Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Indonesian Association for Fuel Cell and Hydrogen Energy (INAFHE) yang diusung oleh BPPT bersama beberapa industri Indonesia serta instansi pendidikan lokal dan Universite de Toulouse, Perancis, memiliki misi meningkatkan energi terbarukan hidrogen dan nuklir. Untuk nuklir sendiri rencananya akan mulai dikembangkan mulai 2015.
Melihat salah satu tujuan Indonesia sebagai negara industri dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2015 mendatang minimal sebesar 6-8 persen, peningkatan energi harus dimulai dari sekarang.
Pada 2025 setidaknya sudah ada peningkatan energi terbarukan, 20 sampai 30 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Target kami tahun 2025 minimal harus ada energi nuklir di Indonesia," kata Taswanda Taryo selaku kepala deputi bagian teknologi energi nuklir Batan, saat ditemui CNN Indonesia di gedung BPPT, Jakarta, Selasa (14/10).
Menurut Taswanda, keadaan Indonesia yang krisis energi seperti ini harusnya dapat menerima adanya pengembangan nuklir, karena reaktor nuklir dapat memproduksi tenaga listrik sendiri.
"Mau tidak mau saya rasa tenaga nuklir memang pada akhirnya harus diimplementasikan. Saya rasa Pak Jokowi akan paham," lanjut Taswanda.
Pada 2015 mendatang, Indonesia diperkirakan masih kekurangan sekitar 5.000 mega watt untuk listrik. Hal ini bisa diatasi dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Untuk membangun PLTN memang tidak murah. Satu PLTN untuk menghasilkan 10.000 mega watt akan memakan biaya sekitar 20 triliun.
"Tiap teknologi pasti punya risiko sendiri. Inilah mengapa nuklir mahal, karena pengaturannya tidak biasa, namun sebagian besar demi kemanan,” ujar Taswanda.
Selain itu, sebuah PLTN juga dapat memiliki beberapa fungsi, di antaranya pencairan batu bara dan produksi energi hidrogen yang juga akan menjadi salah satu energi terbarukan di masa mendatang.
Lokasi yang akan dijadikan tempat pembangunan nuklir juga tidak bisa sembarangan. Idealnya berdekatan dengan sumber uranium, seperti di Kalimantan yang memiliki 60 ribu ton uranium.
Namun daerah Indonesia timur seperti Sumba, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, hingga Papua juga memiliki potensi besar sebagai tempat pengembangan nuklir.
"Kita lihat saja nanti semoga tahun 2015 nanti sudah ada proses signifikan. Pemerintahan baru nanti semoga mendukung pembangunan nuklir," tutupnya.