Antara Prabowo, Anies Baswedan dan Nasi Goreng

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Rabu, 12 Okt 2016 06:55 WIB
Prabowo berkata, bahwa urusan politik tidak perlu selalu dibawa serius. Rasa sayang Anies ke Prabowo dapat muncul hanya oleh nasi goreng di Hambalang.
Pasangan bakal Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anies Baswedan tampak sigap membantu menyiapkan microphone bagi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat hendak memberi arahan dalam rapat tim pemenangan Anies-Sandiaga Uno di Kantor DPP Partai Gerindra, tadi malam, Selasa (11/10).

Keduanya duduk berdampingan di antara Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman, Sandiaga, Ketua Dewan Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, ketua tim relawan Boy Sadikin, dan ketua tim pemenangan Mardani Ali Sera.

Setelah mendapatkan posisi yang tepat, Prabowo pun memulai arahannya. Ia bercerita bagaimana akhirnya Anies yang terpilih menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta untuk diusung Gerindra dan PKS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Proses sampai ke posisi ini, bukan proses yang gampang. Tapi, melalui proses yang saya katakan cukup memberi pelajaran untuk kita semua terutama saya," kata Prabowo.

Seperti yang diketahui, Prabowo sempat menjadi lawan politik Anies pada Pilpres 2014. Kala itu, Anies menjadi salah satu juru bicara tim sukses presiden terpilih, Joko Widodo. Sementara, Prabowo merupakan lawan Jokowi sebagai calon presiden.

Namun, Pilkada DKI Jakarta 2017 telah mengubah kondisi itu. Prabowo dan Anies tak lagi berbeda kubu. Kini, Anies yang berduet dengan Sandiaga Uno, diusung Partai Gerindra dan PKS sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Pelajaran penting bagi Prabowo adalah sikap legowo yang ditunjukan Sandiaga ketika akhirnya mau mengalah tidak menjadi bakal calon gubernur meski sudah dicalonkan partai sejak sembilan bulan lalu.

Demikian pula halnya dengan PKS yang rela tidak menempatkan kadernya untuk mengisi posisi bakal calon wakil gubernur meski sudah menyatakan dukungannya kepada Sandiaga.

"Sebagai tiket, kalau Gerindra nomor satu, toto kromo nomor duanya wakil. Tapi PKS rela kadernya tidak mendapat apa-apa," ucapnya.

Memboyong Anies ia sebut menjadi opsi terakhir PKS dan Gerindra yang sedang melakukan rapat penentuan bakal pasangan calon di Kertanegara saat itu.

Namun, keputusan membawa Anies, kata Prabowo, juga mendapat sorotan lantaran masa lalu keduanya yang berseberangan kubu.

Dengan santai, Prabowo menanggapinya dengan kelakar. Ia menyebut, keduanya tak pernah berbeda kubu.

"Pak Anies sebetulnya saya titip di pihak sana (Jokowi)," ujar Prabowo diiringi tepuk tangan dan tawa para peserta.

Di sini, Prabowo juga mengakui kesalahannya lantaran kurang berkomunikasi dengan Anies kala itu. Kurangnya komunikasi disebut menjadi salah satu faktor perbedaan dan perselisihan.

Mengutip sebuah pepatah tak kenal maka tak sayang, Prabowo yakin sikapnya terhadap Anies, maupun sebaliknya telah berubah.

"Karena saya yakin, setelah Anies Baswedan makan nasi goreng saya di Hambalang, pasti dia (Anies) sayang sama saya," kata Prabowo diiringi tawa dan tepuk tangan peserta rapat.

Meski tak menjelaskan secara rinci, Prabowo memberi pesan kepada publik bahwa nasi goreng pun dapat menjadi alat pemersatu perbedaan.

Kali ini, tetap sambil berkelakar, Prabowo berkata, bahwa urusan politik tidak perlu selalu dibawa serius. Bahkan, tambahnya, politik disamakan dengan nasi dan mie goreng.

Di satu sisi, Anies juga menyanjung Gerindra dan PKS yang telah melewati proses panjang saat memilihnya sebagai bakal calon gubernur meski memiliki latar belakang historis hubungan yang kurang baik.

"Saya berkali-kali sampaikan di berbagai forum, kalau pernah berbeda tidak akan sama lagi, kalau berbeda akan berjauhan. Tetapi dalam hal ini, Gerindra dan telah menunjukan sikap kenegerawanan," ujar Anies.

Cerita Prabowo dalam pembukaan rapat malam tadi seolah menegaskan bahwa dalam politik, tidak ada yang abadi. Politik juga tak melulu membicarakan perebutan kuasa dalam lingkup formal.

Lebih dari itu, politik dapat dimaknai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah menyatukan perbedaan dengan sepiring nasi goreng. (rel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER