Ketua MPR: P4 Zaman Suharto Adakan Lagi

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Jumat, 16 Des 2016 23:03 WIB
Ketua MPR Zulkifli mengatakan, pelajaran PMP dan P4 harus diajarkan lagi di sekolah-sekolah. MPR sendiri telah menyampaikan usulan ini ke Presiden Joko Widodo.
Ketua MPR Zulkifli mengatakan, pelajaran PMP dan P4 harus diajarkan lagi di sekolah-sekolah. MPR sendiri telah menyampaikan usulan ini ke Presiden Joko Widodo. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya akan mengembalikan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancila (P4) untuk diajarkan lagi di sekolah-sekolah. Menurutnya, hal itu untuk mengembalikan nilai-nilai luhur Pancasila.

"Harus ada lagi dari SD, SMP. Jadi zaman Pak Harto yang bagus jangan dibuang. P4 diadakan lagi," kata Zulkifli saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar di Gazebo Purawisata Yogyakarta, seperti dikutip detikcom, Jumat (16/12).

Menurutnya, MPR sendiri telah menyampaikan usulan ini ke Presiden Joko Widodo. Zulkifli mengatakan, Presiden juga akan membentuk komisi untuk melancarkan rencana tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semasa Orde Baru, P4 atau Eka Prasetya Pancakarsa dijadikan sebagai panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara. P4 menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978. Saat ini produk hukum tersebut tidak berlaku lagi karena Ketetapan MPR itu telah dicabut dengan Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998, dan termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003.

Namun dalam perjalanannya, kajian mengenai apakah butir-butir P4 ini benar-benar diamalkan dalam keseharian masyarakat Indonesia, tidak pernah dipublikasikan.

Zulkifli mengatakan, PMP dan P4 perlu diajarkan kembali karena nilai-nilai Pancasila mulai ditinggalkan masyarakat. Budaya kekerasan marak terjadi, bahkan hal itu dilakukan di kalangan pelajar. Kekerasan antaraperlajar di Yogyakarta sendiri telah menyebabkan seorang pelajar meninggal karena dikeroyok.

Politisi PAN ini menilai, kekerasan bukan budaya Indonesia. Namun karena pelajaran nilai luhur keindonesiaan sudah tidak ada lagi di sekolah selama sekitar 18 tahun, tambahnya, maka banyak yang menyerap budaya-budaya dari luar yang tidak cocok dengan budaya Indonesia.

Menurutnya, Banyaknya budaya asing yang diserap, maka yang terjadi hanya mau menangnya sendiri. Di ranah politik juga demikian. Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Zulkifli caranya adalah kembali ke nilai-nilai luhur Pancasila.

"Kalau tidak perkuat nasionalisme, tidak perkuat nilai-nilai keIndonesiaan, kita tidak berikan pemahaman mengenai Pancasila, tentu yang akan datang budaya-budaya dari luar, budaya kekerasan, radikal. Oleh karenanya kita harus cegah, sekarang kita terasa. 18 tahun ini tidak ada lagi pelajaran nilai-nilai luhur ke Indonesiaan," kata Zulkifli. (pmg/pmg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER