Pansus RUU Pemilu ke Jerman dan Meksiko Dinilai Tak Efektif

CNN Indonesia
Minggu, 26 Feb 2017 13:39 WIB
Kunjungan Pansus RUU Pemilu dianggap tidak memberikan efektif karena tahap pembahasan dalam proses pembahasan daftar inventarisasi masalah oleh fraksi.
Ilustrasi kunjungan kerja ke Republik Ceko. ( Detikcom/Elza Astari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Panita Khusus (Pansus) Rancangan Undang-Undang Pemilihan Umum (RUU Pemilu) akan mengunjungi Jerman dan Meksiko pada 11 sampai 16 Maret 2017. Kunjungan kerja ke luar negeri ini dinilai tidak efektif.

"Rencana Pansus RUU Pemilu berkunjung ke Jerman dan Meksiko hanya membuang-buang waktu saja. Kegiatan seperti ini menegaskan betapa kerja DPR tidak efektif dan efisien, hanya memboroskan uang,” kata Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Lucius Karus saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (25/2).

Lucius mengatakan kunjungan tersebut tidak memberikan sumbangsih berarti pada pembahasan RUU. Alasannya pansus sudah dalam proses pembahasan daftar inventarisasi masalah (DIM) yang artinya fraksi-fraksi sudah mengusulkan konsep untuk RUU Pemilu.
“Setiap fraksi punya kepentingan terkait aneka isu krusial di dalam RUU Pemilu. Dengan begitu, kunjungan kerja hampir pasti sia-sia karena tetap saja pertimbangan partai yang akan menentukan hasil akhir," kata Lucius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Pansus RUU Pemilu Lukman Edy menjelaskan tujuan kunjungan kerja untuk mendapatkan perbandingan dari negara lain. Jerman dipilih untuk mempelajari sistem pemilihan elektronik, dan kata Lukman, saat ini Jerman sedang melakukan evaluasi sistem itu.

“Dalam draft RUU Pemilu ada norma yang mengatur rencana penerepan sistem pemilihan elektronik.” kata Lukman.

Adapun kunjungan ke Meksiko untuk menyoroti soal sistem presidensial, multi partai, Pemilu serentak dan ambang batas parlemen serta presiden.

“Secara spesifik pansus ingin mendapatkan gambaran yang lengkap tentang peradilan Pemilu mulai dari aspek filosofis, kelembagaan sampai aspek teknis acara peradilan,” kata Lukman.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan pimpinan telah memberikan izin pada Pansus RUU Pemilu. Ia meminta semua pihak tidak memandang kunjungan kerja sebagai kegiatan yang tidak berguna.
"Kunjungan itu dimensinya banyak, tidak perlu khawatir seolah-olah ini hanya pemborosan. Jadi jangan bicara, 'kan ini bisa dicari di Google', tapi ini diplomasi," kata Fahri di kompleks DPR, akhir pekan lalu.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia Evi Fitriani tak sependapat dengan penjelasan Fahri mengenai kunjungan kerja. Penjelasan Fahri hanya alasan klise agar terlihat kalau anggota DPR benar-benar bekerja saat kunjungan kerja.

"Orang Jerman sudah menjalin diplomasi dengan duta besar yang ada di Jakarta. Orang di sana juga tahu, anggota DPR kesana bukan untuk apa-apa. Diplomasi bukan sekali datang dan langsung jadi," kata Evi Fitriani saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (25/2).

Evi memandang kunjugan kerja yang dilakukan Pansus sangat tidak perlu dilakukan. Ia menyatakan pernah menjadi petugas penghubung DPR saat melakukan kunjungan kerja ke Australia pada tahun 2009. Alih-alih serius bekerja, kala itu anggota tak ingin rapat memakan waktu lama karena mereka ingin segera berbelanja.

"Yang buat laporan dari kunjungan kerja itu staf yang dibawa. Bukan mereka, mereka sibuk jalan-jalan. Kadang saya kasian sama staf itu," kata Evi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER