ANALISIS

Partai Kakbah, Fanatisme, dan Pengadang Ahok

Basuki Rahmat | CNN Indonesia
Sabtu, 15 Okt 2016 10:04 WIB
Kekuatan PPP dalam mengerek perolehan suara Agus-Sylvi nanti didasari pada basis massa PPP yang militan di ibu kota.
PPP meyakini fanatisme dapat menjadi suatu kekuatan besar untuk memenangkan jago yang diusungkan di pilkada Jakarta. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Memiliki sebanyak 10 kursi di DPRD DKI Jakarta atau 452.224 suara pada hasil pemilihan legislatif 2014 lalu, membuat Partai Persatuan Pembangunan menjadi salah satu partai yang sangat diperhitungkan di pemilihan kepala daerah Jakarta 2017.

Tergabung dalam Poros Cikeas pendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, PPP menjadi gerbong utama untuk mendulang suara pemilih di ibu kota. Meski partai berlambang Kakbah itu mempunyai jumlah kursi yang sama dengan Partai Demokrat di DPRD, namun secara jumlah perolehan suara PPP meraup jauh lebih besar. PPP meraih 452.224 suara, sedangkan Demokrat mendulang 360.929.

Adapun Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional yang juga tergabung dalam Poros Cikeas hanya memiliki masing-masing enam kursi dan dua kursi yaitu 260.159 suara dan 172.784 suara di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuatnya PPP dalam mengerek perolehan suara Agus-Sylvi nanti tak hanya mengacu pada gambaran perolehan suara berdasar hasil pemilihan umum lalu. Lebih dari itu, PPP selama ini sangat dikenal memiliki basis massa yang militan di ibu kota.

Kekuatan akar rumput PPP di Jakarta dapat terlihat dalam setiap pesta demokrasi lima tahunan. PPP selalu masuk dalam tiga besar perolehan suara terbanyak. Wakil Sekretaris Jenderal PPP Syaifullah Tamliha menyebut bila melihat sejarah perebutan suara pemilih di Jakarta, PPP selalu bersaing dengan PDI Perjuangan.

“Kalau tidak PPP yang menang (nomor 1), PDIP yang menang,” ucap Syaifullah yang mengaku sangat optimistis partainya di pertarungan Pilkada Jakarta 2017 mampu menjadi motor penggerak perolehan suara untuk menghadang laju petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Militansi kader PPP di tingkat bawah dalam upaya untuk memenangkan duet Agus-Sylvi sangat bisa diandalkan lantaran faktor fanatisme keagamaan. Syaifullah memastikan seluruh kader di akar rumput sangat fanatik, termasuk sangat patuh dengan apapun keputusan pimpinan partai.

Sebagai satu-satunya partai yang berasas Islam, Syaifullah mengklaim kader PPP tidak mudah terkontaminasi dengan segala hal yang berbau materi. Faktor ideologis selalu diposisikan di tempat teratas. Hal itu pula yang membedakan dengan kader partai lain.

Berbeda dengan PKB yang memiliki basis massa kaum Nahdliyin atau Nahdlatul Ulama dan PAN dengan warga Muhammadiyah-nya, kedua partai tersebut sudah menjadi partai terbuka dengan asas Pancasila, bukan Islam seperti PPP.

“Kalau partai yang lain termasuk PKS sudah menjadi partai terbuka, tapi PPP tidak pernah berubah dari masa ke masa, tetap asas Islam, partai Islam,” Syaifullah menekankan.

Kepercayaan diri PPP sebagai partai Islam diperkuat dengan meningkatkan angka pemilih di ibu kota. Menurut Syaifullah terjadi tren kenaikan jumlah massa PPP. Kondisi tersebut berbeda dengan PKS yang pemilihnya di Jakarta cenderung selalu menurun.

Konsistensi dalam menganut ideologi politik keagamaan itu juga yang membuat PPP bisa menembus ke semua lini yang berbasis Islam. “Kami tidak ada batas untuk bisa menembus ke pondok-pondok pesantren, para habib, ulama, dan tokoh-tokoh Islam. Dukungan suara akan kami dapatkan dengan mudah dari situ,” tutur Syaifullah optimistis.

Syaifullah pun meyakini pergerakan dan arah politik PPP sangat mempengaruhi para tokoh-tokoh agama dan umat Islam dalam berpandangan politik, termasuk dalam ajang pilkada Jakarta.

Keyakinan PPP untuk bisa mengadang kekuatan petahana gubernur Jakarta juga tak bisa dilepaskan dari realitas politik mayoritas penduduk ibu kota beragama Islam. Syaifullah menyebut sebanyak 80 persen pemilih adalah muslim. Sebagai partai Islam, PPP bisa mengambil ceruk suara dari situ. Bagi Syaifullah, faktor fanatisme di kalangan pemilih bisa dijadikan modal kekuatan PPP. “Ini tak ada kaitannya dengan Ahok atau SARA,” ucap Syaifullah.

Optimisme Syaifullah menyangkut fanatisme massa PPP dikuatkan oleh Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani. Bahkan Arsul berani mengklaim munculnya gerakan dari kubu kepengurusan PPP pimpinan Djan Faridz yang menyurati Menkum HAM untuk meminta SK PPP Romahurmuziy dianulir tak memiliki pengaruh sama sekali bagi massa PPP.

Arsul meyakini seluruh kader dan simpatisan PPP di tingkat bawah tetap satu suara untuk mendukung Agus-Sylvi sesuai dengan keputusan yang telah diambil partai. Keinginan Djan untuk mendukung Ahok melalui permintaan pengesahan kepengurusannya di Kemkum HAM dipastikan tidak akan membuat suara PPP terpecah karena loyalitas pada pimpinan partai yang sah.

Kesetiaan dan fanatisme kader PPP pada keputusan pimpinan pusat partai ditunjukkan oleh Ketua DPW PPP DKI Abraham Lunggana alias Lulung yang berada di kepengurusan DPP PPP Djan namun tetap memberikan dukungan kepada Agus-Sylvi.

Mampukah PPP dengan fanatisme massanya mengantarkan duet Agus-Sylvi ke kursi gubernur dan wakil gubernur Jakarta 2017? Baik Syaifullah dan Arsul sama-sama yakin fanatisme dapat menjadi suatu kekuatan besar untuk mengadang Ahok. (obs)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER