Jakarta, CNN Indonesia -- Para peneliti di Ohio State University, Columbus, Amerika Serikat, telah mengembangkan apa yang mereka sebut baterai solar, sebuah jenis baru dari sel solar yang dapat menyimpan energi listrik tanpa bantuan baterai biasa.
Temuan ini menggabungkan kemampuan menampung energi dari sel surya dengan kemampuan menyimpan listrik di baterai. Hal ini dapat menghasilkan energi terbarukan yang lebih hemat biaya.
Menurut laporan Live Science, para peneliti mengatakan bahwa sel baru dapat menurunkan biaya energi terbarukan dari matahari sebesar 25 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baterai solar baru ini terbuat dari tiga elektroda atau bahan-bahan yang mengantarkan listrik. Elektroda pertama adalah jaringan panel solar yang berfungsi mengumpulkan sel solar. Kedua, lapisan karbon tipis berpori. Terakhir, lapisan logam lithium.
Pengembangan baterai solar bisa berhasil apabila jaringan panel solar dapat membiarkan sinar matahari dan udara masuk dalam sel. Kedua elemen tersebut akan menciptakan reaksi kimia yang biasa terjadi di dalam baterai.
"Seninya terletak pada penggunaan panel surya untuk menangkap sinar matahari, lalu penggunaan baterai rendah biaya untuk menyimpan energi. Kami telah mengintegrasikan kedua fungsi dalam satu perangkat,” ujar seorang profesor kimia dari Ohio State Yiying Wu.
Hilangnya daya listrik secara alami terjadi di setiap sel solar ketika elektron dilepaskan oleh bahan semikonduktor yang kemudian keluar dari sel menuju baterai. Biasanya, sekitar 80 persen elektron dari sel solar berhasil berpindah ke baterai. Namun, temuan baru ini dirancang agar 100 persen elektron menemukan 'jalan' mereka menuju baterai solar tersebut.