Ahok-Djarot Paling Diuntungkan Selama Pra-Kampanye

M. Andika Putra | CNN Indonesia
Rabu, 05 Okt 2016 11:38 WIB
Secara umum, manuver ketiga pasangan calon masih proporsional. Namun, Ahok dan Djarot lebih diuntungkan selama pra kampanye karena statusnya sebagai petahana.
Pasangan petahana di Pilkada DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat lebih diuntungkan dibandingkan pasangan lain selama masa pra kampanye ini. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pilkada DKI Jakarta baru memasuki tahapan pra kampanye. Pada tahap ini, pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat menjadi pihak paling diuntungkan ketimbang pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai saat ini tiga pasang calon melakukan langkah politik secara proporsional dan sesuai kebutuhan serta kemampuan masing-masing.

"Persaingan calon kepala daerah DKI Jakarta berjalan sesuai porsi. Ahok-Djarot tetap bekerja sebagai mana mestinya, Anies-Sandiaga mendekatkan diri pada partai dan Agus-Sylvi memperkenalkan diri pada publik," kata Yunarto saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com pada Selasa (4/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau begitu, Yunarto menyebut Ahok-Djarot berada di posisi yang diuntungkan sebagai petahana. Sebab, tanpa harus berkampanye, mereka bisa dikenal dan bersosialisasi lewat kerja-kerja sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. 

"Petahana memiliki peluang yang sangat besar ketika mereka bekerja seperti biasa. Tapi tetap saja bisa menjadi bumerang kalau kerja mereka tidak benar," kata Yunarto.

Di sisi lain, Yunarto menilai apa yang dilakukan Anies-Sandiaga dan Agus-Sylvi masih proporsional.

Anies, misalnya, masih pada tahap mendekatkan diri pada Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) karena bukan kader dari kedua partai yang mengusungnya.

"Pekerjaan rumah yang cukup berat buat Anies karena bukan kader dari partai itu. Makanya, saat ini mereka sedang berkomunikasi dan menghidupi mesin partai. Komunikasi internal partai itu penting," kata Yunarto.

Yunarto menjelaskan bahwa Agus-Sylvi merupakan bakal calon yang paling berbeda dari yang lain. Nama mereka berdua belum terlalu akrab di telinga masyarakat DKI Jakarta. Sehingga mereka masih berada di tahap untuk mendekatkan diri ke masyarakat.

"Agus orang baru dalam politik. Dia belum masuk ke tahap program, hanya datang ke acara-acara dan konferensi pers untuk memperkenalkan diri," katanya.

Yunarto menilai tak ada yang agresif dan menonjol yang dilakukan oleh tiga pasangan calon tersebut. Semua melakukan langkah politik masing-masing sesuai posisi dan kebutuhan.

Tiga pasang bakal calon itu memiliki cara yang berbeda dalam melakukan langkah politik untuk Pilkada DKI 2017. Namun, ketiganya memiliki peluang yang sama untuk naik dan turun dengan cara tersebut.

"Gaya komunikasi Ahok banyak yang kontroversi sehingga bisa menjadi penghambat, ada yang suka Ahok dengan cara seperti itu dan ada yang tidak. Kalau gaya komunikasi Anies bisa diterima semua orang walau ada juga yang berfikir Jakarta tidak butuh orang seperti Anies," kata Yunarto.

Untuk Agus, ia memandang belum ada hal istimewa dari putra sulung Presiden ke-7 Republik Indonesia itu. 

"Agus belum terlalu terlihat, ia masih dibayangi nama Yudhoyono. Ia memang terlihat berbwibawa tetapi orang masih menerka seperti apa Agus yang sebenarnya. Agus bisa menjadi kuda hitam dan juga bisa jatuh." (wis/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER