Jakarta, CNN Indonesia -- Dua roti buaya dengan masing-masing berukuran panjang sekitar setengah meter disiapkan untuk meminang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Keduanya diminta kembali berpasangan dalam Pemilihan Kepala Daerah 2017. Rencananya, makanan khas Betawi itu akan diberikan pada Ahok dan Djarot dalam dua hari ke depan.
Roti buaya tersebut bukan berasal dari Teman Ahok, pun partai politik pengusung Ahok dalam Pilkada 2017. Kudapan itu disediakan oleh Relawan Ahok-Djarot, kelompok pengusung duet pemimpin ibu kota yang baru mendeklarasikan dirinya hari ini (25/8).
Dalam deklarasi Relawan Ahok-Djarot di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hari ini, dua roti buaya terlihat telah disiapkan dengan berbagai hiasan menarik. Roti itu baru saja disiapkan hari ini oleh sekelompok pemuda yang tergabung di Relawan Ahok-Djarot.
"Kita akan minta waktu kepada Ahok dan Djarot, mau kita antarkan roti buaya ini sebelum dua hari ke depan dengan harapan kalau bisa mereka jadi lagi kombinasinya," ujar Koordinator Relawan Ahok-Djarot, Doddy A Matondang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan tanpa alasan roti buaya disiapkan Relawan Ahok-Djarot. Doddy menjelaskan bahwa makanan itu menjadi simbol besarnya keinginan warga agar Ahok dan Djarot tetap bersama dalam memimpin ibu kota hingga enam tahun mendatang.
Roti buaya memang memiliki makna tersendiri bagi warga asli Jakarta. Makanan tersebut umum terlihat kala pernikahan ala Betawi diselenggarakan.
Roti buaya menjadi simbol kesetiaan pasangan yang menikah agar selalu bersama dalam hidup dan mati. Umumnya, roti tersebut dibawa oleh mempelai laki-laki ke kediaman perempuan yang akan dinikahi.
Dalam konteks Pilkada DKI 2017, roti buaya disiapkan oleh Relawan Ahok-Djarot untuk di bawa ke hadapan pasangan petahana tersebut. Harapannya, Ahok dan Djarot setia bersama dalam Pilkada mendatang.
"Kita mau mengajak Ahok dan Djarot untuk makan bersama roti buaya ini. Ini simbol kesetiaan bagi warga Betawi, dan akan kami bawa untuk mereka," ujar Doddy.
Tekad Relawan Ahok-Djarot untuk mengusung pasangan petahana dalam Pilkada 2017 sudah bulat. Bahkan, mereka rela membubarkan diri jika komposisi calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada nanti tak sesuai harapan.
Gerakan untuk mengusung kedua pemimpin ibu kota tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Namun, selama ini mereka hanya fokus pada pemasangan dan penyebaran spanduk.
Deklarasi baru dilakukan saat ini karena Relawan Ahok-Djarot ingin partai-partai politik di Jakarta mengusung calon yang mereka ajukan dalam Pilkada 2017. Menurut Doddy, pasangan Ahok dan Djarot harus dipertahankan untuk
keberlanjutan pembangunan di ibu kota.
"Kita lihatnya ini komposisi prioritas. Kami akan fokus pada Ahok sebagai Calon Gubernur, bukan Djarot," katanya.
Ahok dan Djarot memang belum dipastikan kembali berpasangan pada Pilkada mendatang.
Sebabnya, saat ini Ahok sudah dipastikan menjadi bakal calon gubernur yang diusung tiga partai politik: Hanura, NasDem, dan Golkar. Namun, Djarot belum mendapat restu dari partainya, PDI Perjuangan, untuk maju di kontestasi Pilkada 2017.
Teka-teki mengenai keberlanjutan pasangan Ahok-Djarot semakin membuncah ketika politisi PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, beberapa hari lalu menyebut Ahok lebih pas menjadi calon wakil gubernur. Nama Ahok, kata Masinton, diusulkan dalam simulasi sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi kader partai yakni Djarot, Tri Rismaharini, dan F.X Hadi Rudyatmo.
Kepastian status Ahok dan Djarot dapat diketahui 21 hingga 23 September mendatang, kala KPU membuka masa pendaftaran bagi bakal calon gubernur dan wakil gubernur dari jalur partai politik. Jika mereka kembali berpasangan, maka tak salah roti buaya diberikan pada Ahok dan Djarot oleh para relawan.
(yul)