HASIL RISET

Otak Komedian Punya Aktivitas Berlebih

CNN Indonesia
Kamis, 20 Nov 2014 16:05 WIB
Riset dilakukan untuk mengungkap seberapa banyak aktivtias otak komedian dibanding pengguna dengan selera humor yang berbeda. Hasilnya?
Ilustrasi (Thinkstock/Greyfebruary)
Jakarta, CNN Indonesia -- Humor di balik gelak tawa manusia ternyata bisa 'dibongkar' secara ilmiah. Untuk membuktikannya, tim peneliti menggunakan komedian profesional sebagai objek studinya ini.

Dibandingkan dengan orang awam, komedian profesional memiliki aktivitas lebih banyak pada area otak yang memproduksi humor. Walau begitu, mereka tidak memiliki kegiatan yang cukup pada area yang terhubung dengan kenikmatan humor itu sendiri.

Tim peneliti dari University of Southern California (USC) merekrut beberapa responden yang terdiri dari masyarakat awam, komedian pemula, dan komedian profesional. Mereka dimasukan ke dalam mesin magnetic resonance imaging (MRI) dan diperlihatkan gambar kartun tanpa teks. Lalu mereka diberi pilihan untuk menuliskan teks jenaka, teks netral tanpa unsur humor, atau membiarkan gambar tersebut tanpa teks sama sekali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamatan pada otak mereka menyingkap perbedaan "pusat kesenangan" (pleasure center) pada otak bernama ventral striatum, medial prefrontal cortex, dan V1. Ketiganya merupakan bagian yang terlibat dalam mengapresiasi humor.

Masyarakat awam memperlihatkan aktivitas terbanyak dari ketiga area tersebut, disusul oleh responden komedian pemula, lalu posisi terakhir adalah komedian profesional.

Bahkan, tiga bagian pada pleasure center tersebut 'mati' dengan cepat pada otak komedian profesional. Tim peneliti menghubungkan penemuan ini dengan kondisi depresi. Namun, komedian profesional menunjukan aktivitas terbanyak pada area temporal lobe, yakni bagian yang mampu memproduksi humor.

"Mungkin stereotip 'badut sedih' ada benarnya juga. Atau bisa saja para komedian profesional memang lebih lihai dalam mengadaptasi hal-hal jenaka," ujar peneliti Ori Amir.

Tim peneliti USC juga sempat melakukan riset dari sejumlah orang yang menilai tingkat kelucuan lelucon-lelucon tersebut. Hasilnya memperlihatkan bahwa lelucon paling jenaka terhubungkan dengan aktivitas otak yang lebih banyak pada area persepsi humor dari si pendengar, dalam hal ini para responden.

Amir kemudian menyimpulkan, "Anda yang menguatkan aktivitas persepsi di otak, Anda pula yang menguatkan tingkat kelucuannya."

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER