Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah robot bernama SeaBED sengaja diprakarsai oleh British Antarctic Survey untuk mengukur ketebalan es yang berada di Kutub Selatan yang berguna untuk meneliti kaitannya dengan perubahan iklim.
Berbobot hampir 200 kilogram dengan panjang dua meter, robot bawah laut ini memiliki kemampuan untuk mengakses berbagai lokasi dengan melakukan perjalanannya di bawah es laut. Dengan rancangannya yang menyerupai lambung kapal dilengkapi baling-baling untuk mobilitasnya, SeaBED memiliki sonar (navigasi suara dan pengukuran jarak) untuk meninjau es.
SeaBED beroperasi dengan pola kerja seperti mesin pemotong rumput di kedalaman 20 sampai 30 meter di bawah es, berhasil memetakan tiga area, yaitu Weddell, Bellingshausen, dan sektor Wilkes Land di semenanjung Kutub Selatan, sebuah area seluas 500 ribu meter persegi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Topografi es bawah laut beresolusi 3D memberikan informasi yang berlimpah mengenai struktur es laut dan proses yang menciptakannya. Ini merupakan kunci untuk meningkatkan peninjauan lebih lanjut, khususnya sebagai pembeda antara es laut yang terdapat di Kutub Utara dengan Kutub Selatan," ujar salah satu peneliti Guy Williams dari Institute of Antarctic and Marine Science.
Sementara menurut seorang peneliti bernama Hanumant Singh dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), sebuah laboratorium yang merancang dan mengoperasikan SeaBED, kemampuan manuver dan kestabilan robot bawah laut tersebut sudah ideal untuk digunakan sebagai pemetaan dan penyebaran gumpalan es yang terapung, serta pemulihan kondisi es yang terjejal.
"Menggunakan robot bawah laut seperti ini untuk memetakan es laut sungguh menantang, mulai dari peranti lunak, sistem navigasi, hingga pendirian komunikasi secara akustik," ujar Singh, dilansir dari kabar berita
CNET.
Kabarnya tim peneliti akan mengambil langkah peninjauan berskala besar yang dapat dibandingkan dengan hasil observasi dari satelit dan pesawat terbang.
Ketebalan es laut biasanya diukur melalui beragam cara, yakni bisa dari observasi satelit dari luar angkasa tetapi seringkali terkecoh karena salju diatas es, lalu cara lainnya adalah pengeboran yang digabungkan dengan observasi visual dari kapal laut. Namun cara pengeboran tidak bisa dilakukan secara leluasa dikarenakan adanya area yang mengandung es yang tebal sehingga sulit diakses.