampaikan saat Setya mengunjungi Luhut beberapa waktu lalu.
Roem enggan menanggapi soal itu. Dia mengatakan, tidak mengetahui apabila ada pertemuan Setya dan tim bersama Luhut, termasuk soal dukungan politikus senior Golkar itu kepada Setya di Munaslub mendatang.
"Saya urusin daerah supaya tim bisa solid. Kalau dukungan Luhut saya tidak tahu," ujarnya.
Menanggapi itu, Roem bahkan menuding ada calon ketua umum lainnya yang didukung individu lingkar istana. "Dari pihak lain ada yang didukung istana juga. Orang istana kan banyak, bukan presiden saja," tuturnya.
Klaim SepihakAnggota tim sukses calon ketua umum Partai Golkar Ade Komarudin, Bambang Soesatyo, mengatakan isu dukungan pemerintah kepada Setya Novanto hanya klaim pendukung saingannya jelang Munaslub.
"Soal isu Luhut bilang presiden dukung Setya Novanto itu tidak benar dan ngawur," ujar Bambang melalui keterangan tertulisnya, Senin (9/5).
Bambang menuturkan, ia telah mengkroscek hal itu. Dia bahkan merasa heran karena Setya kembali mencatut nama Jokowi demi kepentingannya.
"Lagi-lagi nama presiden dijual seperti kasus papa minta saham. Kok enggak kapok-kapok jual nama presiden?" kata Bendahara Umum Golkar ini.
Setya sebelumnya diduga mencatut nama Jokowi dalam pembahasan perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia. Hal ini menyebabkan Setya diperiksa Kejaksaan Agung karena diduga bermufakat jahat.
Namun perkara yang diselidiki sejak November 2015 ini diendapkan karena kejaksaan kerap menemukan kendala dalam penyelidikan. Salah satunya adalah memeriksa pengusaha Riza Chalid.
(pit)