Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika berada di sebuah ruangan, manusia sering merasakan kehadiran makhluk yang tak terlihat. Banyak yang mengira hantu hadir di dekat mereka, namun para ilmuwan menggambarkan bagaimana 'hantu' adalah ilusi yang dibuat oleh otak manusia.
Sekelompok ilmuwan dari Ecole Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL) di Swiss menguji coba 'ilusi hantu' dengan robot untuk menciptakan sensasi menakutkan.
Dalam studi baru, para peneliti menciptakan robot untuk memicu ilusi hantu terhadap 12 orang sehat yang pernah mengalami sensasi keberadaan hantu. Ke-12 responden itu diminta berdiri di antara dua robot yang diletakkan di depan dan belakang responden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Responden diminta menggunakan penutup mata dan
headphone. Responden disuruh menggerakan tangan ke depan dan menggerakan tuas pada robot yang ada di depan. Setelah itu, robot yang ada di belakang meniru gerakan tangan responden lalu menyentuh punggung responden.
Di sini, responden menganggap sentuhan di punggung disebabkan oleh kehadiran makhluk tak terlihat di belakang mereka. Kala itu, otak menghadapi situasi sulit di mana sinyal sensorik dan motorik bertentangan. Otak mereka dapat mencerna informasi keberadaan 'makhluk lain'. Hasilnya adalah pengalaman ilusi kehadiran makhluk yang tak terlihat.
Semua responden melaporkan pengalaman ada seseorang atau bayangan hadir tepat di belakang mereka.
Tiga bagian otak yaitu insular cortex, parietal-frontal cortex, dan temporo-parietal cortex, berkontribusi pada pemrosesan sinyal multiindrawi sehingga otak mempersepsikan reaksi dari tubuh.
"Dalam eksperimen pertama kami ini, 30 persen peserta yang sehat secara spontan melaporkan bahwa mereka merasakan keberadaan orang lain di belakang mereka dan menyentuhnya," ujar kepala peneliti Olaf Blanke. "Meskipun mereka tidak melihat kehadiran, mereka mungkin menggambarkan kehadiran sosok yang tak terlihat."
Biasanya, seseorang yang mengalami hal ini adalah mereka yang sering berada dalam keadaan depresi, lelah, hingga penderita gangguan neurologis. Saat eksperimen dilakukan, ada dua peserta yang meminta eksperimen itu dihentikan, karena merasa ketakutan.
Salah satu anggota eksperimen Giulio Rognini menyatakan timnya ingin meneliti orang-orang sehat lebih jauh. "Kami ingin membawa robot kami ke pegunungan dan melihat kondisi orang di sana yang berada di atas 6.000 meter -- dengan kadar oksigen otak mereka yang lebih sedikit ketimbang orang yang berada di perkotaan, sehingga lebih rentan terhadap ilusi," ujar Rognini.
Para ilmuwan berharap temuan ini dapat membantu peneliti memahami akar schizophrenia yang membuat pasien sering mendengar suara-suara asing dan delusi lain.