Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Usianya masih terbilang singkat. Tapi siapa sangka, Xiaomi berhasil menciptakan produk yang banyak digemari. Sampai-sampai mereka disebut sebagai ‘Apple dari China’.
Xiaomi didirikan oleh mantan CEO produsen software Kingsoft, Lei Jun, dan beberapa rekannya di tahun 2010. Awalnya, Xiaomi adalah perusahaan software yang membuat custom ROM berbasis sistem operasi Android.
Produk Xiaomi memang dibuat dari Android, tapi fungsinya diperkaya dengan menambahkan antarmuka yang diklaim lebih baik, serta fitur yang lebih mudah digunakan. Tak heran, dalam sekejap ROM bernama MIUI itu sudah diunduh jutaan kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setahun setelah dibentuk, para petinggi Xiaomi memutuskan untuk ikut membuat ponsel, maka lahirnya Mi One sebagai produk pertama mereka. Ponsel ini dibekali spesifikasi canggih dengan harga miring di masanya.
Harga bisa ditekan, karena memang sejak awal Xiaomi menerapkan sistem penjualan tanpa toko fisik. Mereka hanya menjual produk melalui situs. Jadi memang biaya operasionalnya lebih murah. Di negeri asalnya Xiaomi juga tidak bekerjasama dengan pihak ketiga atau distributor.
Tapi ternyata bukan cuma itu yang membuat harga ponsel Xiaomi menjadi lebih murah. Mereka memang tidak mematok margin yang besar dari penjualan perangkat keras.
”Smartphone Xiaomi hanya bertindak sebagai carrier. Sama seperti Microsoft menjual Windows di dalam CD. CD hanya sebagai carrier, produk sebenarnya ada di software. Terkadang orang sulit mengerti seperti apa Xiaomi,” kata Jun, seperti dikutip dari Reuters.
Mendulang pendapatan dari ponsel memang bukan misi utama Xiaomi. Tujuan utama mereka ada pada software. Terutama e-commerce, game dan bisnis internet di China yang pada 2015 diperkirakan tembus USD 30 miliar.
Model bisnis yang unik, didukung ponsel berkualitas baik, membuat nama Xiaomi terus membumbung. Bahkan pada kuartal kedua 2013 Xiaomi berhasil mengalahkan Apple sebagai produsen ponsel terbesar di China.
Sejak saat itu Xiaomi seakan kian tak terbendung. Banyak investor yang terpikat, bahkan pada akhir 2013 lalu Xiaomi mendapat kucuran dana sebesar USD 10 miliar, atau setara Rp 116,9 triliun. Angka yang fantastis.
Kiprah Xiaomi di IndonesiaSebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memang menjadi salah satu target pasar Xiaomi. Dan benar saja, pada Rabu (27/8) produsen asal Negeri Panda itu secara resmi memijakkan kaki di sini.
Produk pertama yang dibawa Xiaomi adalah Redmi 1S, ponsel Android Rp 1,5 juta dengan spesifikasi yang cukup mewah. Sebut saja penggunakan prosesor empat inti dari Qualcomm berkecepatan 1,6 GHz, memori RAM 1 GB dan layar berkualitas definisi tinggi.
Tapi, jika di China Xiaomi cukup perkasa untuk memasarkan produknya sendiri, di Indonesia mau tidak mau mereka harus menggandeng beberapa mitra kerja. Sebagai pemasok, penjual, dan layanan purna jual.
Xiaomi menjanjikan bakal membangun 17 pusat layanan purnajual di 15 kota di Indonesia dengan menggandeng Erajaya Group.
“Kami tidak akan meninggalkan konsumen begitu saja. Layanan perbaikan juga merupakan hal yang penting dan kami akan berusaha sebaik mungkin untuk hal ini,” kata Wakil Presiden Xiaomi Global, Hugo Barra, saat berkunjung ke Indonesia.
Untuk wilayah Jakarta, Xiaomi memastikan layanan purnajual akan dibangun di pusat perbelanjaan ITC Roxy Mas, Jakarta Pusat, dan Mall of Indonesia, Jakarta Utara.
Barra mengatakan, pihaknya akan membangun pusat layanan purna jual eksklusif yang memberi janji proses perbaikan ponsel hanya butuh waktu 2 jam. Rencananya, ia akan ditempatkan di ITC Roxy Mas, dan akan menjadi lokasi pusat untuk seluruh perbaikan ponsel Xiaomi.
Selain itu, Barra juga menjanjikan ada beberapa pusat layanan purnajual yang buka selama 24 jam.
Berbekal nama besar dan ponsel yang diklaim terbaik di kelasnya, Xiaomi berharap Indonesia dapat menjadi salah satu sumber pendapatan mereka. Tapi bukan tanpa tantangan.
Di Indonesia ada Samsung yang sudah menguasai ponsel Android kelas atas, belum lagi Sony atau bahkan LG. Sementara untuk ponsel murah Xiaomi akan berhadapan langsung dengan merek lokal seperti Mito, Advan, Evercoss dan lainya. Bisakah dikalahkan, Xiaomi?