WhatsApp dengan Filosofi Tanpa Iklan

CNN Indonesia
Selasa, 23 Sep 2014 09:50 WIB
Tidak seperti aplikasi lain yang mengandalkan iklan untuk meraih pendapata. WhatsApp, akan tetap setia memberi layanan tanpa pesan yang mengganggu.
Jakarta, CNN Indonesia -- Sampai saat ini WhatsApp masih menjadi aplikasi pesan instan terpopuler di dunia. Bahkan setelah diakuisisi oleh Facebook pada awal tahun 2014, jumlah pengguna aktifnya terus meningkat dan mencapai lebih dari 500 juta pada April 2014.

Namun jumlah pengguna yang semakin meningkat ini tidak menarik perhatian Whatsapp untuk meningkatkan pendapatan dengan berjualan iklan.

Dikutip dari bussinesinsider, CEO WhatsApp Jan Koum berpendapat bahwa ponsel pintar telah menjadi barang yang sangat lekat dengan kehidupan manusia, dan banyak cara untuk meraih pendapatan tanpa menggunakan iklan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Siapa yang suka dengan iklan? Kita dibombardir dengan banyak iklan dalam satu hari. Dan kami rasa ponsel pintar bukan tempat yang tepat untuk beriklan,” ujar Koum.

Dalam pengembangan bisnisnya, perusahaan pesan instan ini memang sangat dikenal memiliki filosofi anti iklan. Bahkan dalam blognya, Koum mengatakan bahwa iklan merupakan sebuah gangguan visual dan estetika.

Bahkan, Koum membandingkan perusahaan tempatnya dulu bekerja, Yahoo dengan Google. Menurutnya, Yahoo terlalu membombardir pembacanya dengan iklan. Berbeda dengan Google yang lebih selektif dalam memilih pengguna yang cocok untuk sebuah iklan melalui data pengguna.

Ketika itu, Koum mengatakan bahwa pendapatan iklan Yahoo tidak sebesar yang di dapatkan Google karena metode pengiklanannya tidak efektif dan efisien.

Koum melanjutkan bahwa ketika mulai merintis projek WhatsApp ini bersama rekannya Brian Acton, mereka telah berkomitmen untuk membuat sesuatu yang bersih dari gangguan iklan.

“Kami tahu bisa mengirimkan iklan apa saja pada pengguna dengan data yang kami peroleh, tapi kami tahu kebanyakan orang memiliki keinginan yang sama yaitu menghindari iklan,” ujar Koum.

Menurutnya, banyak perusahaan yang memanfaatkan teknisi mereka untuk mengumpulkan data setiap pengguna, meningkatkan kinerja server, dan memastikan semua data yang mereka kumpulkan dikemas dalam satu tempat dan pada akhirnya, data pengguna tersebut menjadi sasaran iklan.

“Di WhatsApp, teknisi kami menghabiskan waktu mereka untuk memperbaiki bug, meningkatkan kinerja dan menambahkan fitur agar menjadi aplikasi pesan instan yang digunakan di seluruh dunia. Itulah semangat kami,” kata Koum.

Koum optimistis bahwa filosofi anti iklan ini akan menjadi nilai jual yang tinggi untuk mereka, dan banyak cara untuk meraih keuntungan tanpa harus mengganggu pengguna dengan iklan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER